Merdeka! kata yang sering kita ucapkan untuk memperingati HUT Ke-71 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Ternyata Usia Kemerdekaan Negara Republik Indonesia (RI) sudah 71 Tahun. Apakah Negara kita sudah Merdeka? Jawabannya sudah, tapi kita baru merdeka dari tangan penjajah, kita belum Merdeka sepenuhnya, karena rakyat indonesia belum sepenuhnya Merdeka dari Kemiskinan dan Kebodohan.
Kali ini pemerintah telah menyiapkan logo peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia (RI) ke-71 yang lain dari tahun sebelumnya. Logo peringatan HUT ke-71 tersebut telah resmi dirilis pemerintah melalui Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) pada 25 mei 2016. Maka pada kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai makna Logo HUT ke-71 Republik Indonesia
Logo HUT ke-71 Republik Indonesia
Surat Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara
Secara resmi peluncuran logo tersebut tertuang dalam Surat Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara yang ditandatangani Sekretaris Setneg Setya Utama. Nomor : B 1651/ Kemensetneg/ Ses/ TU.00.04/ 05/ 2016 tanggal 25 Mei 2016 tentang Penyampaian Logo Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-71 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) Tahun 2016 kepada para pimpinan lembaga negara, para Menteri Kabinet Kerja, Gubernur Bank Indonesia, Jaksa Agung, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, para pimpinan lembaga pemerintah non-kementerian, para perwakilan RI di luar negeri, para Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia, dan para bupati serta wali kota di seluruh Indonesia.
Makna Logo HUT ke-71 Republik Indonesia
Jika dicermati, logo Peringatan HUT Kemerdekaan RI kali ini memang tampak beda dari sebelumnya. Meskipun secara konsep, maknanya masih meneruskan semangat pringatan HUT RI ke-70 tahun lalu. Jika dilihat dari desain logo, pada tahun lalu tampak angka 7 dan 0 diberikan akses semacam bulu burung garuda, sementara untuk logo tahun ini lebih ke garis tegas. Konsep Logo HUT RI ke-71, mengikuti penjelasan Bekraf adalah sebagai bentuk kerja nyata yang berkesinambungan maka visual 71 tahun Indonesia merdeka memiliki bentuk yang berkelanjutan dari logo 70 tahun Indonesia merdeka. Pada logo 71 tahun ini digambarkan dua setengah lingkaran yang mengilustrasikan bilah baling-baling yang dinamis selalu berputar mendorong pesat ke depan.
Logo tersebut mengandung arti keseriusan pemerintah Jokowi untuk terus melakukan Kerja Nyata dalam memajukan bangsa Indonesia. Angka Satu yang menembus bidang lingkaran mengarah ke kanan atas merupakan ajakan bagi seluruh lapisan masyarakat agar bersatu, bahu membahu bekerja menembus segala rintangan.
Kalau dicermati, logo HUT RI ke-71 lebih sederhana tetapi terkesan kuat, dinamis, tegas dan yang enak dilihat. Setidaknya kesederhanaannya mengandung banyak makna. Dan yang jelas memberikan semangat untuk mengisi kemerdekaan RI yang ke-71 dengan kerja, kerja dan kerja demi kemajuan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Dirgahayu RI! Merdeka!
Penutup
Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Logo HUT ke-71 Republik Indonesia. Terima Kasih
Pada kesempatan ini maimelajah.com akan membahas tentang Aplikasi keluaran terbaru dari Kemendikbud melalui Ditjen Dikdasmen yaitu Aplikasi Dapodikdasmen Terbaru Versi 2016, tepatnya aplikasi ini dikeluarkan tanggal 30 Juli 2016. Aplikasi ini diperuntukan bagi jenjang Sekolah Pendidikan Dasar dan Menengah (SD, SMP, SMA, SMK dan SLB).
Pada Aplikasi terbaru ini ada beberapa pembaharuan dan perbaikan. Berikut daftar dari pembaharuan sistem Aplikasi Dapodikdasmen Terbaru Versi 2016 :
Daftar Perubahan
[Pembaruan] Pembaruan tampilan antarmuka pengguna
[Pembaruan] Fungsi ganti gambar profil pengguna
[Pembaruan] Penambahan menu Sekolah Aman pada data rinci sekolah
[Pembaruan] Penambahan kolom isian pada sanitasi di data rinci sekolah
[Pembaruan] Penambahan kolom Aktivitas Peserta didik pada tabel MoU Kerjasama untuk SMK pada data rinci sekolah
[Pembaruan] Penambahan isian nama wajib pajak di form sekolah
[Pembaruan] Menu dropdown di data rinci sekolah
[Pembaruan] Penambahan penilaian komponen pada input kondisi
[Pembaruan] Status tingkat kerusakan
[Pembaruan] Sidebar data periodik sarana, buku dan alat
[Pembaruan] Status kolom “vld”
[Pembaruan] Menu validasi (hanya 1 kali perbaikan)
[Pembaruan] Kolom ID Bank, Rekening Bank, dan Rekening atas nama
[Pembaruan] Kolom nama wajib pajak pada PTK
[Pembaruan] Sidebar daftar tugas tambahan
[Pembaruan] Menu paging pada tabel PTK
[Pembaruan] Penambahan kolom penerima KIP pada Peserta Didik
[Pembaruan] Penambahan kolom nomor KIP pada Peserta Didik
[Pembaruan] Penambahan kolom nama di KIP pada Peserta Didik
[Pembaruan] Penambahan kolom nomor KKS pada Peserta Didik
[Pembaruan] Penambahan kolom nomor registrasi akta lahir pada Peserta Didik
[Pembaruan] Penambahan kolom alasan menolak KIP pada Peserta Didik
[Pembaruan] Penambahan kolom NIK ayah, ibu, dan wali pada Peserta Didik
Pada Kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas tentang Cara Membuat Fanspage Facebook. Apa yang dimaksud dengan Facebook (FB)? Dan tentu ada yang bertanya juga, apa kegunaan dari fanspage FB? Mari kita simak dulu pengertian dari FB itu apa. FB (Facebook) adalah situs jejaring sosial dan layanan dimana pengguna dapat memposting komentar, berbagi foto/ video, dan link ke berita atau konten menarik lainnya. FB sendiri bisa diartikan sebagai situs jejaringan sosial yang memudahkan anda terhubung dan berbagi dengan keluarga dan teman anda secara online.
Yang dimaksud dengan Fanspage FB simpelnya seperti ini, jika ada yang menyukai fanspage FB kita baik melalui blog atau like langsung lewat FB maka jika kita membuat artikel dan mempostingnya di FB maka besar kemungkinan artikel kita akan muncul pada dashboard orang yang melike fanspage FB kita, sehingga kemungkinan mandapatkan pengunjung lebih banyak.
Di halaman ini kamu dapat mensetting tampilan dari widget Fanspage kamu. Isikan URL Halaman Facebook kamu, dan atur Lebar dan Tinggi widget. Kalo sudah klik tombol Dapatkan Kode.
Nantinya kamu akan mendapatkan Kode. Pilih “IFrame”, supaya mendapatkan kode yang lebih simpel. Copy kode yang ditampilkan, kode ini nantinya akan kita pasang pada web/blog kamu.
Memasang Fanspage ke Blog
Tinggal teman-teman masukkan saja kode yang tadi sudah kita copy ke dalam widget blog. Caranya, masuk ke “Tata Letak” Klik Tambahkan Gadget > pilih HTML/Java Script.
Selesai tinggal kita lihat bagaimana hasil di Web/Blog kamu.
Penutup
Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Cara Membuat Fanspage Facebook. Semoga artikel ini dapat membantu teman-teman Blogger dalam meningkatkan pengunjung dari Blog/Website kalian. Terima Kasih
Facebook! siapa yang tidak mengenal facebook. Dari anak SD sampai Orang Tua sekalipun mengenal namanya facebook. Facebook adalah jejaring sosial terbesar saat ini. Disamping facebook digunakan untuk saling berkomunikasi dengan teman, maupun membuat suatu komunitas. Facebook sendiri juga bisa membantu kamu untuk berjualan, mempromosikan bisnis dan web/blog kamu. Karena Facebook mempunya pengguna yang sangat banyak dan terus bertambah dari waktu ke waktu. Dengan membuat halaman Fanspage Facebook, bermanfaat sekali dalam membantu kamu memasarkan suatu barang atau jasa dan lain sebagainya. Dengan membuat Fanspage sendiri seorang penulis blog/web dapat selalu berinteraksi dengan penggemarnya yang nantinya akan selalu dapat mengikuti artikel-artikel terbaru di facebooknya. Lalu bagaimana cara membuat Fanspage Facebook ini? Maka kali ini maimelajah.com akan mencoba membahas artikel Langkah-Langkah Membuat Fanspage Facebook.
#Langkah-langkah membuat Fanspage Facebook
Klik link https://www.facebook.com/pages/create.php Kemudian akan tampil menu dibawah ini. Pada Halaman ini kamu diberikan 6 pilihan kategori. Pilihlah sesuai dengan topik atau konten dari halaman yang akan kamu buat.
Misalnya saya memilih kategori “Merk atau Produk“. Kemudian lanjutkan dengan memilih kategori halaman dan masukan nama halaman Fanspage Facebook kamu. Jika sudah klik tombol mulai.
Isikan Deskripsi halaman Fanspage Facebook kamu. Tambahkan beberapa kalimat untuk menjelaskan tentang halaman kamu. Jika sudah diisi lanjutkan dengan klik tombol Simpan Info.
Selanjutnya, Unggah Foto yang akan dijadikan foto profil halaman Fanspage Facebook kamu. Jika sudah klik tombol Simpan Foto.
Selanjutnya akan masuk pada pengaturan tambahkan ke favorit. Artinya kamu disarankan untuk menambahkan halaman Fanspage kamu ke menu Favorit yang ada pada dashboard Facebook kamu, sehingga nantinya berguna untuk mempermudah kamu dalam mengakses halaman Fanspage. Jika mau ditambahkan klik Tambahkan ke Favorit. Jika tidak klik tombol lewati.
Selanjutnya akan masuk ke tampilan Pemirsa Halaman Pilihan. Jika sudah klik tombol simpan.
Jika kamu ingin melewati pengaturan ini tinggal klik tombol lewati yang ada di setiap halaman. Nah, kamu telah berhasil membuat Halaman Fanspage Facebook kamu sendiri.
Sekian Tips mengenai cara membuat Fanspage Facebook. Semoga artikel ini bermanfaat. Selamat Mencoba.
Halo Sahabat maimelajah.com, hari ini saya akan bagikan tips cara Langkah Cepat Belajar Mengetik 10 Jari dengan cepat dan benar. Sebelum mulai mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Setelah berdoa mari kita yakini diri kita bahwa kita bisa mengetik dengan 10 jari.
Kalo mau pasti bisa!!. Kuncinya adalah punya kemauan keras dan selalu berlatih untuk “BISA” mengetik dengan 10 jari. Baiklah langsung aja kita bahas Langkah Cepat Belajar Mengetik 10 Jari.
#Letak Jari Pada Keyboard (Langkah Cepat Belajar Mengetik 10 Jari)
Hal yang perlu diperhatikan adalah cara meletakkan jari anda pada papan ketik (keyboard) untuk memudahkan pengetikan dan mempercepat penyelesaian tugas.
Letak jari pada huruf ASDFG dan HJKL
Letak jari pada QWERT dan YUIOP
Letak jari pada ZXCVB dan NM<>/
Perhatikan baik-baik! pada ketiga gambar, jempol kiri dan jempol kanan digunakan hanya untuk tombol spasi.
#Tips
Hapalkan fungsi jari tangan dengan terus berlatih mengetik. Jika terasa sulit biasakan.
Semua jari tangan berada di atas keyboard, kelingking kiri menempel pada huruf “a”, kelingking kanan menempel pada huruf “p”, kedua ibu jari menempel pada “spasi”
Biasakan tidak melihat keyboard pada saat mengetik, karena posisi huruf pada keyboard tidak akan berpindah.
Jika terjadi kesalahan mengetik langsung edit
Kalo sudah merasa lancar mengetik 1 kata dan merasakan terjadi kesalahan pada saat pengetikan. Maka lanjutkanlah mengetik 2 kata, 3 kata dan seterusnya supaya kita makin lancar.
Kalo sudah lancar, maka dilanjutkan dengan mencoba untuk mengetik lembar naskah dengan mengetik menggunakan 10 jari.
Ayo kita mulai berlatih menekan tombol dengan jari yang benar. Pada awalnya, pasti anda akan merasa canggung. Teruskan berlatih! latihlah jari-jemari hingga fasih dan benar. Tanpa melihat papan ketik pun jari-jari seolah-olah tau dimana letak tombol semua huruf.
#Penutup
Demikian penjelasan singkat tentang artikel mengetik dengan 10 jari, semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman yang sedang mulai belajar komputer. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih sudah mampir di artikel kami.
Buku Simulasi Digital (SIMDIG) Kelas X SMK merupakan artikel yang maimelajah.com bagikan pada kesempatan kali ini. Mata Pelajaran Simulasi Digital merupakan mata pelajaran baru yang terdapat pada Kurikulum 2013 SMK. Mata pelajaran ini menggantikan mata pelajaran KKPI (Keterampilan Komputer Pengelolaan Informasi) yang terdapat pada Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Mata pelajaran Simulasi Digital adalah mata pelajaran yang membekali anda agar dapat mengomunikasikan gagasan atau konsep melalui media digital.
Ruang Lingkup Mata Pelajaran Simulasi Digital (SIMDIG) Buku Siswa Jilid 1
Pengelolaan Informasi Digital
Kelas Maya
Perancangan Visualisasi Konsep
Ruang Lingkup Mata Pelajaran Simulasi Digital (SIMDIG) Buku Siswa Jilid 2
Visualisasi Konsep Melalui Visualisasi Konsep, dimaksudkan agar siswa memiliki bekal keterampilan teknis dalam :
Membuat Presentasi Video melalui cara video Proses, dan
Membuat Presentasi Video melalui Simulasi Visual
Buku/ Dokumen Digital Melalui Buku/Dokumen Digital, dimaksudkan agar siswa memiliki bekal keterampilan teknis dalam : Memformat naskah menjadi buku/dokumen digital untuk mengomunikasikan gagasan atau konsep.
Perkembangan digital memungkinkan untuk mewujudkan menjadi buku/ dokumen “nirketas” yang mudah disimpan, dibawa dan dibaca. Buku/ Dokumen Digital mampu menampung informasi verbal dan nonverbal dengan tampilan statis, video dan audio
Penutup
Demikian penjelasan singkat tentang Isi dari Buku Simulasi Digital yang sudah dibahas pada artikel Buku Simulasi Digital (SIMDIG) Kelas X SMK. Semoga artikel ini bermanfaat bagi siswa/i dan rekan-rekan guru yang mengajar Simulasi Digital. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.
Kompartemen Sindrom (Gejala dan Pathway) merupakan artikel yang akan maimelajah.com bahas pada kesempatan kali ini. Daerah ekstermitas memiliki banyak kompartemen yang didalamnya terdapat otot,saraf,dan pembuluh darah. Itu semua diselubungi oleh membran yang keras dan tidak elastis yang disebut dengan fasia. Kompartemen sindrom terjadi apabila terjadi peningkatan tekanan dalam kompartemen. (ENA,2000:533)
2. Definisi Kompartemen Sindrom
Sindrom Kompartemen merupakan suatu kondisi yang bisa mengakibatkan kecacatan hingga mengancam jiwa akibat terjadi peningkatan tekanan interstitial dalam sebuah ruangan terbatas yakni kompartemen osteofasia yang tertutup. Sebagian besar terjadi pada daerah lengan bawah dan kaki. Sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan. (ENA,2000:533)
3. Etiologi Kompartemen Sindrom
Terdapat berbagai penyebab dapat meningkatkan tekanan jaringan lokal yang kemudian memicu timbullny sindrom kompartemen, yaitu antara lain:
Penurunan volume kompartemen Kondisi ini disebabkan oleh :
Penutupan defek fascia
Traksi internal berlebihan pada fraktur ekstremitas
Peningkatan tekanan eksternal
Balutan yang terlalu ketat
Berbaring di atas lengan
Gips
Peningkatan tekanan pada struktur komparteman. Beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi ini antara lain :
Pendarahan atau Trauma vaskuler
Peningkatan permeabilitas kapiler
Penggunaan otot yang berlebihan
Luka bakar
Operasi
Gigitan ular
Obstruksi vena Sejauh ini penyebab sindroma kompartemen yang paling sering adalah cedera, dimana 45 % kasus terjadi akibat fraktur, dan 80% darinya terjadi di anggota gerak bawah.
4. Manifestasi Klinis Kompartemen Sindrom
Pain (nyeri) : nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena, ketika ada trauma langsung. Nyeri merupakan gejala dini yang paling penting. Terutama jika munculnya nyeri tidak sebanding dengan keadaan klinik (pada anak-anak tampak semakin gelisah atau memerlukan analgesia lebih banyak dari biasanya). Otot yang tegang pada kompartemen merupakan gejala yang spesifik dan sering.
Pallor (pucat), diakibatkan oleh menurunnya perfusi ke daereah tersebut.
Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi )
Parestesia (rasa kesemutan)
Paralysis : Merupakan tanda lambat akibat menurunnya sensasi saraf yang berlanjut dengan hilangnya fungsi bagian yang terkena kompartemen sindrom.
5. Patofisiologi
Peningkatan tekanan jaringan menyebabkan obstruksi vena dalam ruang yang tertutup. Peningkatan tekanan secara terus menerus menyebabkan tekanan arteriolar intramuskuler bawah meninggi. Pada titik ini, tidak ada lagi darah yang akan masuk ke kapiler sehingga menyebabkan kebocoran ke dalam kompartemen, yang diikuti oleh meningkatnya tekanan dalam kompartemen. Penekanan terhadap saraf perifer disekitarnya akan menimbulkan nyeri hebat. Bila terjadi peningkatan intrakompartemen, tekanan vena meningkat. Setelah itu, aliran darah melalui kapiler akan berhenti. Dalam keadaan ini penghantaran oksigen juga akan terhenti, Sehingga terjadi hipoksia jaringan (pale). Jika hal ini terus berlanjut, maka terjadi iskemia otot dan nervus, yang akan menyebabkan kerusakan ireversibel komponen tersebut. Pohon Masalah Terlampir.
6. Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi sindrom kompartemen berdasar penyebabnya :
Sindrom kompartemen Intrinsik : merupakan sindrom kompartemen yang berasal dari dalam tubuh,seperti : pendarahan,fraktur.
Sindrome kompartemen ekstrinsik : merupakan sindrome kompartemen yang berasal dari luar tubuh : gift, penekanan lengan terlalu lama.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Kreatinin ginjal : sebagai penentu tingkat kerusakan jaringan.
Blood urea nitrogen (BUN)
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan urin
8. Komplikasi
Sindrom kompartemen jika tidak mendapatkan penanganan dengan segera, akan menimbulkan berbagai komplikasi antara lain:
Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen
Kontraktur volkman, merupakan kerusakan otot yang disebabkan oleh terlambatnya penanganan sindrom kompartemen sehingga timbul deformitas pada tangan, jari, dan pergelangan tangan karena adanya trauma pada lengan bawa.
Trauma vascular
Gagal ginjal akut
Sepsis
Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
9. Penatalaksanaan Kegawat daruratan dan terapi pengobatan
Singkirkan semua tekanan dari luar.
Hilangkan hal-hal yang mengganggu sirkulasi
Hindarkan penggunaan kompres es,karena akan mengakibatkan vasokontriksi.
Hindarkan meninggikan ekstermitas : bisa memperburuk aliran arteri.
Siapkan dan bantu hal-hal yang dapat meminimalisasi fraktur jika diindikasikan.
Berikan analgetik bila diinstruksikan.
Siapkan untuk oprasi faciotomi untuk memperbaiki fungsi neuromuscular.
Berikan pengetahuan pada pasien dan keluarga. (ENA,2000 : 534)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KOMPARTEMEN SINDROM
A. Pengkajian
1. Primer Assessment
a. Data Subyektif
Keluhan utama : –
Riwayat Penyakit saat ini : –
Riwayat sebelumnya : riwayat fraktur ekstermitas, hipotermi,gigitan ular, luka bakar
b. Data Obyektif
Airway : –
Bhreating : –
Circulation : nadi tidak teraba.
Disability : Paralysis, parastesia
2. Sekunder Assessment
Eksposure : –
Full set of vital sign : hipertensi
Give comfort : pain assessment
Head To Toe : oedema pada ektremitas
3. Diagnosa
Gangguan perfusi jaringan b/d peningkatan tekanan intrakompartemen ditandai dengan rasa kesemutan,oedema.
Nyeri b/d peningkatan tekanan kompartemen dan iskemik jaringan ditandai dengan keluhan nyeri.
Ansietas b/d krisis situasional ditandai dengan pasien tampak ketakutan, gelisah
B. Intervensi Emergency
NO DX
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1
Tujuan : Setelah diberika askep selama 1 x … menit diharapkan perfusi jaringan menjadi kuat. Kriteria Hasil : – Nadi teraba. – Px. Tidak mengeluh kesemutan – Px tidak tampak pucat – Tidak ada nyeri (skala 0-3) – Tidak terjadi paralisis
– Awasi tanda-tanda vital. – Singkirkan semua teka-nan dari luar – Hindarkan penggunaan kompres es. – Siapkan untuk operasi fasiotomi. – Berikan cairan IV
– Indikator umum status sirkulasi dan keadekuatan perfusi. – Untuk memperlancar sirkulasi – Untuk mencegah konstriksi pembuluh darah. – Untuk memperbaiki fungsi neuromuscular – Memper-tahankan volume sirkulasi untuk memaksimalkan perfusi jaringan.
2
Tujuan : Setelah diberika askep selama 1 x … Jam diharapkan nyeri berkurang. Kriteria Hasil : – Px melaporkan nyerinya berkurang baik secara verbal maupun non verbal. – Tidak ada nyeri (skala 0-3) – TTV dalam batas normal (TD: 140-120/90-60 mmHg, N : 60-100x/menit, RR:16-24x/menit, S: 36,5-37,30 c)
– Memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan keefektifan intervensi. – Mengetahui tanda-tanda nyeri. – Menurunkan sensasi nyeri.
3
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 1 x … jam diharapkan rasa cemas menurun sampai dapat ditangani Kriteria Hasil : – Mengakui dan mendiskusikan rasa takut. – Menunjukkan rentang perasaan yang tepat. – Pasien melaporkan tidak merasa cemas lagi.
– Berikan pengetahuan pada pasien dan keluarga mengenai perjalanan penyakit dan prosesdur tindakan.
– Untuk memberikan pengetahuan pada pasien dan keluarga agar cemas berkurang.
Penutup
Demikian penjelasan singkat tentang artikel Kompartemen Sindrom (Gejala dan Pathway). Semoga Kompartemen Sindrom (Gejala dan Pathway) dapat membantu kita semua. Terima Kasih
Unduh Materi
Materi selengkapnya dapat unduh disini : COMPARTEMEN
Pathway sindrom compartemen dapat download disini : PATHWAY
Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan mencoba membahas mengenai Gejala dan Pengobatan Sindrom Down. Down sindrom merupakan kelainan genetik yang cukup sering terjadi. Data WHO memperkirakan 3000 hingga 5000 bayi terlahir dengan kondisi ini setiap tahunnya. Dengan penanganan yang tepat, penderita dapat hidup dengan sehat dan mampu menjalani aktivitas dengan mandiri, walaupun kelainan belum dapat disembuhkan.
DEFINISI SINDROM DOWN
Sindrom Down (Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan kromosom yang menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan kelainan fisik.
PENYAKIT TRISOMI
Penyakit
Angka kejadian
Kelainan
Keterangan
Prognosis
Trisomi 21 (Sindrom Down)
1 dari 700 bayi baru lahir
Kelebihan kromosom 21
Perkembangan fisik & mental terganggu, ditemukan berbagai kelainan fisik
Biasanya bertahan sampai usia 30-40 tahun
Trisomi 18 (Sindrom Edwards)
1 dari 3.000 bayi baru lahir
Kelebihan kromosom 18
Kepala kecil, telinga terletak lebih rendah, celah bibir/celah langit-langit, tidak memiliki ibu jari tangan, clubfeet, diantara jari tangan terdapat selaput, kelainan jantung & kelainan saluran kemih-kelamin
Jarang bertahan sampai lebih dari beberapa bulan; keterbelakangan mental yg terjadi sangat berat
Trisomi 13 (Sindroma Patau)
1 dari 5.000 bayi baru lahir
Kelebihan kromosom 13
Kelainan otak & mata yg berat, celah bibir/celah langit-langit, kelainan jantung, kelainan saluran kemih-kelamin & kelainan bentuk telinga
Yg bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun, kurang dari 20%; keterbelakangan mental yg terjadi sangat berat
PENYEBAB SINDROM DOWN
Penyebabnya adalah ekstra tiruan pada kromosom ke 21.
GEJALA SINDROM DOWN
Anak-anak yang menderita sindroma Down memiliki penampilan yang khas :
Pada saat lahir, ototnya kendur
Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil
Bagian belakang kepalanya mendatar
Lesi pada iris mata yang disebut bintik Brushfield
Kepalanya lebih kecil daripada normal (mikrosefalus) dan bentuknya abnormal
Hidungnya datar, lidahnya menonjol dan matanya sipit ke atas
Pada sudut mata sebelah dalam terdapat lipatan kulit yang berbentuk bundar (lipatan epikantus)
Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan seringkali hanya memiliki 1 garis tangan pada telapak tangannya
Jari kelingking hanya terdiri dari 2 buku dan melengkung ke dalam
Telinganya kecil dan terletak lebih rendah
Diantara jari kaki pertama dan kedua terdapat celah yang cukup lebar
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (hampir semua penderita sindroma Down tidak pernah mencapai tinggi badan rata-rata orang dewasa)
Keterbelakangan mental.
Pada bayi yang menderita sindroma Down sering ditemukan kelainan jantung bawaan. Kematian dini seringkali terjadi akibat kelainan jantung.
Kelainan saluran pencernaan, seperti atresia esofagus (penyumbatan kerongkongan) dan atresia duodenum (penyumbatan usus 12 jari), juga sering ditemukan.
Mereka juga memiliki resiko tinggi menderita leukemia limfositik akut.
DIAGNOSA SINDROM DOWN
Diagnosis sindroma Down dapat ditegakkan ketika bayi masih berada dalam kandungan dan tes penyaringan biasanya dilakukan pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun. Kadar alfa-fetoprotein yang rendah di dalam darah ibu menunjukkan resiko tinggi terjadinya sindroma Down pada janin yang dikandungnya. Dengan pemeriksaan USG bisa diketahui adanya kelainan fisik pada janin. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dengan bantuan stetoskop akan terdengar murmur (bunyi jantung tambahan).
Pemeriksaan yang biasa dilakukan
Analisa kromosom (pada 94% kasus menunjukkan adanya 3 tiruan dari kromosom ke 21)
Rontgen dada (untuk menunjukkan adanya kelainan jantung) – Ekokardiogram
EKG
Rontgen saluran pencernaan.
PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk sindroma Down. Pendidikan dan pelatihan khusus bisa dilakukan di sekolah luar biasa.
Kelainan jantung tertentu mungkin harus diperbaiki melalui pembedahan.
Gangguan pendengaran dan penglihatan diatasi sebagaimana mestinya.
PROGNOSIS
Anak-anak dengan sindroma Down memiliki resiko tinggi untuk menderita kelainan jantung dan leukemia. Jika terdapat kedua penyakit tersebut, maka angka harapan hidupnya berkurang; jika kedua penyakit tersebut tidak ditemukan, maka anak bisa bertahan sampai dewasa. Beberapa penderita sindroma Down mengalami hal-hal berikut :
Gangguan tiroid
Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea
Pada usia 30 tahun menderita demensia (berupa hilang ingatan, penurunan kecerdasan dan perubahan kepribadian).
Bisa terjadi kematian dini, meskipun banyak juga penderita yang berumur panjang.
PENCEGAHAN
Pada keluarga yang memiliki riwayat sindroma Down dianjurkan untuk menjalani konsultasi genetik.
Sindroma Down bisa diketahui pada kehamilan awal dengan melakukan pemeriksaan kromosom terhadap cairan ketuban atau vili korion.
Resiko terjadinya sindroma Down ditemukan pada : 1) keluarga yang pernah memiliki anak yang menderita sindroma Down, 2) ibu hamil yang berusia diatas 40 tahun.
Unduh Materi
Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Gejala dan Pengobatan Sindrom Down. Semoga artikel ini dapat membantu teman-teman mengenal tentang Gejala dan Pengobatan Sindrom Down. Untuk materi lengkapnya tentang Gejala dan Pengobatan Sindrom Down dapat di unduh pada link berikut ini : SINDROM DOWN
Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai penatalaksanaan Diet Anak Dengan Sindrom Nefrotik sangat diperlukan guna mencegah atau mengurangi gejalanya. Tanpa melihat penyebabnya, gejala Sindrom Nefrotik terdiri dari albuminuria, hipoalbunemia dan oedema masif.
