Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai Mengenal Penyakit Autis pada Anak. Kata autis berasal dari bahasa Yunani “auto” berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala “hidup dalam dunianya sendiri”. Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Definisi Penyakit Autis
Pemakaian istilah autis kepada penderita diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943 berdasarkan pengamatan terhadap 11 penderita yang menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi yang aneh. Psikosis ini terjadi sebelum usia 30 bulan. Autisma berarti suatu kecacatan perkembangan yang dengan mantap mempengaruhi komunikasi lisan dan non lisan dan interaksi sosial, pada usia dibawah 3 tahun, yang berdampak pada perolehan pendidikan pada anak. Karakteristik lain yang dikaitkan dengan anak autis adalah perulangan aktifitas, penolakan terhadap perubahan lingkungan atau perubahan rutinitas harian dan tanggapan yang tak lazim pada perasaan. Istilah tersebut berlaku jika perolehan pendidikan anak kurang baik karena anak mengalami gangguan emosional. Seorang anak yang memperlihatkan gejala “autis” pada usia di atas 3 tahun dapat didiagnosa mengalami “autisma” jika kriteria di atas terpenuhi (Definisi Pemerintah Pusat)
Pada umumnya penderita autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).
Etiologi
Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya autisme, antara lain:
1. Teori Psikososial
Pada era 50an sampai 60an dikatakan penyebabnya adalah akibat dari pengaruh perlakuan orang tua di masa kank-kank. Kanner mempertimbangkan adanya pengaruh psikogenik sebagai penyebab autisme. Orang tua ynag emosional, kaku dan obsesif yang mengasuh anak mereka dalam suatu atmosfir yang secara emosional kurang hangat, bahkan dingin. Pendapat lain mengatakan adanya trauma pada anak yang disebabkan hostilisasi yang tidak disadari oleh ibu, yang sebenarnya tidak menghendaki anak ini. Ini mengakibatkan gejala penarikan diri pada anak dengan autisme.
2. Teori Biologis
Teori ini menjadi berkembang karena beberapa fakta seperti berikut: adanya hubungan yang erat dengan retardasi mental (75 – 80 %), perbandingan antara laki-laki dan perempuan = 4:1, meningkatnya insiden gangguan kejang (25%) dan adanya beberapa kondisi medis serta genetik yang mempunyai hubungan dengan gangguan ini. Hingga sekarang ini diyakini bahwa gangguan autisme merupakan suatu sindrom perilaku yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi sistem saraf pusat. Namun demikian, sampai saat ini belum diketahui dengan pasti letak abnormalitasnya. Hal ini diduga karena adanya disfungsi dari batang otak dan mesolimbik. Dari penelitian terakhir ditemukan kemungkinan adanya keterlibatan dari serebellum. Berbagai kondisi tersebut antara lain:
a. Faktor genetik
Hasil penelitian terhadap keluarga dan anak kembar menunjukkan adanya faktor genetik yang berperan dalam perkembangan anak autisme. Selain itu, juga telah ditemukan adanya hubungan antara autisme dengan syndrome fragile X, yaitu suatu keadaan abnormal dari kromosom X. Gejala autisme baru bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen, bisa saja gejala autisme tidak muncul, meskipun anak tersebut membawa gen autisme. Diperlukan factor pemicu yang lain untuk mencetuskan gejala autisme.
b. Faktor perinatal
Komplikasi prenatal, perinatal dan neonatal yang meningkat juga ditemukan pada anak autisme. Komplikasi yang paling sering dilaporkan adalah adanya perdarahan setelah trimester pertama dan ada kotoran janin pada cairan amnion, yang merupakan tanda bahaya dari janin (fetal distress). Penggunaan obat-obatan tertentu pada ibu yang sedang mengandung diduga ada hubungannya dengan timbulnya autisme. Adanya komplikasi waktu bersalin seperti terlambat menangis, gangguan pernafasan, anemia pada janin juga diduga ada hubungannya dengan autisme.
c. Model neuroanatomi
Berbagai kondisi neuropatologi diduga mendorong timbulnya gangguan perilaku pada autisme. Ada beberapa daerah di otak anak penyandang autisme yang diduga mengalami disfungsi. Adanya kesamaan perilaku austik dan perilaku abnormal pada orang dewasa yang diketahui mempunyai lesi di otak, dijadikan dasar dari berbagai teori penyebab autisme.
Eric Courchesne menemukan pengecilan cerebellum pada banyak penyandang autisme, terutama pada lobus VI dan VII. Lobus VI dan VII dari cerebellum banyak berisi sel-sel purkinje yang memproduksi neurotransmitter serotonin. Hasil otopsi ditemukan jumlah sel-sel purkinje sangat berkurang. Dampaknya tentu saja produksi serotonin berkurang sehingga penyaluran rangsang informasi antar sel otak menjadi kacau.
d. Teori imunologi
Ditemukannya penurunan respon dari sistem imun pada beberapa anak autistic meningkatkan kemungkinan adanya dasar imunologis pada beberapa kasus autisme. Ditemukannya antibodi beberapa ibu terhadap antigen leukosit anak mereka yang autisme, memperkuat dugaan ini. Karena ternyata antigen leukosit juga ditemukan pada sel-sel otak. Dengan demekian antibodi ibu dapat secara langsung merusak jaringan saraf otak janin yang menjadi penyebab timbulnya autisme.
e. Infeksi virus
Peningkatan frekuensi yang tinggi dari gangguan autisme pada anak-anak dengan congenital rubella, herpes simplex, enchephallitis dan cytomegalovirus infection juga pada anak-anak yang lahir pada musim semi dengan kemungkinan ibu mereka menderita influenza musim dingin saat mereka ada didalam rahim., telah membuat para peneliti menduga infeksi virus ini merupakan salah satu penyebab autisme.
f. Sekretin dan gangguan pencernaan
Pemberian sekretin (hormon perangsang pankreas sehingga lancar memproduksi enzim peptidase) ternyata gejala autismenya berkurang, bahkan dikatakan menghilang. Pemberian sekretin juga menyebabkankan efek sebaliknya. Ternyata ada hubungannya antara gangguan pencernaan dengan gejala autisme
3. Teori Kimia
Banyak logam berat beracun ditemukan pada otak anak autis seperti: arsenil (As), Antimony (Sb), Cadmium (Cd), raksa (Hg) dan timbal (Pb). Beberapa penelitian anak autism tampaknya didapatkan ditemukan adanya gangguan metabolisme metalotionin. Metalotionin adalah merupakan sistem yang utama yang dimiliki oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air raksa, timbal dan logam berat lainnya. Setiap logam berat memiliki afinitas yang berbeda terhada metalotionin. Berdasarkan afinitas tersebut air raksa memiliki afinitas yang paling kuar dengan terhadam metalotianin dibandingkan logam berat lainnya seperti tenbaga, perak atau zinc. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilaporkan para ahli menunjukkan bahwa gangguan metalotianin disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah : defisiensi Zinc, jumlah logam berat yang berlebihan, defisiensi sistein, malfungsi regulasi element Logam dan kelainan genetik, antara lain pada gen pembentuk metalotianin.
Manifestasi Klinis
- Gangguan dalam bidang komunikasi verbal maupun nonverbal
- Gangguan dalam bidang interaksi social
- Gangguan dalam bidang perilaku dan bermain
- Gangguan dalam persepsi sensori (penginderaan)
- Gangguan dalam bidang perasaan/ emosi
Penutup
Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Mengenal Penyakit Autis pada Anak. Semoga artikel Mengenal Penyakit Autis pada Anak bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih
Unduh Materi
Materi lengkapnya dapat Unduh disini (dilengkapi pathway) : AUTIS
Min ada penjelasan lanjut tidak gangguan ini dengan alergi dan pencernaan??? Ditunggu ulasannya min…
Terima kasih sudah mampir di artikel kami. nanti akan kami coba bahas tentang alergi dan pencernaan terhadap dampak dari anak autis.