Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai Masalah Keluarga Hiperemesis Gravidarum. Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Asuhan Keperawatan yang diberikan pada keluarga satu berbeda dari keluarga yang lain.

Baca :
Konsep AsKep Keluarga Dengan Wanita Usia Subur

Hal yang membedakan utamanya mengenai masalah dalam tahap perkembangan keluarga. Keluarga dengan tahap usia subur salah satu masalahnya yaitu hiperemesis gravidarum. Perlu kesiapan keluarga menghadapi hiperemesis gravidarum ini, sehingga akan membantu ibu hamil menghadapi masalahnya. Hal yang diharapkan bahwa keluarga dapat memberi dukungan pada ibu hamil mengatasi masalah hiperemesis gravidarum. Motivasi keluarga pada ibu hiperemesis gravidarum dapat mencegah ibu dari kondisi perburukan. Asuhan keperawatan keluarga akan memberikan Regimen terapeutik yang tepat sehingga masalah pada ibu dengan hiperemesis gravidarum teratasi.

Pengertian Hiperemesis Gravidarum

  • Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. (Rustam Mochtar, 2008). Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
  • Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan. (Hellen Farrer, 2009, hal : 112)
  • Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan. (Ben-Zion, MD, hal : 232)
  • Jadi dapat disimpulkan bahwa hiperemesis gravidarum merupakan keadaan mual dan muntah berlebih yang terjadi pada saat wanita hamil yang biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat juga timbul setiap saat dan bahkan malam hari.

Etiologi Hiperemesis Gravidarum

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan : ( Rustan Mochtar, 2008 )

  1. Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
  2. Faktor Psikologik. Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
  3. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.

Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum

Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi, apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

Tingkatan I (ringan)

Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita. Ibu merasa lemah. Nafsu makan tidak ada. Berat badan menurun.Merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit. Tekanan darah menurun. Turgor kulit berkurang. Lidah mengering. Mata cekung.

Tingkatan II (sedang)

Penderita tampak lebih lemah dan apatis. Turgor kulit mulai jelek. Lidah mengering dan tampak kotor. Nadi kecil dan cepat. Suhu badan naik ( dehidrasi ). Mata mulai ikteris. Berat badan turun dan mata cekung. Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan kontipasi. Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.

Tingkatan III (berat)

Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma). Dehidrasi hebat. Nadi kecil, cepat dan halus. Suhu meningkat dan tensi turun. Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensepalopati Wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia, dan penurunan mental. Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.

Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Patofisiologi hiperemesis gravidarum dijelaskan dalam beberapa teori yang diajukan oleh para ahli dan peneliti.

Perubahan Hormonal 

Kadar hCG mencapai puncaknya pada trimester awal kehamilan. Sebenarnya hormon hCG ini tidak secara langsung menjadi penyebab hiperemesis gravidarum. Namun, secara tidak langsung terlibat karena hCG secara fisiologis dapat menstimulasi reseptor hormon TSH (thyroid stimulating hormone). Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi hipertiroidisme transien (gestational transient thyrotoxicosis) pada awal kehamilan. Dari penelitian didapatkan banyak perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum ternyata memiliki kadar tiroksin yang tinggi dan TSH yang rendah.

Kondisi hipertiroidisme transien ini akan kembali menjadi normal ketika usia kehamilan sudah mencapai pertengahan trimester kedua tanpa perlu terapi antitiroid. Selain hCG, hormon yang diduga juga berperan dalam terjadinya hiperemesis gravidarum adalah estrogen. Namun, dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut untuk membuktikan hal ini karena beberapa studi mengatakan terdapat korelasi antara kadar estrogen dengan tingkat keparahan mual dan muntah pada perempuan hamil sementara beberapa studi yang lain mengatakan tidak terdapat korelasi.

Disfungsi Gastrointestinal

Perubahan pada aktivitas ritmik gastrik (disritmia gastrik), baik menjadi lebih cepat maupun lebih lambat, turut berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah pada kehamilan. Mekanisme penyebab disritmia gastrik ini di antaranya adalah peningkatan kadar estrogen dan progesteron, gangguan fungsi tiroid, perubahan tonus vagal dan simpatis, serta sekresi vasopresin sebagai respon terhadap perubahan volume intravaskuler yang biasanya terjadi pada awal kehamilan. Pada perempuan dengan hiperemesis gravidarum, perubahan-perubahan tersebut diduga terjadi lebih ektsrem atau saluran gastrointestinalnya menjadi lebih sensitif dengan perubahan-perubahan tersebut.

Perubahan pada tekanan istirahat (relaksasi) spinkter esofagus bagian bawah (lower esophageal sphincter/LES) dan gangguan peristaltis esofagus (dismotilitas esofagus) juga memiliki kaitan dengan mual dan muntah pada kehamilan. LES pada perempuan hamil lebih mudah menjadi longgar. Walaupun sebenarnya perubahan ini lebih berkaitan dengan terjadinya sensasi heartburn pada kehamilan (GERD), hal ini juga dapat menyebabkan gejala seperti mual. Estrogen dan progesteron juga disebut sebagai mediator dismotilitas esofagus dan relaksasi LES.

Komposisi Makanan

Komposisi makanan juga dapat memiliki hubungan dengan mual dan muntah pada kehamilan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa makanan dengan komposisi dominan protein berhubungan dengan menurunnya/membaiknya kondisi disritmia gastrik sementara makanan dengan komposisi dominan karbohidrat atau lemak tidak memiliki efek terhadap kondisi disritmia gastrik.

Disfungsi Hati

Mual dan muntah pada kehamilan dapat berefek pada hati. Kerusakan oksidasi asam lemak mitokondria dihipotesis memiliki peran dalam terjadinya disfungsi hati maternal yang terkait dengan hiperemesis gravidarum. Disfungsi hati ini terjadi pada hampir 50% pasien dengan hiperemesis gravidarum dan biasanya berupa biasanya peningkatan serum transaminase yang tidak terlalu tinggi (tidak lebih dari 200 U/L). 

Infeksi Bakteri Helicobacter pylori 

Infeksi Bakteri Helicobacter pylori adalah bakteri yang ditemukan di dalam lambung yang dapat memperberat mual dan muntah pada kehamilan. Namun, keterlibatan bakteri ini dalam terjadinya hiperemesis gravidarum masih kontroversial. Sebuah studi di Amerika Serikat baru-baru ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan bakteri H. pylori dengan hiperemesis gravidarun. Namun, mual dan muntah yang menetap pada trimester kedua dapat terjadi karena ulkus peptikum yang disebabkan oleh infeksi H.pylori.

Keseimbangan dan Penciuman

Hiperakuitas dari sistem olfakori dapat menjadi faktor yang turut berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah selama kehamilan. Banyak perempuan yang sedang hamil mengeluhkan bau dari masakan tertentu dapat menjadi pemicu mual. Sementara itu, gangguan keseimbangan diduga juga dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum karena kemiripannya dengan motion sickness.

Genetik

Sebuah studi memperlihatkan bahwa seorang anak perempuan yang terlahir dari kehamilan dengan hiperemesis gravidarum memiliki risiko 3% untuk mengalami hal serupa saat ia hamil sementara anak perempuan yang terlahir dari kehamilan tanpa riwayat hiperemesis gravidarum memiliki risiko 1.1% untuk mengalami hyperemesis gravidarum. Studi lain menunjukkan bahwa seorang saudara perempuan dari ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hal serupa. Begitu pula dengan kerabat yang memiliki pertalian darah dari ibu dan bapak.

Psikologis

Stres psikologis pada kehamilan dapat menyebabkan dan memperberat mual dan muntah pada kehamilan. Walaupun begitu, kondisi hiperemesis gravidarum tampaknya juga menjadi salah satu penyebab stres psikologis pada kehamilan.

Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum Non Medis

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan  penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologi. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :

  1. Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
  2. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
  3. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
  4. Hindari makan yang berminyak dan berbau lemak.
  5. Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas ataupun terlalu dingin.
  6. Usahakan defekasi teratur.

Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum Terapi Medis

Apabila dengan cara di atas keluhan dan gejala tidak berkurang diperlukan pengobatan.

  1. Tidak memberikan obat yang teratogen.
  2. Sedativa yang sering diberikan adalah Phenobarbital.
  3. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
  4. Anthistaminika seperti dramamin, avomin.
  5. Pada keadaan berat, antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin.

Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah sakit.

Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :

  1. Isolasi : Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah, dan peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan.
  2. Terapi psikologik : Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal, dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atau konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
  3. Terapi parental : Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnyvitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang telah disebutkan di atas.
  4. Terminasi kehamilan : Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterius, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan  untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi di lain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ vital.

Komplikasi

  • Dehidrasi
  • Ikterik
  • Takikardi
  • Alkalosis
  • Menarik diri, depresi
  • Ensefalopati wernicke yang ditandai oleh adanya nistagmus, diplopia, perubahan mental
  • Suhu tubuh meningkat

Prognosis

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

Pemeriksaan Penunjang

  • Kadar potassium, sodium klorida, dan protein menurun.
  • Hemoglobin dan hematokrit menurun
  • Urinalisis : adanya keton dan kadang-kadang  adanya protein
  • Kadar vitamin dalam darah menurun
  • BUN, non protein nitrogen, uric acid meningkat

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Masalah Keluarga Hiperemesis Gravidarum. Semoga artikel Masalah Keluarga Hiperemesis Gravidarum bermanfaat bagi para pembaca semua. Terima Kasih

Unduh Materi

Materi lengkap tentang Masalah Keluarga Hiperemesis Gravidarum dapat diunduh disini : HIPEREMESIS GRAVIDARUM

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini