Kali ini maimelajah.com akan membahas artikel Komunikasi Pada Tahap Proses Keperawatan. Penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan dan asuhan keperawatan menggunakan tahapan proses keperawatan mulai pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, serta implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan. Proses keperawatan adalah metode ilmiah dan sistematis untuk menyelesaikan masalah klien melalui kerja sama antara perawat dan klien dengan tahapan-tahapan pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, serta implementasi dan evaluasi.
Komunikasi Proses Keperawatan Meliputi
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dirancang dan direncanakan untuk tujuan terapi, dalam rangka membina hubungan antara perawat dengan pasien agar dapat beradaptasi dengan stress, mengatasi gangguan psikologis, sehingga dapat melegakan serta membuat pasien merasa nyaman, yang pada akhirnya mempercepat proses kesembuhan pasien.
Komunikasi proses keperawatan yang dilakukan meliputi komunikasi terapeutik pada pasien maupun keluarga. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan pasien meliputi: realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri. Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri merupakan salah satu bentuk dari berbagai macam komunikasi yang dilakukan secara terencana dan dilakukan untuk membantu proses penyembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan membina hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien. Komunikasi terapeutik juga dapat dipersepsikan sebagai proses interaksi antara klien dan perawat yang membantu klien mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan mengatasi hambatan psikologis yang menghalangi realisasi diri.
Komunikasi Terapeutik Proses Keperawatan Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama dalam proses keperawatan. Tahap ini merupakan tahap yang penting dalam proses keperawatan karena tahap-tahap selanjutnya dalam proses keperawatan tidak akan dapat berjalan dengan baik jika tahap pengkajian tidak dilakukan dengan baik. Pada tahap ini perawat menggunakan kemampuan verbal ataupun nonverbal dalam mengumpulkan data klien.
Dalam pengkajian, perawat dituntut untuk mampu melakukan komunikasi dengan baik verbal dan melakukan pengamatan terhadap perilaku nonverbal serta menginterpretasikan hasil pengamatan dalam bentuk masalah. Setelah data terkumpul, selanjutnya dikomunikasikan dalam bahasa verbal kepada klien atau tim kesehatan lainnya dan dikomunikasikan dalam bentuk tulisan (didokumentasikan) untuk dikomunikasikan pada tim kesehatan lain dan sebagai aspek legal asuhan keperawatan.
Adapun bentuk-bentuk komunikasi yang dapat digunakan perawat pada tahap pengkajian dari proses keperawatan ini adalah wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi, serta pengumpulan data melalui catatan medik/rekam medik dan dokumen lain yang relevan.
1. Wawancara/interview
Wawancara adalah proses transaksi antara dua orang yang mempunyai tujuan spesifik, serius, dan penuh arti. Wawancara biasanya dilakukan secara langsung melalui pertemuan langsung dalam interaksi tatap muka (face to face). Dalam wawancara ini, pewawancara (perawat) dapat menggunakan kemampuan komunikasi verbal ataupun nonverbal untuk menggali data yang diwawancara (klien). Dengan kontak secara langsung, pewawancara (perawat) dapat memperoleh data langsung yang ditunjukkannya dalam perilaku verbal ataupun nonverbalnya dari orang yang diwawancarai (pasien).
Keuntungan wawancara secara langsung ini sebagai berikut.
- Meningkatkan kecakapan profesional perawat.
- Data yang diperoleh lebih spesifik dan nyata sesuai dengan keadaan sebenarnya.
- Lebih efektif jika dibandingkan dengan wawancara secara tidak langsung karena langsung mendapatkan feedback secara langsung dari klien.
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data tentang riwayat penyakit klien, riwayat penyakit dahulu dan pengobatan yang telah dilakukan, keluhan utama, harapan-harapan, dan sebagainya. Dalam mewawancarai, perawat menggunakan teknik pertanyaan terbuka (broad opening) untuk menggali lebih banyak data tentang klien. Selanjutnya perawat dapat menggunakan teknik-teknik komunikasi yang lain untuk mengklarifikasi, memberikan feedback, mengulang, memfokuskan, atau mengarahkan agar jawaban klien sesuai dengan tujuan wawancara.
Pada saat wawancara atau selama proses pengkajian untuk mendapatkan data keperawatan klien, di samping teknik komunikasi tersebut di atas, perawat juga harus mempertahankan sikap terapeutik lain, yaitu mempertahankan kontak mata, mendekat dan membungkuk ke arah klien, serta mendengarkan jawaban klien dengan aktif. Dalam setiap aktivitas komunikasi, gunakanlah SP komunikasi sesuai tahap- tahapan yang telah dijelaskan pada Bab I tentang konsep dasar komunikasi dan komunikasi terapeutik dalam keperawatan.
Contoh Komunikasi :
- Fase Orientasi :
- Salam terapeutik : “Selamat pagi, Bu. Saya perawat Tri yang akan bertugas merawat Ibu hari ini. Terima kasih Ibu telah mempercayakan kami untuk membantu mengatasi masalah Ibu”.
- Evaluasi dan validasi : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang?” (tunggu jawaban klien). “Saya lihat ibu sangat tertekan dan menderita atas masalah ini”.
- Kontrak : “Saat ini saya akan mengumpulkan data terkait dengan sakit yang ibu derita, saya membutuhkan informasi tentang bagaimana asal mula masalah ibu sehingga ibu tidak bisa makan selama beberapa hari. Waktu yang saya butuhkan adalah 15—20 menit, dan ibu tetap saja istirahat di atas tempat tidur ini”.
- Fase Kerja :
- “Apakah yang ibu rasakan sekarang?” “Jelaskan bagaimana asal mula penyakit yang ibu rasakan sekarang!” (tunggu respon klien).
- “Apakah pengobatan atau tindakan yang telah dilakukan selama ibu di rumah?” (tunggu respons klien)
- Fase Terminasi :
- Evaluasi subjektif/Objektif : “Bagaimanakah perasaan ibu sekarang?” (tunggu respons pasien). “Berdasarkan data hasil wawancara dapat kita identifikasi bersama bahwa ibu mengalami nyeri pada lambung dan mual-muntah jika makan”.
- Kontrak yang akan datang : “Baiklah, Bu. Saya akan berkonsultasi dengan dokter dan 10 menit lagi saya akan kembali untuk melakukan tindakan keperawatan sesuai hasil kesepakatan dengan dokter”.
- Rencana Tindak Lanjut : “Ibu harus terus mencoba makan dan minum melalui mulut, minum air hangat atau teh manis, dan makanan yang tidak menimbulkan rasa mual. Cobalah biskuit ringan untuk memulai”.
2. Pemeriksaan fisik dan observasi
Komunikasi yang digunakan perawat pada saat perawat melakukan pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik adalah dalam rangka meminta izin klien, memeriksa, memfokuskan pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan keluhan dan petunjuk yang diberikan klien. Perawat juga mengobservasi ekspresi wajah (misal menyeringai kesakitan, menangis, pucat, dll) sebagai bentuk nonkomunikasi nonverbal dan mencatatnya dalam status keperawatan klien. Saat melakukan pemeriksaan fisik dan observasi, teknik komunikasi yang digunakan perawat adalah klarifikasi dan berbagi persepsi.
Pemeriksaan fisik dan observasi biasanya dilakukan bersamaan dengan wawancara atau setelah kegiatan wawancara selesai. Dengan demikian, strategi pelaksanaan (SP) komunikasi dapat menyatu dengan SP komunikasi saat wawancara. Berikut ini contoh komunikasi dengan fokus fase kerja untuk menerapkan teknik klarifikasi dan berbagi persepsi.
Contoh komunikasi fase kerja:
- Sambil melakukan palpasi perut klien, perawat berkata, “Apakah di daerah sini yang terasa nyeri yang menyebabkan ibu sering merasa mual dan muntah?”
- “Saya lihat, ibu tampak sangat khawatir dan tertekan dengan kondisi ibu sekarang”.
3. Pengumpulan data dari dokumen lain
Perawat menggunakan catatan medik, laboratorium, foto rontgen, dll sebagai bentuk komunikasi tertulis dengan anggota tim kesehatan lain untuk melengkapi dan mengklarifikasi data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik dan observasi.
Komunikasi Pada Tahap Diagnosis Keperawatan
Pada tahap proses keperawatan ini komunikasi dilakukan untuk mengklarifikasi data dan melakukan analisis sebelum menentukan masalah keperawatan klien, selanjutnya mendiskusikan dengan klien. Masalah atau diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan dikomunikasikan/disampaikan kepada klien agar dia kooperatif dan berusaha bekerja sama dengan perawat untuk mengatasi masalahnya dan juga kepada perawat lain secara langsung dan tulisan untuk dokumentasi. Teknik yang dilakukan pada tahap diagnosis keperawatan adalah teknik memberikan informasi (informing).
Beberapa contoh diagnosis keperawatan terkait dengan gangguan nutrisi sebagai berikut.
- Nutrisi tidak adekuat (kurang) sehubungan dengan gangguan proses digesti.
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan gangguan metabolisme.
Contoh komunikasi pada fase kerja:
“Berdasarkan data yang saya peroleh melalui pemeriksaan fisik dan informasi dari ibu terkait dengan keluhan yang menyebabkan ibu masuk rumah sakit, saya menyimpulkan bahwa ibu mengalami gangguan nutrisi karena ada masalah pada proses digesti. Lambung ibu bermasalah, terkait dengan masalah pada lambung ibu, saya akan berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan dan tindakan selanjutnya.”
Komunikasi Pada Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, tugas perawat adalah merumuskan tujuan keperawatan dan menetapkan kriteria keberhasilan, merencanakan asuhan keperawatan, dan tindakan kolaboratif yang akan dilakukan. Komunikasi yang penting dilakukan perawat pada fase ini adalah mendiskusikan kembali rencana yang sudah disusun perawat dan bersama klien menentukan kriteria keberhasilan yang akan dicapai. Dalam fase ini, keterlibatan keluarga juga penting kaitannya dengan peran serta keluarga dalam perawatan klien. Rencana asuhan keperawatan selanjutnya ditulis atau didokumentasikan dalam status klien sebagai bentuk tanggung jawab profesional dan memudahkan komunikasi antartim kesehatan untuk asuhan keperawatan yang berkesinambungan.
Contoh komunikasi pada fase kerja:
“Berdasarkan masalah keperawatan yang telah kita tetapkan bersama, selanjutnya saya kolaborasikan dengan dokter terkait dengan masalah tersebut, saya sampaikan bahwa salah satu tindakan yang akan dilakukan pada ibu adalah pemasangan infus. Tujuan pemasangan infus ini adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu. Untuk saat ini, lambung ibu harus diistirahatkan dulu untuk pemeriksaan selanjutnya. Pemasangan infus ini sifatnya sementara; jika ibu tidak mual atau muntah lagi, maka akan kami lepaskan.”
Komunikasi Pada Tahap Implementasi
Pada tahap ini, berkomunikasi atau diskusi dengan para profesional kesehatan lain adalah penting dalam rangka untuk memberikan penanganan yang adekuat kepada klien. Pada tahap ini, perawat sangat efektif berkomunikasi dengan pasien karena perawat akan menggunakan seluruh kemampuan dalam komunikasi pada saat menjelaskan tindakan tertentu, memberikan pendidikan kesehatan, memberikan konseling, menguatkan sistem pendukung, membantu meningkatkan kemampuan koping, dan sebagainya.
Perawat menggunakan verbal ataupun nonverbal selama melakukan tindakan keperawatan untuk mengetahui respons pasien secara langsung (yang diucapkan) ataupun yang tidak diucapkan. Semua aktivitas keperawatan/ tindakan harus didokumentasikan secara tertulis untuk dikomunikasikan kepada tim kesehatan lain, mengidentifikasi rencana tindak lanjut, dan aspek legal dalam asuhan keperawatan. Teknik komunikasi terapeutik yang digunakan pada fase ini adalah memberikan informasi (informing) dan mungkin berbagi persepsi.
Contoh komunikasi pada fase kerja :
“Tadi sudah saya sampaikan bahwa salah satu tindakan yang akan saya lakukan adalah memasang infus. Tujuan pemasangan infus adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu. Saat pemasangan, ibu akan merasa sakit sedikit waktu jarum infus dimasukkan ke pembuluh darah. Apakah ibu sudah siap?”
Pada saat melakukan tindakan keperawatan, di samping komunikasi verbal yang diucapkan dengan kata-kata, perawat harus menunjukkan sikap terapeutik secara fisik selama berkomunikasi, yaitu:
- ekspresi wajah menyenangkan, tampak ikhlas,
- mendekat dan membungkuk ke arah klien,
- mempertahankan kontak mata yang menunjukkan kesungguhan untuk membantu,
- sikap terbuka tidak meliat tangan atau kaki saat interaksi terjadi,
- tetap rileks.
Komunikasi Pada Tahap Evaluasi
Pada tahap ini, perawat menilai keberhasilan dari asuhan dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Semua hasil dicatat dalam buku catatan perkembangan perawatan klien, mendiskusikan hasil dengan klien, meminta tanggapan klien atas keberhasilan atau ketidakberhasilan tindakan yang dilakukan, serta bersama klien merencanakan tindak lanjut asuhan keperawatannya. Jika belum berhasil, perawat dapat mendiskusikan kembali dengan klien apa yang diharapkan dan bagaimana peran serta/keterlibatan klien atau keluarga dalam mencapai tujuan dan rencana baru asuhan keperawatan klien.
Pada setiap fase dalam proses perawatan, perawat harus menggunakan teknik- teknik komunikasi terapeutik dan menggunakan fase-fase berhubungan terapeutik perawat-klien, mulai fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi. Untuk tahap prainteraksi, Anda dapat melakukan dengan cara melakukan persiapan dengan membuat strategi pelaksanaan (SP) komunikasi.
Gunakan format SP komunikasi berikut ini dan siapkan sebelum Anda berinteraksi dengan pasien. Tuliskan kondisi yang sesuai dengan keadaan pasien, tujuan, dan rencana yang akan Anda lakukan. Setiap Anda membuat SP komunikasi, berarti Anda sudah masuk fase praorientasi.
Penutup
Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Komunikasi Pada Tahap Proses Keperawatan. Semoga dengan kami membahas artikel Komunikasi Pada Tahap Proses Keperawatan dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih