Evakuasi dan Transportasi Gawat Darurat merupakan artikel yang akan maimelajah.com bahas pada kesempatan kali ini. Dimulai dari pengertian Evakuasi korban merupakan kegiatan pemindahan korban dari lokasi kejadian menuju ke tempat yang lebih aman sehingga korbban mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut. Transportasi gawat darurat merupakan kegiatan pemindahan korban dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas perawatannya lebih baik, seperti rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi pasien/ korban cedera cukup parah sehingga harus dirujuk ke dokter. Melakukan evakuasi dan transportasi pasien gawat darurat perlu teknik khusus.
SYARAT-SYARAT KORBAN YANG AKAN DIEVAKUASI
- Penilaian awal sudah dilakukan lengkap, dan monitor terus keadaan umum korban
- Denyut nadi dan napas korban stabil dan dalam batas normal
- Perdarahan yang ada sudah diatasi dan dikendalikan
- Patah tulang yang ada sudah ditangan
- Mutlak tidak ada cedera spinal
- Rute yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan penolong dan korban Penggunaan tubuh penolong dalam melakukan pengangkatan dan pemindahankorban perlu mendapatkan perhatian yang serius
PRINSIP TRANSPORTASI PRA RS
Melakukan evakuasi dan transportasi pasien gawat darurat perlu teknik khusus. Prinsipnya ntuk mengangkat penderita gawat darurat dengan cepat & aman ke RS / sarana kesehatan yang memadai, tercepat & terdekat.
Panduan Mengangkat Penderita
- Kenali kemampuan diri dan kemampuan team work
- Nilai beban yang diangkat,jika tidak mampu jangan dipaksa
- Selalu komunikasi, depan komando
- Ke-dua kaki berjarak sebahu, satu kaki sedikit kedepan
- Berjongkok, jangan membungkuk, lutut dibengkokkan & punggung lurus
- Tangan yang memegang menghadap ke depan (jarak +30 cm)
- Tubuh sedekat mungkin ke beban (+ 50 cm)
- Jangan memutar tubuh saat mengangkat
- Panduan tersebut juga berlaku saat menarik/mendorong
Syarat Transportasi Penderita
Melakukan evakuasi dan transportasi pasien gawat darurat perlu teknik khusus. Seorang penderita gawat darurat dapat ditransportasikan bila penderita tersebut siap (memenuhi syarat) untuk ditransportasikan (transportable), yaitu:
- Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi – resusitasi : bila diperlukan
- Perdarahan dihentikan
- Luka ditutup
- Patah tulang di fiksasi
Alat :
- Tenaga Manusia : Satu orang, dua orang, tiga orang, empat orang
- Tandu kasur : Kasur, papan, dahan/bambu, matras
- Kendaraan : Darat, laut, udara
Kendaraannya :
Transportasi dalam hal ini dapat berupa kendaraan:
- Laut : kapal laut
- Udara : pesawat terbang, helikopter
- Darat : ambulance, pick up, truck, gerobak, dan lain-lain.
Yang terpenting disini adalah :
- penderita dapat terlentang
- cukup luas untuk paling sedikit 2 penderita dan petugas dapat bergerak leluasa
- cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri dan infus dapat jalan
- dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan rumah sakit
- identitas yang jelas sehingga mudah dibedakan dari ambulan lain
Perawatan Pasien selama Perjalanan
- Lanjutkan perawatan medis emergensi selama dibutuhkan. Jika usaha bantuan hidup (life support) telah dimulai sebelum memasukkan pasien ke dalam ambulans, maka prosedur tersebut harus dilanjutkan selama perjalanan ke rumah sakit. Pertahankan pembukaan jalan nafas, lakukan resusitasi, berikan dukungan emosional, dan lakukan hal lain yang diperlukan termasuk mencatat temuan baru dari usaha pemeriksaan awal (initial assesment) pasien.
- Gabungkan informasi tambahan pasien. Jika pasien sudah sadar dan Anda telah mempertimbangkan bahwa perawatan emergensi selanjutnya tidak akan terganggu, maka Anda dapat mulai mencari informasi baru dari pasien.
- Lakukan pemeriksaan menyeluruh dan monitor terus vital sign. Peningkatan denyut nadi secara tiba-tiba misalnya, dapat menandakan syok yang dalam. Catat vital sign dan laporkan perubahan yang terjadi pada anggota staf bagian emergensi segera setelah mencapai fasilitas medis. Lakukan penilaian ulang vital sign setiap 5 menit untuk pasien tidak stabil dan setiap menit untuk pasien stabil.
- Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda. Beberkan informasi hasil pemeriksaan dan penanganan pasien yang sudah Anda lakukan, dan beri tahu perkiraan waktu kedatangan Anda.
- Periksa ulang perban dan bidai.
- Bicaralah dengan pasien, tapi kendalikan emosi Anda. Bercakap-cakap terkadang berguna untuk menenangkan pasien yang ketakutan.
- Jika terdapat tanda-tanda henti jantung, minta pengemudi untuk menghentikan ambulans sementara Anda melakukan Resusitasi dan memberikan AED (defibrilator). Beri tahu pengemudi untuk menjalankan ambulans lagi setelah memastikan bahwa henti jantung telah teratasi. Pastikan bahwa UGD mengetahui adanya henti jantung. Adalah hal yang sangat membantu jika Anda memang secara rutin selalu meletakkan bantalan keras di antara matras pelbet (cot) dan punggung pasien yang memiliki resiko tinggi mengalami henti jantung.
MACAM-MACAM PEMINDAHAN YAITU SEBAGAI BERIKUT
Melakukan evakuasi dan transportasi pasien gawat darurat perlu teknik khusus. Pemindahan ialah Panduan memindahkan penderita (Secara Emergency, Non Emergency) yaitu sebagai berikut :
Pemindahan darurat
- Berada pada situasi yang membahayakan keselamatan penderita / penolong.
