Beberapa tahun belakangan ini terjadi perkembangan baru pada DM tipe II. maimelajah.com akan mengulas perkembangan baru ini. Perkembangan yang menarik DM Tipe II pada perjalanan penyakit (patogenesis) dan terapi untuk Diabetes mellitus (DM) tipe II. Menurut Prof.dr J.W.A.Smith dari Leiden University Medical Center, dahulu pathogenesis DM tipe II berhubungan dengan konsep adanya kelebihan trigliserida. Baik yang berasal dari makanan dan berlanjut dengan terjadinya resistensi reseptor insulin dalam tubuh. Konsekuensi dari resisten insulin sehingga menyebabkan hiperinsilinemia. Hal ini telah dianggap menjadi penyebab berkurangnya penyimpanan insulin di pancreas sehingga berujung pada DM tipe II.
#Fenomena gangguan DM
Sekarang menurut Prof. Smith mulai dimengerti bahwa pathogenesis DM tipe II merupakan fenomena kompleks. Fenomena dimana melibatkan gangguan eksogen dan endogen yang berperan masing-masing maupun bersamaan. Gangguan ini tidak hanya melibatkan lipotoksisitas dan glikotoksisitas. Tetapi juga berpengaruh genetic (kecenderungan gen, kondisi fetal dan perinatal, kerusakan DNA). Berpengaruh pada inflamasi (baik yang diperantarai oleh system imun alamiah dan adaptif). Dan juga glikosilasi protein dan efek neuronal sentral (diindikasikan dengan efek impresif gangguan tidur pada metabolisme glukosa).
Penemuan-penemuan baru tersebut memang tampak semakin memperumit pemahaman DM tipe II, dimana hubungan umum semua faktornya sulit diidentifikasi. Dengan adanya pemehaman baru tentang pathogenesis DM tipe II maka bisa memberi kesempatan munculnya perkembangan strategi pencegahan yang baru. Dikatakan bahwa dahulu protocol terapi untuk DM tipe II berdasarkan pada uji klinis skala besar. Uji ini tidak memperhitungkan variasi masing-masing individu. Banyak terapi dimulai terlambat karena pada saat baru didiagnosa DM Tipe II sudah disertai dengan komplikasi bersifat serius dan irreversible. Komplikasi tersebut dapat berujung pada kecacatan atau kematian.
Sangat penting untuk mengidentifikasi pasien yang berada pada risiko tinggi mengalami DM tipe II atau komplikasi terkait DM Tipe II. Lebih lanjut, pasien harus distratifikasi untuk terapi yang lebih per individu sehingga akan menghemat biaya pengobatan. Penemuan biomarker juga diagnostic lainnya sehingga bisa mendeteksi secara lebih dini juga akanmembantu upaya pencegahan lebih efektif. Perkembangan ini memiliki relevansi di seluruh dunia, dimana kejadian DM Tipe II secara cepat meningkat. Khususnya di daerah non-Barat. Prof. Smith berpesan penting untuk melibatkan factor local, social dan budaya pada semua strategi untuk mencegah dan mengobati DM.