Pada Kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas tentang Mengasah Kecerdasan Emosi Anak. Anak yang sulit mengatur emosi akan sulit menjalani interaksi sosialnya. Mengasah emosi anak sejak dini adalah sangat penting untuk dilakukan. Si A tampak tidak memiliki teman setiap kali memiliki teman, temannya Nampak tidak betah berkawan dengannya. Memang selain kurang bisa memahami teman mainnya, A juga susah untuk berempati dengan anak sebayanya.
Bahkan setiap bergabung dengan temannya ia kerap protes dengan sikap teman-temannya, itu membuat si A enngan bergaul. Begitulah keluhan seorang ibu terhadap putra semata wayangnya. Ingin selalu dibenarkan juga merupakan salah satu control emosi yang lemah. Alhasil selain kurang empati terhadap orang lain sang anak juga susah membaca dan memahami emosi orang sekitarnya. Kesulitan anak dalam mengontrol emosi membuat anak kesulitan beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Otomatis anak juga sulit diterima oleh lingkungan sekitarnya. Bagaimana cara mengatasinya? mari kita baca artikel Mengasah Kecerdasan Emosi Anak dibawah ini :
#Lakukan sejak dini
Setiap manusia pasti memiliki emosi, baik yang positif maupun yang negatif. Sangat diperlukan kebiasaan untuk mengatur hal tersebut ditegaskan oleh psikolog dibutuhkan kebiasaan dan latihan untuk mengasah keduanya. Oleh sebab itu penting sekali bagi orangtua untuk melatih emosi anak sejak dini, terutama emosi yang bersifat negatif agar tidak berujung pada perilaku yang buruk. Manajemen emosi (regulasi emosi) perlu ditanamkan karena sangat terkait dengan perilaku seseorang. Regulasi emosi yang kurang baik bisa menyebabkan anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya, anakpun jadi sulit diterima oleh lingkungannya. Apalagi jika kesulitan memanajemen emosi sampai diekspresikan dalam perilaku agresif, ini sakan sangat berpengaruh terhadap performa anak sebagai manusia kelak. Sayangnya control emosi yang tidak baik itu akan bertahan hingga anak tumbuh dewasa kelak. Oleh sebab itu melatih manajemen emosi anak sejak dini sangat penting dilakukan. Bayangkan anak remaja yang sangat agresif apabila tidak mendapatkan yang diinginkannya akan memukul tentunya anak akan sering mendapatkan masalah.
#Jangan toleransi tantrum
Regulasi emosi tidak bisa dipelajari secara instan, perlu waktu dan konsistensi dari orang dewasa di sekitarnya dalam mengasahnya. Ini bisa mulai dilakukan sejak anak berusia 2 tahun. Pada masa ini anak sudah menyadari emosinya dan dampaknya bagi orang lain. Namun perlu diingat pada masa ini tantrum (ekspresi kemarahan yang berlebihan) pada anak sudah mulai muncul. Hal ini terjadi karena control emosinya belum berkembang dengan baik dan bicaranya pun belum begitu lancar.
Tantrum dikatakan normal hingga anak berusia 3 tahun, menjadi masalah jika tantrum masih terjadi pada anak hingga usia 4 tahun. Biasanya ditandai dengan menangis keras, berguling, melempar bahkan bisa melukai diri sendiri atau orang lain saat tidak mendapat sesuatu yang diinginkannya. Tantrum pada anak sebaiknya jangan selalu ditoleransi, jika anak tidak dilatih ini akan menjadi bibit dari control emosi anak yang tidak baik.. bahkan ini bisa memunculkan sifat tempramen (sifat bawaan dari lahir). Orangtua yang konsisten pada aturan yang sudah dibuat adalah kunci sukses dalam mengasah manajemen emosi anak.
#Jurus asah kecerdasan emosi anak
Beri contoh :
Jangan minta anak untuk cerdas meregulasi emosinya jika orangtua ternyata tidak bisa melakukannya. Orangtua sebagai orang terdekat adalah model pertama bagi anak, jadi yang harus terlebih dahulu bisa meregulasi emosi adalah orangtua. Apalagi mencontoh adalah cara yang paling efektif dalam sebuah pembelajaran. Jadi kenalilah emosi diri dan bagaimana mengekspresikannya dengan tepat sehingga anak juga akan belajar bagaimana mengenal emosinya dan mengekspresikannya dengan tepat.
Bangun hubungan hangat :
Bagaimana dengan anak yang sulit? Hubungan emosi yang baik akan terbentuk bila hubungan anak dan orangtua hangat. Hubungan emosi yang baik akan dengan mudah membuat orangtua paham apa yang dibutuhkan anak, lebih responsive dan anak menjadi nyaman bersama orangtua. Bangunlah hubungan anak dengan baik agar mudah meyampaikan setiap nilai yang ingin Anda tanamkan. Jangan lupa perhatikan pengaruh temperamen pada anak setiap penyampaian nilai, setiap anak membutuhkan pendekatan yang berbeda jadi kenalilah anak secara baik.
Berempati :
Ajarkan anak berempati. Empati sangat dibutuhkan dalam mengajarkan anak meregulasi emosi anak karena empati bisa membuatnya tahu dan bisa memposisikan dirinya dan juga orang lain. Misalnya anak paham bila dipukul rasanya sakit. Menanamkan empati bisa dilakukan dengan menggunakan gambar wajah. Mintalah anak memperhatikan orang yang sedang mengekspresikan emosinya, tanyakan kepada anak tentang emosi orang tersebut. Atau jika anak sudah paham, Anda bisa menanyakan ekspresi emosi secara langsung.
Diskusi :
Berdiskusi adalah cara efektif untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran anak. Selain itu berdiskusi adalah cara mudah dalam memahamkan anak tentang sebuah aturan yang dibuat. Hanya saja pilihlah bahasa dan kata yang tepat serta mudah dipahami anak sesuai umurnya…. Begitu juga saat anak berkonflik dengan temannya hindarkan Anda membelanya atau menyalahkannya. Ajak anak berdiskusi dan pahamkan ekspresi yang tepat untuk menyalurkan emosinya. Biarkananak belajar dan hindarkan untuk melibatkan diri dalam konfliknya.
Aturan main :
Tentukan perilaku apa yang Anda perbolehkan dan tidak perbolehkan. Apabila anak menampilkan perilaku yang tidak diperbolehkan berikan peringatan. Apabila tidak berhasil ambilah sesuatu yang anak sukai (misalnya tidak boleh menonton acara kesukaan, berdiri dipojok) dan anak pasti akan berontak dan menangis. Ingat jangan berikan hukuman fisik kepada anak.
#Ajarkan mengenal emosi
Mengenal emosi adalah cara paling dasar pada anak dalam mengasah kecerdasan emosi. Berikut tipsnya :
- Gunakan media (anak suka gambar) berupa gambar wajah dengan berbagai ekspresi emosi. Beritahu bentuk emosi apa saja yang terdapat di dalam media. Latihlah setiap hari dengan menanyakan kepada anak “hari ini kakak sedang bagaimana?” sehingga anak memilihnya
- Saat anak sedang marah, sedih, senang tanyakan “ada apa? Coba pilih gambarmu”
- Hingga akhirnya tidak diperlukan media lagi, Anda bisa tanyakan langsung pada anak tentang emosinya. Bila anak tidak menjawab Anda bisa melakukan tebakan atas emosinya (misalnya: “kakak sedang marah? Kenapa? Karena tidak boleh liat tivi”). Ini membuat anak akan lebih merasa dipahami dan biasanya mereka akan merespon setelah beberapa kali kita Tanya.
- Berikan solusi sehatnya. Jangan lupa Anda harus memberikan konsekuensi dari periaku yang tidak diharapkan (bukan hukuman fisik). Tetapi dengan memberikan alternative misalnya bila kakak mau sesuatu bicaralah dengan ibu tidak perlu teriak. Berikan apresiasi saat dia melakukan hal yang sesuai.
- Lakukan hal secara konsisten