Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas tentang “Mitos Tentang Seputar Hipertensi“. Hipertensi adalah masalah kesehatan dimana tekanan darah cenderung meningkat. Normalnya tekanan darah systole maksimal 140 dan tekanan diastole maksimal 90. Seiring dengan berubahnya gaya hidup atau meningkatnya usia dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Sekitar 20% penduduk Indonesia mengidap penyakit hipertensi. Penyakit hipertensi bukan penyakit keturunan tetapi penyakit bawaan artinya secara genetic mungkin terdapat gen penyebab hipertensi tetapi penyakitnya tidak akan muncul selama yang bersangkutan menjalani gaya hidup sehat. Kebanyakan orang mengatakan bahwa hipertensi ini tidak perlu diobati bahkan tiddak sedikit yang hanya mendengar mitos – mitos mengenai obat hipertensi. Padahal hipertensi harus mendapat pengobatan yang teratur sehingga tidak jatuh pada komplikasi yang lebih parah.

Berikut beberapa mitos mengenai hipertensi yang beredar di masyarakat dan tentunya akan menyesatkan masyarakat karena ketidaktahuannya :

Sebabkan Ketergantungan

Mitos paling popular yang berkembang salah satunya adalah pernyataan bahwa obat hipertensi menyebabkan ketergantungan. Obat hpertensi tidak menyebabkan ketergantungan seperti narkoba atau zat adiktif lainnya. Justru dalam hal ini pasien harus menggantungkan diri dengan obat antihipertensi. Sehingga bukan karena minum obat kita menjadi sakit melainkan karena menderita hipertensi maka mengkonsumsi obat. Bila pasien tidak mengkonsumsi obat maka akan mengalami komplikasi lain. Pasien juga tidak perlu khawatir bila sesuai dengan anjuran dokter dan senantiasa berkonsultasi bila ada keluhan  

Ginjal Menjadi Terganggu

Mitos selanjutnya adalah pernyataan bahwa konsumsi obat hipertensi terus menerus menyebabkan gangguan ginjal. Yang benar justru hipertensi yang tidak terkontrol yang menyebabkan kerusakan ginjal. Obat hipertensi generasi sekarang kualitasnya bagus – bagus dan terbukti aman dan efektif.    

Sebabkan Impoten

Selain isu ketergantungan sebagian masyarakat juga dihantui rasa takut karena terdengar kabar bahwa obat hipertensi menyebabkan impotensi. Kabar tersebut tidak sepenuhnya benar. Memang obat hipertensi terdahulu yaitu golongan diuretik (HCT), penghambat beta (golongan -lol contoh propanolol) dan klonidin mempunyai efek impotensi. Efek tersebut bisa terjadi bila dosis yang diberikan cukup tinggi dan pemakaian telah lama. Namun golongan obat penghambat ACE, CCB dan AIIRB tidak menyebabkan impotensi. Begitu pula diuretik HCT dosis kecil. Pasien yang mendapat terapi hipertensi menggunakan diuretik, penghambat beta dan klonidin, yang mempunyai keluhan penurunan fungsi seksual dapat meminta dokter mengganti obat hipertensi dengan golongan lain.

Satu hal penting yang justru perlu diperhatikan oleh masyarakat umum khususnya penderita hipertensi adalah kemungkinan impotensi pada hipertensi yang tidak diobati. Hal tersebut dapat terjadi karena hipertensi merusak pembuluh darah termasuk pembuluh darah yang berada di alat kelamin laki -laki, sehingga tidak mampu berhubungan seksual. Pada pasien yang sudah minum obat pun masih mempunyai kemungkinan mengalami impotensi jika terapi hipertensinya tidak berkelanjutan sesuai aturan karena belum terkontrol.

Timbul Resistensi

Pasien hipertensi bisa saja harus minum obat hipertensi seumur hidup. Dengan demikian pasien harus minum obat rutin dengan pengawasan dokter. Namun adakalanya pasien malas meminum obat dan menghentikannya sementara waktu, maka muncul anggapan terjadi resisitensi obat seperti halnya yang terjadi pada konsumsi antibiotik ataupun TBC. Perlu diperhatikan pengobatan hipertensi tidak ada istilah resistensi yang mungkin terjadi adalah bertambahnya besar dosis atau jenis obat anti hipertensi akan bertambah seiring dengan usia

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai artikel “Mitos Tentang Seputar Hipertensi. Terima Kasih

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini