Pada Kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas tentang penyakit yang sering ditemukan pada ibu hamil yaitu Mengenal Istilah Eklamsi dan Preeklamsi. Definisi, Etiologi, Patofisiologi dan Manifestasi Klinis akan dibahas disini.
Preeklamsi
Definisi
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi yang disertai proteinuria terjadi setelah kehamilan minggu ke-20 sampai minggu ke-6 setelah persalinan. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Proteinuria didefinisikan sebagai ekskresi protein dalam urin dengan kadar 300 mg/dl dalam urin tampung 24 jam atau dengan pemeriksaan kualiatif ≥ 1+ pada pengambilan sampel urin secara acak.
Pembagian Preeklamsi
Berdasarkan waktu kejadiannya preeklampsia dibagi menjadi dua, yaitu :
- Onset awal : yang terjadi pada kehamilan < 34 minggu
Preeklampsia dengan onset awal umumnya terkait dengan pembatasan pertumbuhan janin, bentuk gelombang dopler uterus dan arteri umbilikalis yang abnormal, dan keluaran maternal dan perinatal yang buruk. - Onset lanjut : yang terjadi pada kehamilan ≥ 34 minggu.
Akan tetapi preeklampsia dengan onset lanjut sebagian besar berhubungan dengan penyakit maternal ringan, keterlibatan janin dengan tingkat yang lebih ringan, dengan hasil keluaran yang biasanya menguntungkan.
Eklamsi
Definisi
Eklampsia didefinisikan sebagai peristiwa terjadinya kejang pada kehamilan ≥ 20 minggu disertai atau tanpa penurunan tingkat kesadaran bukan karena epilepsi maupun gangguan neurologi lainnya. Kejang eklampsia hampir selalu didahuluioleh preeklampsia. Eklampsia paling sering terjadi pada trimester ketiga dan menjadi sering saat kehamilan mendekati aterm.
Eklampsia dapat terjadi pada antepartum, intrapartum, dan postpartum. Eklampsia postpartum umumnya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
Pada penderita preeklampsia dapat memberikan gejala atau tanda khas sebelum terjadinya kejang disebut tanda prodromal. Preeklampsia yang disertai tanda prodoma ini disebut sebagai impending eclampsia atau imminent eclampsia. Suatu kehamilan disebut normotensi apabila mempunyai tekanan darah sistolik <140 mmHg dan tekanan darah diastolik <90 mmHg yang diukur dengan tensimeter air raksa yang telah ditera dan diukur dua kali selang 4 jam setelah penderita istirahat dalam posisi duduk.
Etiologi
Penelitian tentang preeklampsia telah dilakukan sejak dulu,tetapi penyebab preklampsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Berbagai mekanisme untuk menjelaskan penyebabnya telah banyak diajukan,tetapi belum memuaskan. Karena banyaknya teori yang ada mengenai etiologi dan patofisiologi maka preeklampsia disebut “the disease of theories”. Diduga sebelumnya preeklampsia merupakan “satu penyakit”, melainkan merupakan penyakit multifaktorial yang meliputi faktor ibu, janin, dan plasenta.
Faktor-faktor yang dianggap penting, diantaranya yaitu :
- Implantasi plasenta dengan invasi trofoblastik abnormal pada pembuluh darah uterus.
- Toleransi imunologi yang maladaptif diantara jaringan maternal, paternal (plasental), dan fetal.
- Maladaptif maternal terhadap perubhan kardiovaskular atau inflamasi pada kehamilan normal.
- Faktor genetik, termasuk gen predisposisi warisan serta pengaruh epigenetik.
Faktor predisposisi yang berhubungan dengan peningkatan angka kejadian preeklampsia eklampsia:
- Faktor pasangan
- Nuliparitas/ primiparitas/ kehamilan usia muda
- Lama paparan sperma, inseminasi dari donor, donor oosit
- Seks oral (menurunkan risiko)
- Laki-laki yang pasangan sebelumnya mengalami preeklampsia
- Faktor bukan pasangan
- Riwayat preeklampsia sebelumnya
- Usia, jarak antar kehamilan
- Riwayat keluarga
- Ras kulit hitam
- Adanya kelainan dasar khusus
- Hipertensi kronik
- Obesitas, resistensi insulin, berat lahir rendah
- Diabetes gestasional dan diabetes tipe I
- Aktivasi inhibitor protein kinase C
- Defisiensi protein S
- Antibodi antifosfolipid
- Hiperhimosisteinemia
- Penyakit sel sabit
- Faktor eksogen
- Merokok (menurunkan risiko)
- Stress, tekanan psikososial terkait pekerjaan
- Paparan dietilstilbesrol
Patofisiologi
Dalam perjalanannya beberapa faktor tidak berdiri sendiri, kadang saling berkaitan dengan titik temunya pada invasi tropoblast dan terjadinya iskemia plasenta. Pada preeklampsia ada dua tahap perubahan yang mendasari patogenesianya. Tahap pertama adalah: hipoksia plasenta yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dalam arteri spiralis. Hal ini terjadi karena kegagalan invasi sel tropoblast pada dinding arteri spiralis pada awal kehamilan dan awal trimester kedua kehamilan. Arteri spiralis tidak dapat melebar dengan sempurna dengan akibat penurunan aliran darah dalam ruangan intervilus diplasenta sehingga terjadilah hipoksia plasenta.
Hipoksia plasenta yang berkelanjutan ini akan membebaskan zat-zat toksis seperti sitokin, radikal bebas dalam bentuk lipid peroksidase dalam sirkulasi darah ibu. Hal ini menyebabkan terjadinya stress oksidatif yaitu suatu keadaan di mana radikal bebas jumlahnya lebih dominan dibandingkan antioksidan. Stress oksidatif pada tahap berikutnya bersama dengan zat toksis yang beredar dapat merangsang terjadinya kerusakan pada sel endothel pembuluh darah yang disebut disfungsi endothel. Dapat terjadi pada seluruh permukaan endothel pembuluh darah pada organ-organ penderita preeklampsia.
Pada disfungsi endothel terjadi ketidakseimbangan produksi zat-zat yang bertindak sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat oksida, dibandingkan dengan vasokonstriktor seperti endothelium I, tromboxan, dan angiotensin II sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang luas dan terjadilah hipertensi. Peningkatan kadar lipid peroksidase juga akan mengaktifkan sistem koagulasi, sehingga terjadi agregasi trombosit dan pembentukan thrombus. Secara keseluruhan setelah terjadi disfungsi endothel di dalam tubuh penderita preeklampsia jika prosesnya berlanjut dapat terjadi disfungsi dan kegagalan organ seperti:
- Pada ginjal: hiperurisemia, proteinuria, dan gagal ginjal.
- Penyempitan pembuluh darah sistemik ditandai dengan hipertensi.
- Perubahan permeabilitas pembuluh darah ditandai dengan oedema paru dan oedema menyeluruh.
- Pada darah dapat terjadi trombositopenia dan koagulopati.
- Pada hepar dapat terjadi pendarahan dan gangguan fungsi hati.
- Pada susunan syaraf pusat dan mata dapat menyebabkan kejang, kebutaan, pelepasan retina, dan pendarahan.
- Pada plasenta dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, hipoksia janin, dan solusio plasenta
Manifestasi Klinis
Tanda gejala pre eklampsia berdasarkan criteria minimum penegakkan diagnose adalah sebagai berikut.
- Hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg
- Proteinuria dengan jumlah protein urin ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dengan menggunakan carik celup
- Edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
Adapun diagnosis dari preeklampsia berat adalah preeklampsia yang disertai satu atau lebih dari gejala berikut :
- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHgpada dua keadaan dengan jangka waktu paling sedikit 6 jam dengan patian dalam posisi bedrest
- Proteinuria lebih dari 5 gr/dl pada sampel urin tampung 24 jam atau ≥ 3+ dengan carik celup pada dua sampel urin acak yang diambil dengan jarak waktu 4 jam atau lebih
- Oliguria, produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
- Gangguan visus dan serebral berupa penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, pandangan kabur
- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen akibat regangan pada kapsula Glisson
- Edema paru atau sianosis
- Hemolisis mikroangiopatik
- Gangguan fungsi hepar ditandai adanya peningkatan serum transaminase
- Kenaikan kadar kreatinin plasma
- Trombositopenia (< 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat)
- Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
- Adanya sindroma HELLP (Hemolysis; Elevated liver enzymes; Low platelet)
Eklampsia dapat didiagnosis dengan adanya kejang dan/atau koma pada ibu hamil ≥ 20 minggu yang disebabkan selain karena gangguan neurologic.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
- Proteinuria (2,0 gram/24 jam atau > +2 pada dipstik)
- Trombositopenia (<100.000/mm3)
- Creatinin serum >1,2 mg/dl kecuali apabila diketahui telah meningkat sebelumnya
- Hemolisis mikroangiopatik (LDH meningkat)
- Peningkatan LFT (SGOT,SGPT)
Penatalaksanaan
Adapun tatalaksanapada preeklampsia berat mencakup pengelolaan medika mentosa dan pengelolaan persalinan. Pengelolaan medikametosa terdiri atas :
Segera masuk rumah sakit
- Tirah baring
- Infus larutan Ringer Laktat 60-125 cc/jam
- Pemberian obat anti kejang: MgSO4, Dosis awal: 4 g MgSO4dilarutkan dalam cairan saline intravena selama 10-15 menit. Dosis perawatan: 1-2 g/ jam iv, evaluasi tiap 4-6 jam
Syarat pemberian MgSO4:
- Reflek patela positif
- Tidak ada depresi pernafasan (frekuensi pernafasan > 16 kali/ menit)
- Produksi urin . 100 ml/ 4 jam
- Tersedia kalsium glukonas
- Diuretikum tidak diberikan kecuali jika ada ;
- Edema paru
- Gagal jantung kongestif
- Edema anasarka
- Antihipertensi diberikan bila : Tekanan sistolik ≥ 180 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg
Kardiotonika
Indikasi pemberian kardiotonika ialah bila ada tanda-tanda gagaj jantung dan dilakukan perawatan bersama bagian penyakit jantung
Diet
Nutrisi yang disarankan antara lain cupkup protein, rendah karbohidrat, dan rendah garam.
Pengelolaan persalinan ditinjau dari umur kehamilan dibagi menjadi dua
Perawatan aktif
- Perawatan aktif dilakukan pada umur kehamilan ≥ 37 minggu dengan tujuan mengakhiri kehamilan atas indikasi medis. Terdiri atas insikasi ibu, janin, dan laboratorium.
- Indikasi ibu mencakup adanya tanda dan gejala impending preeklampsia, gangguan fungsi hepar dengan hemolisis, diduga solusio plasenta, timbul onset persalinan, ketuban pecah dini, dan perdarahan.
- Indikasi janin meliputi pertumbuhan janin terhambat, adanya gawat janin, dan oligohidrmanion. Indikasi laboratotium adalah adanya trombositopenia dan tanda sindoma HELLP yang lain.
Perawatan Konservatif
- Perawatan konservatif dilakukan dengan indikasi umur kehamilan kurang dari 37 minggu tanpa disertai tanda dan gejala impending eklampsia dengan keadaan janin baik.
- Selama rawat inap di rumah sakit dilakukan pemeriksaan berat badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan USG untuk menilai pertumbuhan dan profil biofisik janin.
- Penting dilakukan observasi mengenai adanya tanda dan gejala impending eklampsia untuk segera mengakhiri kehamilan, dan apabila dalam waktu 24 jam tidak ada perbaikan dianggap sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus kehamilan diakhiri.
Penatalaksanaan eklampsia apabila terjadi kejang adalah selalu mengingat kosep gawat darurat ABC (Airway, Breathing, Circulation). Kemudian diberikan obat untuk memotong kejang, seperti diazepam, fenitoin, dan klormetiazol.7 Obat antikejang,yakni MgSO4 diberikan apabila syarat pemberiannya terpenuhi.16 Oksigen 4-6 liter per menit diberikan untuk mengatasi hipoksemia dan asidemia, juga dibutuhkan perawatan kejang untuk melindungi pasien dari kemungkinan cedera serius. Pencegahan risiko aspirasi pneumonia dapat dilakukan dengan membaringkan pasien pada sisi kiri dan setelah kejang, dapat silakukan aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu.
Perawatan pada penderika yang jatuh koma adalah mengusahakan agar jalan nafas tetap terbuka, mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi cairan lambung, perlu diperhatikan pencegahan dekubitus, dan pemberikan nutrisi. Monitoring kesadalan dan dalamnya koma memakai Glasglow Coma Scale. Tindakan perawatan pada penderita yang mengalami kejang dan koma sangat penting dilakukan misalnya meliputi perawatan penderita dalam kamar isolasi, mencegah aspirasi, mengatur pemberikan cairan infuse dan monitoring produksi urin.16 Sikap terhadap pasien eklampsia adalah dengan mengakhiri kehamilan tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin dan persalinan hanya boleh dilakukan apabila keadaan pasien sudah stabil.
Komplikasi
Komplikasi pada ibu:
a) Solutio plasenta
b) Koagulopati
c) Ablatio retina
d) Gagal ginjal akut
e) Edema paru
f) Perdarahan postpartum dengan transfusi
g) Kerusakan hati
h) Hematoma
i) Penyakit kardiovaskuler
j) Defek neurologi
Komplikasi pada janin:
a) Kelahiran premature
b) Berat lahir rendah
c) Diabetes melitus
d) Penyakit kardiovaskuler
e) Hipertensi
f) Kegagalan respirasi
g) Respiratory distress syndrome (RDS)
h) Transient tachypnea of the newborn (TTN)
i) Persistent pulmonary hypertension (PPHN)
Kasus
Ny Y masuk ke ICU pada tanggal 13 November 2018 jam 22.45 wita dengan Ku lemah, mengantuk, post SC, riwayat alergi tidak ada. Ny Y umur 25 tahun, CM 229968, alamat Batu Agung, pekerjaan IRT. Diagnosa medis saat masuk post SC ec impending eklamsi. Riwayat Gravida ke3. Kehamilan pertama spontan, kehamilan kedua preeklamsi dan terminasi saat janin usia 7 bulan, kehamilan ketiga eklamsi pasien sempet kejang di rumah dan terminasi usia 7 bulan. Riwayat HT tidak ada, saat hamil periksa secara teratur dan mulai kehamilan bulan keenam TD 160/90mmHG.
Setelah SC Akral teraba hangat, Saturasi oksigen 100%, HR 99x/mnt, RR 20x/mnt suara nafas vesuikuler. pupil isokor (2+/2+), skala nyeri 3(VAS) Konjungtiva warna pucat, tidak tampak ada perdarahan aktif, PPV warna merah 50cc, kontraksi uterus kuat, edema pada seluruh tubuh. Diet Rendah garam per oral. Terpasang DC produksi 250/6 jam warna kuning pekat. Tampak oedema anasarka tetapi tidak ada gangguan pada tulang.
Terapi RL 500cc+ drip oksitoksin 20 IU/24 jam di Tangan kiri, RL + MgSO4 24 gram di tangan kanan, ampicillin1gr@12 jam, morphin 10 mg/24 jam, pantoperazole 40 mg@ 12 jam, asam traneksamat 1 gr @ 8 jam, ranitidine 50 mg @ 8 jam, ondancentron4 mg @ 8 jam, dexametason 5 mg @ 12 jam.Pada hasil foto thorax efusi pleura + kardiomegali. Hasil lab DL: wbc 26.6, Hb 6.3, HCT 20.4, PLT 207, elektrolit : Na 145, K 3.9, cl 91, hasil BUN/SC 64/1.6, GDS : 119mg/dl, Albumin 3.0. Advis medis : Cek OT/PT @ 24 jam, Cek GDS @ 24 jam, Tranfusi 3 kolf PRC dengan premedikasi furosemid 20 mg.
Unduh Materi
Terima kasih sudah membaca artikel tentang Mengenal Istilah Eklamsi dan Preeklamsi. Untuk materi lengkapnya dapat di Undh disini : https://drive.google.com/file/d/1UVOjaLduXY5uYzxMCCMgQ_c-L_9_b_Ga/view?usp=sharing