- Menghalangi akses penolong ke penderita lain yg mungkin lebih parah.
- Lokasinya tidak memungkinkan untuk melakukan BHD-RJP kepada penderita.
Contoh pemindahan Emergency adalah :
- Ada api, bahaya api atau ledakan
- Ketidakmampuan menjaga penderita terhadap bahaya lain
- Usaha mencapai penderita lain yang lebih urgen
- RJP penderita tidak mungkin dilakukan di TKP tersebut
Catatan : “ Apapun cara pemindahan penderita selalu ingat kemungkinan patah tulang leher (servical) jika penderita trauma “
Pemindahan tidak darurat
- Situasinya tidak membahayakan diri penolong dan penderita.
- Perawatan darurat di lapangan dan pemeriksaan tanda vital telah diselesaikan.
- Korban dalam keadaan stabil, semua cedera telah ditangani dengan baik.
- Kecurigaan fraktur servikal dan spinal telah diimobilisasi
Contoh Pemindahan Non Emergency :
- Pengangkatan dan pemindahan secara langsung
- Pengangkatan dan pemindahan memakai sperei
MACAM – MACAM EVAKUASI TANPA ALAT
- Tarikan bahu (shoulder drag)
Tempatkan kedua tangan pada masing – masing ketiak korban, tarik korban perlahan. Teknik ini paling aman bagi korban sebab korban dipegang langsung oleh penolong sehingga risiko terlepas lebih kecil - Tarikan baju (shirt drag)
Merupakan teknik pemindahan korban dalam jarak dekat. Bagian kemeja yang ditarik adalah punggung belakang. Jika terlalu depan berisiko mencekik leher korban - Tarikan selimut (blanket drag)
Tempatkan bahan tertentu sebagai alas, seperti kain, selimut, kardus - Piggy back carry (menggendong di belakang)
Teknik ini dipakai untuk memindahkan korban dengan jarak sedang atau cukup jauh. Untuk korban sadar tetapi tidak dapat berdiri, dapat dilakukan dengan menggendong korban di belakang penolong. Tangan penolong dapat menopang pantat atau pengunci kedua lengan korban - Memapah (craddle carry)
Korban yang sadar tetapi lemas, tidak dapat berjalan, dan tangan hanya dapat menggantung pasif ke leher penolong - Fire fighter carry
Mengangkat korban seperti pemadam kebakaran. Bahaya yang mungkin terjadi akibat proses pemindahan adalah memicu terjadinya cedera spinal yang dapat dikurangi dengan melakukan gerakan arah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher tetap ekstensi.
PERALATAN PEMINDAHAN
KED (Kendrik Ekstriction Device)
Alat untuk mempermudah mengeluarkan korban dari dalam mobil pada saat korban berada dalam posisi duduk
Long Spine Board
Alat ini biasanya terbuat dari kayu atau fiber yang tidak menyerap cairan. Biasanya ada lubang dibagian sisinya untuk tali pengikat. Indikasi untuk pasien yang dicurigai cidera cervik dan spinal (tulang belakang)
Short Spine Board
Sama seperti LSB hanya panjangnya lebih pendek 1 meter
Scope stretcher
Hanya untuk memindahkan pasien (dari brankard ke tempat tidur atau sebaliknya), bukan alat untuk mobilisasi pasien, bukan alat transportasi. Jangan mengangkat pada ujungnya saja karena dapat menyebabkan scoop stretcher melengkung di tengah bahkan sampai patah
Teknik Log Roll (Flip & Strip)
- Manuver mengangkat dan memindahkan penderita ke LSB (Long Spinal Board).
- Pemindaian dengan sinar x membuktikan bahwa bila teknik ini dilakukan dengan baik, kelurusan tulang belakang ketika korban dipindahkan tetap terjaga, walaupun dari posisi tengadah (supinasi), tengkurap (pronasi) atau miring (lateral).
Posisi Penderita
- Jika penderita syok, letakkan dalam posisi syok (jika tidak ada cedera di tungkai dan tulang belakang)
- Jika penderita dengan gangguan pernapasan posisikan dengan posisi duduk atau setengah duduk
- Penderita dengan nyeri perut, posisikan dengan tungkai ditekuk
- Penderita dengan muntah-muntah posisikan nyaman dan awasi jalan napas
- Penderita dengan trauma posisikan spine stabilkan dan imobilisasi dengan papan spinal panjang
- Jika penderita tidak ada respon dan tidak dicurigai ada cedera spinal atau cedera berat lain posisi miring stabil
- Posisi nyaman, bila cedera tidak mengganggu
Daftar Pustaka
Affeltrnger, B., Alcedo, Amman, W.J., Arnold, M., 2006. Living with Risk, “A Global Review of Disaster Reduction Initiatives”. Buku terjemahan oleh MPBI (Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia), Jakarta.
WHO – ICN, 2009. ICN Framework of Disaster Nursing Competencies, WHO and ICN, Geneva, Switzerland.
UN – ISDR, 2004. Living with Risk “A Hundred Positive Examples of How People are Making The World Safer”, United Nation Publication, Geneva, Switzerland.
BNPB (2010). Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia, BNPB, Jakarta.
Kemenkes R.I (2011). Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana, Jakarta.
Penutup
Demikian penjelasan singkat mengenai Evakuasi dan Transportasi Gawat Darurat. Terima Kasih
Unduh Materi
Materi lengkap tentang Evakuasi dan Transportasi Gawat Darurat dapat di unduh pada link berikut ini : evadantransgawat
Sangat membantu mas buat pengetahuan