Anak – anak terkadang mengalami saat-saat dimana dia malas menyentuh makanannya. Makanan yang dibuatkan oleh Bunda tidak pernah diliriknya bahkan anak lebih senang untuk makan makanan ringan yang dijual di pasaran. Banyak dari para Bunda merasa jengkel dan terkadang karena rasa jengkel itu Bunda memarahi dan menyalahkan si Anak. Pernahkah Anda mengalami hal yang demikian? Mari kita simak artikel maimelajah.com yang berjudul “Menghadapi Buah Hati Susah Makan“
Menurut pakar tumbuh kembang anak jangan terlalu menyalahkan anak kalau dia tidak mau makan, bisa jadi itu karena ketidakmampuan Bunda untuk membangun suasana makan. Kebiasaan makan merupakan proses pembelajaran dari yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa dilakukan. Makan merupakan proses berkesinambungan, disiplin, teratur serta melibatkan kemauan yang baik dan disesuaikan dengan kemampuan makan si anak. Sebaiknya pembelajaran proses makan dilakukan dengan suasana yang menyenangkan, disamping penuh kesabaran dan kasih sayang. Pembelajaran makan pada anak juga harus dilakukan secara disiplin misalnya anak diberikan sarapan jam 7 pagi maka hari berikutnya juga harus dilakukan pada jam yang sama. Hal ini dilakukan agar anak dapat memaknai sebagai sebuah ritual selain itu anak akan belajar mengatur pola makannya dan mempersiapkan lambungnya untuk menerima makanan.
Waktu yang Tepat Mengajarkan Anak Makan
Waktu yang baik untuk mengajarkan anak makan adalah usia 0-6 bulan, bisa dimulai dengan memperkenalkan ASI dan berlanjut ke makanan pendamping ASI atau dari ASI ke biskuit bayi. Apabila masa pengenalan pada masa peralihan ini dapat dilakukan dengan baik maka anak akan terhindar dari gangguan makan.
Menurut pakar tumbuh kembang anak, ada 2 faktor yang membuat anak mengalami gangguan pada makan, yaitu faktor anatomi atau faktor fungsional dan faktor psikologis.
1. Faktor Anatomi
Faktor anatomi biasanya merujuk pada gangguan sistem saraf, kelainan susunan saraf atau kelainan-kelainan saraf lain yang akan berdampak pada keterlambatan reflek motorik. Umumnya ditandai dengan gangguan menelan atau bicara yang akhirnya mengalami gangguan pada proses makan. Normalnya anak usia 4 – 5 bulan kemampuan menelan mereka sudah terlatih dan ketika merangkak pada usia 6 bulan bayi sudah bisa melakukan proses menelan dengan optimal.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis juga berpengaruh terhadap gangguan makan. Gangguan makan bermula dari rasa stress, depresi dan terpaksa. Penyebabnya adalah ketidakmampuan orang tua atau pengasuh untuk menciptakan keadaan yang nyaman dalam berlangsungnya proses makan. Belum lagi jika ada pemberian hukuman baik verbal ataupun non verbal pada anak yang tidak ingin makan. Penyebab terbanyak anak mengalami gangguan makan adalah faktor psikologis. Selain karena suasana makan yang tidak menyenangkan biasanya hal ini terjadi karena orang tua atau pengasuh hanya memberikan menu makanan yang monoton dan tidak bervariasi. Anak hanya diberikan makanan yang dia suka atau makanan yang biasa anak makan sehingga ketika suatu saat anak diberikan berbagai macam makanan anak akan memakan makanan yang biasa dia makan. Pada beberapa anak lain mengalami reaksi penolakan makanan atau hanya diemut makanannya.
Gangguan Makan pada Anak
Gangguan makan pada anak ternyata tidak hanya sebatas memilih – milih makanan, makan diemut atau menolak makan tetapi ada juga anak yang mengalami gangguan seperti tidak merasa lapar dan makan dengan jumlah yang banyak. Jika mengalami hal itu sebaiknya orang tua memeriksakan anak apakah mempunyai gangguan metabolik atau tidak. Kalau merasa tidak lapar bukan berarti anak tersebut tidak suka makan tetapi mungkin anak lebih menyukai makan-makanan kecil, snack, atau camilan. Kebiasaan makan dengan porsi sedikit adalah kemungkinan penyebab lain. Kebiasaan itu membuatnya merasa cukup dengan porsi yang biasa dia makan sehingga anak tidak ingin melakukan penambahan terhadap porsi makannya. Hal ini juga terbentuk karena faktor psikologis karena pengenalan makanan dari orang tuanya.
Untuk anak yang makan dalam jumlah banyak biasanya disebabkan anak depresi atau tertekan karena paradigma yang dibentuk oleh orang tuanya. Misalkan orang tuanya mengatakan anak yang sehat adalah yang makannya banyak. Dari sinilah anak kemudian mencoba untuk terus menerus makan agar sehat. Padahal kalau anak melakukan itu terus maka anak akan mengalami gangguan pada berat badannya dan mengarah pada obesitas. Meski cemas tidak sedikit orang tua yang lebih membiarkan anaknya meneruskan kebiasaan makannya yang salah entah karena tidak sampai hati karena si buah hati terus menerus merengek minta makan.
Gangguan makan pada anak sebaiknya tidak disepelekan begitu saja. Anak – anak seperti ini biasanya mengalami ketidakseimbangan atau ketidakoptimalan asupan gizi atau asupan nutrisi. Pada kasus – kasus tertentu dimana anak lebih menyukai gorengan membuat anak mengalami kelebihan asupan lemak daripada asupan karbohidrat atau protein. Anak juga bisa mengalami kekurangan vitamin dan apabila dibiarkan terus menerus akan mengalami gizi buruk. Orang tua harus mulai was – was ketika berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan dan usianya. Apalagi anak masih berumur 1 – 3 tahun karena masa itu adalah masa emas dalam kehidupan anak. Masa itu, sel-sel saraf dan pertumbuhannya sangat penting, jika pada saat itu gizi anak tidak terpenuhi maka kemampuan kognitif anak pun akan terpengaruh.
Kondisi Anak yang Mengalami Gangguan
Kondisi anak-anak yang mengalami gangguan makan seperti penolakan makan atau makan diemut masih bisa diubah dengan cara melakukan pendekatan antara orang tua atau pengasuh dengan anak tersebut seperti membuat suasana yang menyenangkan saat makan, melatih anak mengenal berbagai macam bahan makanan selain makanan yang disukainya dan menciptakan menu baru yang bervariasi baik rasa, warna dan bahannya. Sedangkan pada anak yang yang mengalami gangguan dengan mengkonsumsi banyak makanan atau tidak merasa lapar selain pendekatan secara psikologis, pemberian menu yang bervariasi, pemeriksaan kesehatan metabolik perlu dilakukan.
Jika anak sudah mengalami gangguan berat badan terhadap tinggi dan usianya harus dicari dulu akar permasalahannya dan mengatasinya secara simultan. Pengaturan diet makanan juga bisa dilakukan untuk mengatur makanan yang disesuaikan dengan kebutuhan kalori anak
Penutup
Demikian penjelasan singkat mengenai “Menghadapi Buah Hati Susah Makan“. Semoga artikel “Menghadapi Buah Hati Susah Makan” membantu orang tua dalam memahami anak yang susah makan. Terima Kasih