Tidak ada hipertensi atau retensi nirogen. Dalam keadaan ini sejumlah protein dikeluarkan melalui urin setiap hari. Walaupun ginjal dapat menahan globulin plasma, namun albumin plasma keluar secara pasif. Konsentrasi albumin dapat menurun sampai dibawah 2 gr per 100 ml, tekanan osmotik dalam darah menurun dan timbullah oedema. Pada Sindroma Nefrotik, ginjal tidak mengeluarkan garam, sehingga terjadi retensi dan menambah terjadinya oedema.
Prinsip pemberian diet pada anak dengan sindroma nefrotik
Makanan tinggi protein, rendah natrium untuk menggantikan yang hilang dan menurunkan retensi cairan
Prinsip pemberian diet anak dengan sindrom nefrotik yaitu pemasukan protein harus lebih besar atau sama dengan 1,5 g/kgBB/hari. Harus ditekankan pada pemakaian protein HBV. Kecukupan kalori harus dipenuhi untuk mencegah penggunaan protein sebagai energi (untuk anak-anak 75-100 kkal/ kgBB/ hari) Natrium harus dibatasi, biasanya 1000-2000 mg (40-90 mEq)/ hari, untuk mengontrol oedema.
Kontrol hiperlipidemia
Diet harus rendah lemak jenuh dan kolesterol dapat membantu menurunkan kolesterol serum. Karena diet sangat rendah dalam lemak dapat memperburuk hipergliseridemia, pemasukan lemak moderat (sekitar 30-35% dari total kalori) dianjurkan. Selain itu, penurunan berat badan pasien bila diperlukan dapat menolong menurunkan kolesterol serum.
Pencegahan Hiperglisemia
Pemberian steroid biasanya berhubungan dengan turunnya toleransi glukosa. Untuk mengatasi masalah ini, pemasukan karbohidrat sederhana seperti dessert,minuman ringan harus dikurangi, dan sebagai pengganti harus ditekankan penggunaan karbohidrat kompleks seperti roti, sereal.
Suplementasi
Suplementasi jarang diperlukan, karena diet dapat dirancang untuk mencukupi semua gizi. Syarat makanan atau diit :
Tinggi protein, : 3,5 gr/KgBB/hari. Untuk pasien bayi hilangnya protein melalui urin dan merangsang pembuluh albumin plasma yang baru
Jumlah garam dalam makanan dikurangi
Bahan yang tidak mengandung banyak kolesterol dapat diberikan, walapun hal ini tidak merubah perjalalanan penyakitnya
Contoh Menu Sehari – Hari
Jam 06.00 : Susu
Jam 08.00 : Nasi, dadar putih telor, keripik tempe, sayur campur
Jam 10.00 : Cendol, pisang
Jam 13.00 : Nasi, ikan teri, tempe goreng, sayur bobor
Jam 16.00 : Kue kacang ijo
Jam 18.00 : Nasi, ikan bumbu, sambel goreng, tempe goreng
Jam 20.00 : susu
Penutup
Demikian penjelasan singkat mengenai Diet Anak Dengan Sindrom Nefrotik. Semoga artikel ini dapat membantu teman-teman dalam mempelajari Diet Anak Dengan Sindrom Nefrotik. Terima Kasih
Konsep Dasar Sindrom Nefrotik merupakan artikel yang akan maimelajah.com bahas pada kesempatan kali ini. Sindrom nefrotik adalah sekumpulan manifestasi klinis yang ditandai oleh proteinuri , hipoalbumin, edema dan hiperkolestrolemia yang diakibatkan oleh gangguan fungsi ginjal (hilangnya protein melalui ginjal).
Epidemiologi (Konsep Dasar Sindrom Nefrotik)
Kasus sindrom nefrotik 75%-80% merupakan sindrom nefrotik primer dengan kejadian 2-3 kasus/ 100.000 anak /tahun . Pada anak-anak ( < 16 tahun ) paling sering ditemukan nefropati lesi minimal ( 70 %-85% ). Pada orang dewasa paling banyak nefropati membranosa (30%-50% ) dengan umur rata-rata 30-50 tahun dan perbandingan laki-laki dan wanita 2:1dengan kejadian 3/1000.000 tahun.
Penyebab
Pada anak kelainan nefrotik dengan sebab yang tidak jelas Pada orang dewasa dapat karena glomerulonefritis proliferatif difus, nefropati ,alergi obat,penyakit metabolik ( DM )
Patofisiologi terjadinya penyakit
Adanya allergen maupun antigen yang masuk ke glumerulus menyebabkan terjadinya reaksi anti gen dan anti bodi ,yang dapat menimbulkan peradangan glomerulus sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein plasma dan protein utama yang akan diekskresikan dalam urin ( proteinuri), dengan hilangnya albumin melalui urin menimbulkan hipoalbunema/hipoproteinemia yang akan merangsang pembentukkan lipoprotein di hati sehingga terjadi hiperlipidemia yang akan berpengaruh pada penebalan tunika intima sehingga dapat terjadi arterosklerosis yang akan meningkatkan tahanan perifir dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Terjadinya hipoalbuminemia dan pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan penurunan sisitem imun yang dapat memudahkan terjadinya infeksi.Disamping itu hipoalbumin juga dapat menurunkan tekanan osmotik sehingga terjadi transudasi ke interstitial yang menimbulkan odema.Dengan adanya transudasi ke interstitial juga menimbulkan hipovolemia yang akan meningkatkan ADH dan Aldosteron sehingga terjadi retensi Na + dan H2O yang akan memperberat odema.Hipovolemia juga dapat menurunkan GFR sehingga dapat terjadi oligouri sampai anuri dan peningkatan ureum yang akan menstimulasi SSP sehingga dapat timbul mual muntah dan peningkatan ureum juga dapat menimbulkan pruritus.
Klasifikasi
Sindrom nefrotik dibagi menjadi 2 yaitu :
Sindrom nefrotik primer ( idiopatik ) yang berhubungan dengan kelainan primer glomerulus dengan sebab yang tidak diketahui secara pasti.
Sindrom nefrotik sekunder yang disebabkan oleh penyakit infeksi, keganasan, obat-obatan, penyakit metabolik.
Gejala klinis
Proteinuria
Hipoalbuminemi
Hiperlipidemi
Edema peri orbita, pitting edema, anasarka, asites
Pemeriksaan fisik
Inspeksi : Adanya odema pada mata, wajah, perut, tungkai sampai seluruh tubuh
Palpasi Adanya pitting odema
Pemeriksaan diagnostik
Pemerikasaan laboratorium – Urinalisa – BUN / SC
Biopsi ginjal
Kriteria diagnosis
Diagnosis sindrom nefrotik dibuat berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan laboratorium berupa proteinuri massif , hipoalbumin (<3g/dl), edema, hiperlipidemi dan hasil biopsy ginjal.
Therapy
Pemberian kortikosteroid
Diet tinggi protein rendah garam
Pemberian deuritik
Pemberian anti hipertensi
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Yang dikaji pada pasien dengan sindrom nefrotik meliputi :
Kaji riwayat munculnya gejala seperti perubahan karakteristik urine dan odema.
Pemeriksaan fisik dengan mengamati odema.
Kaji tanda vital, asupan, pengeluaran, nilai laboratorium dan BB tiap hari
Adapun data yang dikaji meliputi :
Data subyektif : Pasien mengeluh bengkak pada mata, wajah, perut dan pada akhirnya seluruh tubuh, mual,muntah,tidak nafsu makan, lesu, mudah lelah, sakit kepala, pusing, kencing sedikit, menanyakan penyakit
Data obyektif : Odema pada kelopak mata,wajah,perut,skrotum,kedua tungkai,porsi makan tidak habis, proteinuri, hipoalbumin, hiperlipidemia, hipertensi, oligouri, pruritus, Berat badan bertambah.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Dari patofisiologi yang ada pada konsep penyakit dapat dimunculkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual dan muntah d/d tidak nafsu makan,porsi makan tidak habis.
Perubahan pola eleminasi urin b/d penurunan GFR d/d oligouri/anuri
Resiko infeksi b/d pemberian kortikosteroid dan rendahnya albumin.
Kelebihan volume cairan b/d transudasi ke interstitiil d/d odema
Kerusakan integritas kulit b/d peningkatan ureum dan retensi Na d/d odema, pruritus.
Cemas b/d perubahan status kesehatan d/d menanyakan penyakit
Risiko ketidakefektifan program terapeutik b/d kurangnya pengetahuan.
PK hipertensi
Rencana Tindakan
Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang dapat muncul yaitu :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah ditandai dengan tidak ada nafsu makan,porsi makan tidak habis.
Tujuan diberikan tindakan keperawatan yaitu untuk memberikan nutrisi yang adekuat pada pasien Rencana tindakan dan rasionalnya – Kaji riwayat nutrisi dan makanan yang disukai. Rasionalnya untuk membuat diet yang sesuai – Beri makan sedikit-sedikit tapi sering. Rasionalnya untuk mengurangi mual dan nutrisi dapat terpenuhi. – Sajikan makanan bervariasi dan sesuai selera pasien. Rasionalnya untuk menarik minat pasien untuk makan. – Observasi dan catat masukan makanan pasien. Rasionalnya untuk mengetahui intake perhari. – Berikan dan bantu hygiene mulut sebelum dan sesudah makan . Rasionalnya untuk mencegah kerusakan mukosa. – Kolaborasi dengan ahli gizi tentang pemberian diet. Rasionalnya untuk dapat memberikan nutrisi yang tepat.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan transudasi ke interstitial ditandai dengan odema
Tujuan diberikan tindakan keperawatan yaitu untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien. Rencana tindakan dan rasionalnya : – Catat intake dan out put. Rasionalnya untuk balance cairan – Timbang BB tiap hari. Rasionalnya untuk mengetahui efektifitas terapi dan perawatan – Ukur lingkar perut. Rasionalnya untuk mengetahui derajat asites – Kolaborasi pemberian cairan. Rasionalnya untuk menjaga keseimbangan cairan – Kolaborasi pemberian deuritika Rasionalnya untuk mengurangi odema
Resiko infeksi berhubungan dengan pemberian kortikosteroid dan rendahnya albumin.
Tujuan tindakan keperawatan yang diberikan yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut. Rencana tindakan dan rasionalnya : – Kaji tanda-tanda infeksi. Rasionalnya untuk mengetahui terjadinya infeksi lebih dini. – Kaji tanda vital. Rasionalnya untuk mengetahui keadaan umum pasien. – Pertahankan cara kerja aseptik serta kebersihan lingkungan sekitar. Rasionalnya untuk menghindari pertumbuhann kuman sebagai sumber infeksi. – Kolaborasi pemberian albumin dan vitamin. Rasionalnya untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan retensi Na dan peningkatan ureum ditandai dengan pruritus, odema.
Tujuan tindakan keperawatan yang diberikan yaitu untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Rencana tindakan dan rasionalnya : – Kaji warna, tekstur kulit dan pitting odema. Rasionalnya untuk mengetahui awal kerusakkan kulit – Jaga kulit untuk tetap bersih dan kering bila perlu pakai talk. Rasionalnya mencegah kerusakan lebih lanjut. – Hindari penekanan kulit dalam waktu lama dan ubah posisi setiap 2 jam. Rasionalnya agar sirkulasi darah pada bagian kulit tertentu terjaga. – Tinggikan kepala dengan bantal. Rasionalnya untuk menurunkan odema periorbital – Tempatkan bantal di bawah dan diantara kaki. Rasionalnya untuk menghindarai penekanan.
Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan menanyakan penyakitnya.
Tujuan tindakan keperawatan yang diberikan yaitu mengurangi cemas sehingga pasien mempunyai koping efektif. Rencana tindakan dan rasionalnya : – Beri HE tentang pengertian, penyebab, penatalaksanaan penyakit. Rasionalnya untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan odema ditandai dengan pusing, lesu, lelah
Tujuan tindakan keperawatan menghindari komplikasi Rencana tindakan dan rasionalnya : – Pertahankan tirah baring. Rasionalnya agar tidak memperberat kerja ginjal – Anjurkan melakukan aktivitas hiburan. Rasionalnya agar pasien tidak merasa bosan di rumah sakit.
Risiko ketidakefektifan program terapeutik berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
Tujuan tindakan keperawatan yang diberikan yaitu meningkatkan pengetahuan tentang program pengobatan. Rencana tindakan dan rasionalnya : – Bicarakan kemungkinan perubahan-perubahan dalam kondisi yang dapat memberikan dampak pada penatalaksanaan terpeutik. Rasionalnya setiap perubahan mengenai kondisi pasien dapat mengakibatkan perubahan persepsi pasien terhadap program pengobatan misal odem berkurang dipersepsikan penyakit sudah sembuh total. – Nasehatkan kontak dini dengan pemberi asuhan untuk membicarakan perubahan atau penatalaksanaan terapeutik. Rasionalnya meningkatkan pemahaman tentang program pengobatan dan mempersiapkan pasien untuk menerima perubahan. – Bicarakan bagaimana peningkatan tingkat stres dapat secara negatif mempengaruhi penatalaksanaan yang berhasil sebelumnya. Rasionalnya stres dapat meningkatkan persepsi negatif terhadap program pengobatan.
Perubahan eleminasi urin b/d penurunan GFR d/d oligouri, anuri.
Tujuan tindakan keperawatan yang diberikan yaitu untuk mengetahui dan menjaga keseimbangan cairan. Rencana tindakan dan rasionalnya : – Kaji pengeluaran urin Rasionalnya untuk mengetahui fungsi ginjal dan keseimbangan cairan – Kolaborasi
PK hipertensi
Tujuan tindakan keperawatan yang diberikan yaitu mencegah komplikasi. Rencana tindakan dan rasionalnya : – Observasi vital sign. Rasionalnya untuk mengetahui adanya perubahan secara dini – Kolaborasi pemberian anti hipertensi. Rasionalnya menurunkan tekanan darah
Evaluasi
Yang dievaluasi pada pasien dengan sindrom nefrotik yaitu mengacu pada kriteria tujuan keperawatan sebagai berikut :
Kadar albumin dalam darah meningkat
Tidak ada tanda infeksi.
Tanda vital stabil
Odema hilang
Cairan dan elektrolit seimbang
Koping efektif
Pengobatan dilaksanakan secara efektif
Penutup
Demikian Penjelasan singkat mengenai artikel Konsep Dasar Sindrom Nefrotik. Semoga artikel Konsep Dasar Sindrom Nefrotik bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih
Sindrom Cushing (Askep dan Pathway) merupakan artikel yang akan meimelajah.com bahas pada kesempatan kali ini. Dimana pengertian dari Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang terjadi akibat aktivitas korteks adrenal yang berlebihan. (KMB, edisi 8; volume 2). Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh efek metabolic gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. (Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6, volume 2)
Sindrom Cushing (Askep dan Pathway)
Epidemiologi Sindrom Cushing
Insiden terjadinya Sindrom Cushing bisa dikatakan relative jarang terjadi yaitu berkisar antara 0,7 – 2,4 per satu juta populasi per tahun. Sindrom Cushing muncul perlahan – lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahundan bisa hilang timbul, gejala dari sindrom ini pun bervariasi. Setiap orang dapat mengalami sindrom cushing, seperti halnya pasien obesitas dengan diabetes tipe 2 pada pasien tersebut akan terjadi penurunan kontrol kadar glukosa darah dan hipertensi, dimana prevalensi untuk terjadinya sindrom cushing berkisar antara 2%-5%.
Selain itu, sindrom cushing juga dapat terjadi akibat tumor adrenal maupun pituitari yang mana kasusnya lebih sering terjadi pada wanita dengan ratio kejadian 5:1 adapun sindrom ini cenderung menyerang umur 25-40 tahun. ACTH ektopik yang diproduksi misalnya oleh kanker paru – paru ataupun kanker lainnya juga dapat berisiko menimbulkan sindrom cushing walaupun kasus ini jarang terjadi sedangkan penggunaan obat-obatan glukokortikoid dengan dosis farmakologik merupakan kasus yang sering terjadi berkaitan dengan sindrom ini.
Etiologi Sindrom Cushing
Sindrom Cushing dapat terjadi akibat :
Pemberian glukokortikoid jangka panjang,
Tumor adrenal jinak/ganas
Hyperplasia Kortiko Hipofisis
Adenoma Hipofisis
Hyperplasia Adrenal Kortiko Autonom
Patofisiologi Sindrom Cushing
Hiperfungsi korteks adrenal
Sindrom Cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme. Hiperfungsi korteks adrenal mungkin disebabkan oleh sekresi ACTH kelenjar hipofisis yang abnormal dan berlebihan, seperti adanya adenoma hipofisis dan hyperplasia hipofisis kortokotrop. Disini masih kurang jelas apakah hyperplasia timbul akibat gangguan pelepasan CRH oleh neurohipotalamus, kelebihan ACTH, hilangnya irama sirkadian normal ACTH, atau karena berkurangnya sensitivitas system control umpan balik ke tingkat kortisol dalam darah.
Glukokortikoid jangka panjang
Sindrom cushing dapat disebabkan oleh pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik (iatrogen). Sindrom cushing ini dijumpai pada penderita arthritis rheumatoid, asma, limfoma, dan gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagia agen antiinflamasi. Peningkatan glukokortikoid (kortisol) akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti metabolisme protein, karbohidrat, lemak, peningkatan sekresi lambung, system kekebalan tubuh, dan secara tidak lagsung berpengaruh terhadap sekresi hormone androgen dan mineralokortikoid.
Klasifikasi Sindrom Cushing
Sindrom Cushing ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Dependen ACTH ditandai dengan peningkatan kadar ACTH
Hiperfungsi korteks adrenal non tumor
Sindrom ACTH ektopik
Independen ACTH ditandai dengan peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar ACTH
Hiperplasia korteks adrenal autonom
Hiperfungsi korteks adrenal tumor (Adenoma dan Karsinoma)
Pengukuran berat badan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan berat badan, seperti obesitas
Pengukuran lingkar lengan dan paha (ekstrimitas atas dan bawah), untuk mengetahui apakah terjadi atrofi otot
Pengukuran tanda – tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu.
Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar glukosa darah, natrium, kadar kalium, dan jumlah sel eosinofil. Selain itu, dilakukan juga pengambilan sampel urin untuk mengetahui kadar kortisol plasma dan sampel darah untuk menentukan variasi diurnal yang normal pada kadar kortisol plasma.
Pemeriksaan CT Scan, USG, atau MRI Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui lokasi jaringan adrenal atau mendeteksi tumor pada kelenjar adrenal maupun kelenjar hipofisis.
Diagnosis/kriteria diagnosis
Seseorang dapat dikatakan menderita sindrom cushing apabila memperlihatkan gejala-gejala sindrom cushing dan hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya :
peningkatan kadar natrium serta glukosa darah,
penurunan kadar kalium serum,
penurunan jumlah sel-sel eosinofil serta menghilangnya jaringan limfoid.
pada pemeriksaan urin didapatkan juga peningkatan kadar kortisol plasma.
Teraphy/tindakan penanganan
Operasi pengangkatan tumor, khususnya untuk tumor hipofisis terapi pilihan utama karena tingkat keberhasilannya cukup tinggi.
Radiasi kobalt Hal tersebut dilakukan jika terdapaat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan.
Pemberian obat-obatan kimia (metyrapon, aminoglutethimidine, mitotane, ketokonazol) yang mampu menyekat atau merusak sel-sel korteks adrenal penghasil kortisol juga mampu mengontrol kelebihan kortisol ini dilakukan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika sindrom tersebut disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan secara tuntas.
Adrenalektomi total Jika ketiga terapi diatas tidak berhasil, maka dilakukan pemotongan pada kelenjar adrenal secara total yang diikuti dengan pemberian kortisol dosis fisiologik.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a) Data dasar, meliputi :
Identitas Pasien Nama (dengan menggunakan inisial), Jenis Kelamin, Umur, Status Perkawinan, Agama, Suku Bangsa, Pendidikan, Bahasa yang digunakan, Pekerjaan, Alamat, Diagnosa Medis, Sumber Informasi.
Identitas Penanggung Nama (dengan inisial), Jenis Kelamin, Umur, Agama, Status Perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat, Hubungan dengan pasien,
b) Riwayat Keperawatan, meliputi :
Riwayat Kesehatan Sekarang Mengkaji alasan masuk rumah sakit, keluhan utama, dan kronologis keluhan. Keluhan utama dengan menganalasis data subyektif, seperti :
Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman.
Pasien mengatakan mual dan muntah.
Pasien mengatakan sering berkemih tapi sedikit
Riwayat Kesehatan Masa Lalu Apakah pasien dulu sering mengonsumsi obat-obatan yang mengandung glukokortikoid
Riwayat Kesehatan Keluarga Mengkaji apakah dalam keluarganya pernah ada yang mengalami penyakit yang serupa
Riwayat Psikososial dan Spiritual Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
C) Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Dikaji 14 kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Handerson
Biologis (oksigenasi, makan, minum, eliminasi, gerak aktivitas, kebutuhan tidur, pengaturan suhu tubuh, kebersihan diri) Misalnya :
perubahan pola napas akibat perubahan psikologi, obesitas
perubahan pola makan akibat meningkatnya metabolisme
perubahan gerak dan aktivitas akibat osteoporosis, fraktur patologis, obesitas, buffalo hump, kelemahan otot, atrofi otot
Psikologis ( rasa nyaman, aman, pengetahuan belajar, rekreasi) Misalnya :
Gangguan rasa nyaman yang diakibatkan oleh nyeri
Kecemasan akibat citra diri yang terganggu karena obesitas, buffalo hump, atrofi otot, kelemahan otot
Sosial Misalnya : Krisis percaya diri akibat perubahan bentuk tubuh seperti obesitas dan buffalo hump sehingga malu bergaul dengan sesama
Spiritual
D) Pengkajian Fisik, meliputi :
Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit, kesadaran, dan kesan umum pasien (saat pertama kali MRS)
Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi) yang bertujuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dari kepala sampai kaki, fokuskan pada inspeksi dan palpasi untuk mengetahui adanya tanda-tanda seperti moon face, buffalo hump, obesitas, jerawat, ekimosis, petekie, katarak, penipisan kulit, edema, dan atrofi otot.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar glukosa darah, natrium, kadar kalium, dan jumlah sel eosinofil. Selain itu, dilakukan juga pengambilan sampel urin untuk mengetahui kadar kortisol plasma dan sampel darah untuk menentukan variasi diurnal yang normal pada kadar kortisol plasma. Pemeriksaan hormon.
Pemeriksaan CT Scan, USG, atau MRI Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui lokasi jaringan adrenal atau mendeteksi tumor pada kelenjar adrenal maupun kelenjar hipofisis.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Pre operasi
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh ditandai dengan atrofi otot dan kelemahan
Kerusakkan integritas kulit berhubungan dengan perubahan kondisi metabolic dan perubahan sirkulasi ditandai dengan strie dan petekie.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik dan gangguan fungsi seksual
Nyeri berhubungan dengan agen cedera (kimia) ditandai dengan sekresi HCl dan pepsin meningkat
Risiko cedera dan infeksi berhubungan dengan imunitas didapat tidak adekuat
Post operasi
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka post operasi
Resiko tinggi perluasan infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi pada sel basal dan epitel.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat atau radiasi.
Penutup
Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Sindrom Cushing (Askep dan Pathway). Terima Kasih
Primigravida kehamilan, apa itu?? Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas tentang Primigravida Kehamilan Konsep dan Askep. Sebelum lanjut ke materi, apa yang dimaksud dengan Kehamilan? Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin mulai konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. (Manuaba.Ida bagus gede, 1998;4). Primigravida adalah kehamilan pertama kali, tentunya primigravida kehamilan lebih memerlukan perhatian karena belum ada pengalaman sebelumnya.
Konsep Dasar Primigravida dengan Kehamilan Fisiologis
Penyebab Kehamilan
Kehamilan dapat terjadi karena pertemuan ovum dan sperma. Pada coitus air mani terpancar kedalam ujung dari vagina sebanyak 3CC. Dalam air mani terdapat spermatozoa atau sel-sel mani sebanyak 100-200 juta tiap cc. Sel mani bentuknya seperti kecebong dengan kepala yang lonjong dan ekor yang panjang seperti cambuk. Inti sel terdapat dikepala sedang ekor gunanya untuk bergerak maju. Karena pergerakkan ini maka dalam satu jam spermatozoa melalui canalis servikalis dan cavum uteri kemudian kemudian berada dalam tuba. Disini sel mani menunggu kedatangan sel telur, jika pada saat ini terjadi ovulasi maka mungkin terjadi fertilisasi, jadi kehamilan dapat dihasilkan bila coitus dilaksanakan pada saat ovulasi. (Obtetrie fisiologi Padjajaran. 1983; 99)
Tanda-tanda Kehamilan
Tanda-tanda kehamilan meliputi tanda-tanda presumtif, tanda mungkin hamil, dan tanda hamil pasti. Tanda-tanda persumtif yaitu : Amenorrhoe, mual dan muntah, mengidam (ingin makan khusus), tidak tahan suatu bau-bauan, pingsan bila berada ditempat ramai, sesak dan padat, anorexia, lelah, payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri serta kelenjar montgomeri terlihat lebih besar dan padat. Asanya konstipasi, pigmentasi kuliut, epulis (hypertropi dari pupil gusi) dan pemekaran vena-vena. Sedangkan tanda-tanda kemungkinan hamil yaitu : perut membesar, uterus membesar adanya tanda hegar, tanda chadwick, tanda piskasek, adanya kontraksi kecil uterus bila dirangsang (braxton hicks), teraba ballotement, dan reaksi kehamilan positif. San tanda hamil pasti yaitu : adanya gerakan janin, denyut janin dapat didengar dengan stetoskop, dopler, fero elektrocardiogram serta terlihat di USG, foto rontgen.
Pengertian Kehamilan Primigravida
Primigravida ialah seorang wanita hamil untuk pertama kalinya. (Mochtar, Rustam, 1990;100) 1. Tanda-tanda kehamilan primigravida meliputi : Perut tegang, pusar menonjol, rahim tegang, payudara tegang, labia mayora tampak bersatu, hypen seperti pada beberapa tempat, vagina sempit dengan rugae yang utuh, servicks licin bulat dan tidak dapat dilalui oleh satu ujung jari, perineum utuh dan baik. Pada servix terdapat pembukaan yang didahului dengan pendataran dan setelah itu baru pembukaan (pembukaan rata-rata1 Cm dalam 2 jam). Pada bagian terbawah janin turun pada 4-6 minggu akhir kehamilan, dan pada persalinan hampir selalu dengan episiotomi (Mochtar, Rustam, 1998; 46).
Perubahan-Perubahan Pada Ibu Hamil
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu hamil.
Perubahan fisiologis
Di bawah ini terdapat perubahan sistem reproduksi dalam bentuk tabel.
Perubahan Pada
Penyebab
1. Endometrium Proliferasi endometrium sebagai persiapan terjadinya inplantasi ovum. Glukogen dihimpun dalam lapisan endometrium untuk mensuplai makanan pada blastokis bila terjadi konsepsi
Pengaruh hormon estedrogen progesteron mempertahankan implantasi di endometrium.
2. Ovarium bertanggung jawab terhadap pembentukan corpus luteum
Implatansi blatokist dan perkembangan plasenta dijamin oleh sekresi progesteron. NCG mulai usia kehamilan 8 hari, yang berfungsi menyediakan nutrisi dan hormon untuk mempertahankan corpus luteum 7-10 minggu sampai placenta dapat berfungsi
3. Tuba falopii merupakan tempat mertemunya ovum dab sperma dan merupakan saluran telur kedalam uterus
Dengan rangsangan hormon esterogen dan progesteron cairan dalam memberi isyarat tentang kondisi, peristiwa dan kapasitas sperma dan pembelahan-pembelahan dalam gamet mengadakan persiapan yang memadai pada endometrium untuk iumplantasi telur..
4. Cervix uteri Terdapat peningkatan dari vascularisasi, edema lembut dan pembesaran dari glandula/kelenjarcervical
Esterogen bertanggung jawab terhadap perubahan cervix sehingga timbul tanda chadwick. Sumbatan disaluran cervix dapat berfungsi untuk janin, dari inovasi mekanik atau bakteri pada awal persalinan sumbatan ini twerpisah dan kencang. Pembuluh darahnya terp[otong dan cairan kental dikeluarkan sebagai blood slym.
5. Payudara terdapat peningkatan dari ukuran nodulus dan sensitifitas. Sistem saluran payudara telah tumbuh sejak usia kehamilan 3 bulan
Si bawah rangsangan esterogen dan progesteron payudara membesar ukurannya, puting susu juga membesar, warnanya lebih gelap, menonjol, kelenjar montgomerinya membesar. Produksi kolostrum berlangsung pada akhir kehamilan dan buah dada terus membesar.
6. Vagina Vascularisasi meningkat pada vagina sehingga vagina menjadi lebih padat
Dibawah pengaruh esterogen terdapat proliferasi dari sel-sel vagina yang menyebabkan dinding saluran vagina menjadi lebih tebalberlipat-lipat dan membesar dalam mempersiapkan lewatnya kepala bayi.
7. Pertumbuhan uterus Berat uterus meningkat dari 30-50 gram menjadi 900-1000 gram pada kehamilan aterm.
Pengaruh esterogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan dan berfungsinya uterus. Progesteron mempersiapkan tempat implantasi dan menghalangi kontraktifitas miometrium.
Volume uterus meningkat dari 10 ml menjadi 2-10 liter pada kehamilan aterm
Uterus akan dapat teraba 3 bulan pada sekitar simpisis 6 bulan setinggi pusat 4 bulan 3 jari dibawah pusat
Posisi uterus Memasuki rongga panggul pada minggu ke 12 dan mengadakan dextro rotasi kearah kanansesuai pembesarannya
Perkembangan janin dapat dipantau , menyebabkan tekanan pada ureter kanan. Berat uterus pada trimester III dapat menekan vena kava dan aorta dapat menyebabkan tanda-tanda hipertensi pada posisi terlentang
Uterusbertahan dalam posisi longituginal terhadap garis aksis panggul
Pertumbuhan janin teraba. Kehilangan pusat gaya berat sesuai dengan pemberatan uterus.
Sokongan bagian depan oleh dinding abdomen
Penyempitan lumen rectum dapat terjadi
Uterus tidak begitu semsitif untuk kontraksi sehingga sampai pertengahan kehamilan, ketika uterus menjadi lebih sensitif akibat rangsangan oksitosin
Kontraksi pada awal kehamilan dapat menyebabkan keguguran. Kelahiran pre term merupakan resiko pada kehamilan trimester III
Pada akhir trimester II sampai trimester III, uterus lebih sensitif untuk kontraksi
Merupakan permulaan kelahiran pada kehamilan aterm. Menyebabkan kematangan, dilatasi,perdarahan cervix pada kehamilan aterm.
Kontraksi Broxton hicks merupakan kontraksi yang tidak beraturan, datang sewaktu-waktu, tidak mempunyai irama tertentu, kontraksi ini dapat timbul selama kehamilaan.
Esterogen menyebabkan peregangan myometrium. Wanita hamil merasakan kontraksi terasa tegangandan tekanan pada uterus. Kontraksi ini dapat diraba pada pemeriksaan . Pada trimester III kehamilan dalam masa persalinan.(Maternity Nursing W.B. Sauders, 1981)
Penyesuaian dan proses psikologis
Penyesuaian dan proses psikologis sibagi dalam trimester I, II, dan III seperti tercantum dalam tabel di bawah ini
Klasifikasi
Periode
Perusahan psikologis
Trimester I
Periode penyesuaian terhadap kenyataan bahwa ia hamil
Meningkatnya kebutuhan mencintai dan dicintai tanpa seks libido karena dipengaruhi oleh kelelahan, mual dan payudara yang membesar. Adanya kekhawatiran dan kecemasan.
Trimester II
Periode kesehatan
Ibu merasa sehat Bebas dari ketidaknyamanan Merupakan fase bathiniah, kehamilan untuk membangkitkan identitas keibuannya. Sebagai wanita merasa lebih erotik.
Trimester III
Periode penggunaan yang waspada
Terdapat rasa gelisah Adanya rasa ketakutan Ketidak nyamanan fisik Memerlukan dukungan Seksualitas menurun karena perut membesar sehingga menciptakan rasa bersalah pada ibu. Berbagi perasaan diantara pasangan sangat penting untuk periode ini. (Varney.H.1997)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PRIMIGRAVIDA KEHAMILAN
Dalam memberikan Asuhan keperawatan dilakukan melalui langkah-langkah pengkajian, menentukan diagnosa, merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan serta melakukan evaluasi hasil kegiatan.
Pengkajian Primigravida Kehamilan
Pemeriksaan pada ibu selama kehamilan penting sekali. Hasil pemeriksaan yang lengkap akan memberikan gambaran yang menyeluruh untuk menilai kesejahteraan ibu, mengidentifikasikan perubahan-perubahan normal serta mendeteksi keadaan-keadaan yang mengandung resiko kehamilan dan massa persaklinan. Pengkajian dilakukan terhadap keseluruhan aspek yang meliputi aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual ibu seperti tercantum dalam tabel dibawah ini.
a. Pengkajian data subyektif
Pengkajian Tentang
Hal-hal yang dikaji
Tujuan
1. Identitas/ Bio data
Nama DX/suami, umur, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, penghasilan
Untuk mengetahui atau mengenal penderita dan menentukan status sdosial ekonominya yang harus diketahui misal : untuk menentukan Anjuran apa yang diberikan selain itu umur penting untuk prognosa kelahiran.
2. Keluhan utama
Apa yang px rasakan/penderita rasakan saat ini
Agar diketahui apakah penderita datng untuk pemeriksaan kehamilan atau kalau ada keluhan-keluhan lain yang penting
3. Riwayat kehamilan ini
Usia hamil, HDHT, siklus haid, perdarahan pervaginam, fluor, mual/muntah, masalah kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian obat-obatan/jamu
Anamnesa haid serta siklusnya dapat diperhitungkan tanggal persalinan serta memantau perkembangan kehamilannya serta dengan anamnesa ini dapat diketahui dengan segera adanya kelainan / masalah dalam kehamilan dan dapat ditangani dengan segera.
4. Riwayat obstetri yang lalu
Jumlah kehamilan, jumlah persalinan, jumlah persalinan cukup bulan, jumlah persalinan prematur, jumlah anak hidup, jumlah keguguran. Perdarahan pada kehamilan, persalinan, nifas terdahulu, berat bayi < 2,5 kg attau berat bayi > 4 kg. Adanya masalah-maslah persalinan kehamilan dan nifas yang lalu
Pertanyaan ini mempengaruhi prognosa persalinan dan persiapan persalinan yang lampau adalah hasil ujian-ujian dari segala faktor yang mempengaruhi persalinan.
5. Riwayat penyakit
Jantung, ttekanan darah tinggi, TBC, pernah operasi, alergi obat/makanan, ginjal, asma, epilepsi, penyakit hati, pernah kecelaakaan.
Data ini penting diketahui untuk melihat adanya kemungkinan penyakit-penyakit yang menyertai dan dapat mempengaruhi kehamilan.
6. Riwayat kesehhatan keluarga
– Anak kembar – Penyakit menular yang dapat mempengaruhi persalinan (TBC) – Penyakit keluarga yang dapat diturunkan CDM
Data ini untuk melihat kemungkinan terjadi terhadap ibu hamil dan mengupayakan pencegahan dan penanggulangannya.
7. Riwayat KB
– Metode KB apa yang dipakai dan lama pemakaian
Data ini untuk menentukan rencana tindakan dalam mengambil keputusan bila diperlukan dan membantu dalam mengkaji keadaan psikologis ibu.
8. Riwayat sosial ekonomi
– Status soosial ekonomi – Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan – Jumlah kelluarga di rumah yang membantu – Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga. – Pendidikan, pekerjaan, penghasilan.
Data ini untuk mengetahui adanya kebiasaan-kebiasaan sehari-hari ibu yang akan mempengaruhi kehamilan.
9. Pola kegiatan sehari-hari
– Makan dan minum – Pola eliminasi – Keberhasilan diri – Aktifitas sehari-hari – Tidur dan istirahat – Olahraga.
Data ini untuk mengetahui adakah kebiasaan sehari-hari ibu yang akan mempengaruhi kehamilan.
b. Pengkajian data obyektif
Pengkajian
Hal yang dikaji
Rasionalisasi
Pemeriksaan umum
– Kesadaran – Tinggi badan – Berat badan – Tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, respirasi
Untuk menilai kesan pertama kepadda klien dan menentukan tindakan Untuk memberikan gambaran menganai ukuran panggul Untuk mengetahui status gizi ibu & dapat dipantau perkembangannya. Untuk mengatahui adanya kelainan pada sistem tubuh.
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
– Rambut : bersih/ kotor apakah mudah dicabut. – Muka adakah cloasma gravidarum – Mulut dan gigi : kebersihan, stomatitis, caries leher : addakah pembesaran kelenjar limfe. – Dada : bentuk payudara pigmentasi areola pappila mamae – Perut apakah pembesaran perut sesuai umur kehamilan, adakah strie gravidarum atau bekass operasi – Vulva : keadaan perineum. – Ekstremitas : adakah vances, oedema, luka
Untuk mengetahui keadaan setiap bagian tubuh dan pengaruhnya te rhadap kehamilan
2. Palpasi
– Leopold I – Leopold II – Leopold III – Leopold IV
Menentukan TFU dan tuanya kehamilan serta bagian apa yang di fundus Menentukan letak punggung anak dengan presentasi membujur dan menentukan kepala anak pada letak lintang. Menentukan apa yang terddapat dibagian bawah dan apakah bagian anak sudah masuk PGP atau belum. Menentukan bagiaan bawah dan seberapa masuknya.
3. Auscultasi
– Denyut jantung janin
4. Perkusi
– Reflek patella
Untuk mengetahui keadaan janin mengetahui reflek patela bila kemungkinan mengalami kekurangan Vit B1.
Untuk mengetahui keadaan panggul yang akan berpengaruh pada proses persalinan.
6. Pemeriksaan laboratorium
– Albumin – Reduksi – Hb – HBSAg
Untuk mengetahui faktor resiko ibu hamil, misal : pre eklamsi Untuk mengetahui apakah ibu mengidap DM Untuk mengetahui faktor resiko terhaddap anemia Untuk mengetahui faktor resiko terhadap hepaatitis
Pengkajian Primigravida Kehamilan
Data Dasar
Diagnosa / Masalah
S O
Ibu mengatakan hamil …… bulan kehamilan ke berraapa, gerakan anak mulai dirasakan kapan HDHT, keluhan saat ini. K/u ibu kesadaran ………. BB…….., TB……cm, , T……., S………, N……., R……… Hasil inspeksi………… Hasil palpasi………… Hasil auscultasi…………. Hasil perkusi………….. Hasil pemeriksaan laboratorium
1. Lakukan komunikasi therapeutik dengan klien 2. Berikan penjelasan pada px tentang kondisi kehamilannya 3. Berikan KIE – Tanda-tanda persalinan – Persiapan persalinan – Tanda-tanda bahaya – Tempat melahirkan – Penolong 4. Anjurkan klien kontrol 1 bulan lagi
Dengan komunikasi therapeutik diharapkan tercipta hubungan/ kerja sama yang baik antara klien dan petugas Pemberian informasi pada klien tentang kondisi kehamilannya akan menambah pengetahuan klien dan membuat klien tenang dan tidak cemas. Dengan penjelasan ibu akan lebih menngerti dan tidak akan bingung dalam menghadapi masalah. Konvoi yang teratur akan dapat mempermudah kita untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang ada secara dini.
Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan didalam pelaksanaan kemungkinan bidan melakukan tindakan secara langsung pada klien atau bekerjasama (kolaborasi ) dengan tenaga lain. Kegiatan pelaksanaan perlu dikendalikan agar tetap menuju sasaran. Setiap tindakan yang dilakukan memberikan perubahan pada sasaran.
Evaluasi
Tahap ini menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan. Bila tindakan yang dilakukan mencapai tujuan perlu dipertimbangkan kemungkinan masalah baru yang timbul akibat keberhasilan. Dan sebaliknya bila tindakan tidak mencapai tujuan maka lanngkah-langkah sebelumnya perlu diteliti kembali.
Penutup
Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Primigravida Kehamilan Konsep dan Askep. Semoga artikel tentang Primigravida Kehamilan Konsep dan Askep dapat membantu teman-teman belajar tentang Primigravida Kehamilan Konsep dan Askep. Terima Kasih
Unduh Materi :
Materi lengkap tentang Primigravida Kehamilan Konsep dan Askep dapat di unduh pada link beikut ini : Primigravida Kehamilan Fisiologi
Insulin merupakan hasil recombinasi DNA yang digunakan secara genetis dengan memodifikasi Escchereia Coli. Organisme ini mensintese setiap rantai insulin menjadi seperti asam amino yang sama seperti insulin manusia. Ikatan-ikatan kimia ini yang akhirnya menghasilkan human insulin. Maimelajah.com akan mencoba membahas tentang Kegunaan Dan Cara Kerja Insulin pada pembahasan kali ini.
CARA MENCAMPUR INSULIN
Pemberian insulin campuran short-intermediet acting atau long acting insulin mengakibatkan kadar gula darah klien lebih bagus daripada single type insulin. Pada pemberian insulin campuran ini harus tepat dan benar. Agar insulin yang ada di dalam botol tidak bercampur dengan insulin yang ada di spuit yang dapat mengakibatkan lisis.
Adapun langkah-langkah pencampurannya adalah sebagai berikut :
Cuci tangan
Baca etiket botol insulin, tipe dan tanggal kadaluarsanya
Putar setiap botol insulin secara gantle diiatas telapak tangan agar isi insulin merata
Usap tutup botol dengan alcohol
Injeksi 20 unit udara ke dalam NPH insulin. (jumlah udara yang dimasukkan ke dalam botol sesuai dengan dosis unit yang diperlukan). Selalu mendahulukan menginjeksi udara ke dalam insulin yang berdurasi kerja lebih lama.
Injeksikan udara 10 unit ke dalam botol insulin reguler. Jumlah udara yang diinjeksikan harus sama degan dosis insulin yang diberikan
Hisap 10 unit insulin reguler Pastikan bahwa tidak ada udara dalam spuit. Selalu hisap dahulu insulin yang mempunyai masa kerja lebih pendek
Hisap 2 unit insulin NPH dengan spuit yang telah berisi insulin reguler 10 uniit. Hati-hati jangan sampai insulin reguler terinjeksi ke botol insulin NPH.
Jumlah insulin dalam satu spuit dharus menjadi 30 unit
EFEK SAMPING INSULIN
Jika insulin diberikan lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk metabolisme glukosa timbul reaksi hipoglikemia atau syok insulin. Dapat diatasi dengan memberikan gula peroral atau intravena meningkatkan pemakaian insulin. Pada keadaan dimana jumlah insulin tidak cukup, gula tidak dapat dimetabolismesasikan. Sehingga terjadi metabolisme lemak, pemakaian asam lemak (keton) untuk energi menimbulkan ketoasidosis.
Sakit kepala, kepala terasa ringan Gelisah terasa takut, tremor, keringat berlebihan dingin, kulit lembab, takikardi, bicara tersendat-sendat, lupa, kekacauan mental, kejang, kadar gula darah < 60 mg/dl. Sangat haus, poliuria. Bau napas seperti buah, pernapasan kusmaul (dalam, cepat, melelahkan, terasa menekan, sesak), denyut nadi cepat dan lemah, selaput lendir kering dan turgor kulit buruk, kadar gula darah > 250 mg/dl.
LOKASI INJEKSI INSULIN
Tiap bagian tubuh yang ditutupi kulit yang longgar dapat dipakai sebagai tempat injeksi insulin termasuk abdomen, paha, lengan atas, pinggang dan kuadran atas luar dari bokong. Secara umum insulin akan lebih cepat diabsorpsi dari bagian atas tubuh seperti bagian deltoid dan abdomen dibanding dari paha dan bokong. Rotasi dari injeksi terus dianjurkan guna menghindari absorpsi yang terhambat karena adanya fibrosis atau lipohipertropi akibat injeksi berulang hanya pada satu tempat. Konsep penyuntikan insulin juga harus diperhatikan
Asosiasi Diabetes America menganjurkan insulin dapat diinjeksikan pada satu daerah yang sama selama satu minggu dengan jarak setiap injeksi 1 ½ inci (satu ruas jari tangan) dengan penyuntikan insulin secara sub cutan atau tepat di bawah lapisan kulit. Edukasi kepada klien yang menggunakan insulin : Edukasi atau penyuluhan kesehatan tentang pemberian insulin dan perawatan pasien diabetes melitus merupakan tindakan keperawatan yang harus diberikan agar regimen terapeutik di rumah efektif dan menghindarkan terjadinya hospitalisasi ulang.
Penjelasan yang harus diberikan kepada klien atau orang tuanya adalah:
Cara penyimpanan insulin di dalam lemari es/pendingin dengan suhu 2-6 derajat celcius sehingga terhindar dari paparan sinar matahari dan meminimalkan potensi insulin di suhu ruangan, apalagi jika tutup vialnya dibuka
Dosis insulin yang didapat dan waktu penyuntikan insulin sebaiknya 30 menit sebelum makan atau selang waktu tertentu berdasarkan regimen insulin dan nilai kadar gula darah [dosisi yang diadviskan].
Cara pemakaian botol dan alat injeksi. Beritahu klien yang menggunakan NPH atau lente bersama-sama insulin reguler untuk mengambil insulin reguler terlebih dulu sebelum mengambil insulin NPH atau lente
Menjelaskan daerah-daerah pada tubuh yang dapat digunakan sebagai tempat absorbsi insulin dan anjurkan untuk mengganti tempat injeksi untuk mempertahankan absorpsi yang efektif dan mencegah lipodistropi.
Reaksi hipoglikemia lebih mudah terjadi pada saat waktu puncak kerja obat. Ajarkan klien untuk penanganan hipoglikemi dengan menyediakan permen atau gula
Penutup
Demikian penjelasan singkat mengenai Kegunaan Dan Cara Kerja Insulin. Terima Kasih
Unduh Materi
Materi lengkap Kegunaan Dan Cara Kerja Insulin dapat unduh pada link berikut ini : INSULIN
Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas tentang salah satu peralatan yang digunakan dalam pengobatan “Nebulizer : Definisi, Manfaat, Dan Jenis”. Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk merubah obat dari bentuk cair ke bentuk partikel aerosol. Bentuk aerosol ini sangat bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan dalam organ paru. Efek dari pengobatan ini adalah untuk mengembalikan kondisi spasme bronkus. Nebulizer juga bisa dikatakan sebagai alat medis yang digunakan untuk memberikan cairan obat dalam bentuk uap/ aerosol ke dalam saluran pernafasan. Atau alat dengan mesin tekanan udara yang membantu untuk pengobatan asma dalam bentuk uap/ aerosol basah. Terdiri dari tutup, “mouthpiece” yang dihubungkan dengan suatu bagian atau masker, pipa plastik yang dihubungkan ke mesin tekanan udara.
#Jenis Nebulizer
“Disposible nebulizer”, sangat ideal apabila digunakan dalam situasi kegawatdaruratan/ ruang gawat darurat atau di rumah sakit dengan perawatan jangka pendek. Apabila nebulizer di tempatkan di rumah dapat digunakan beberapa kali lebih dari satu kali , apabila dibersihkan setelah digunakan. Dan dapat terus dipakai sampai dengan 2 minggu apabila dibersihkan secara teratur. Dapat digunakan oleh orangtua, saat bepergian, sekolah, atau untuk persediaan apabila terjadi suatu serangan.
“Re-usable nebulizer”, dapat digunakan lebih lama sampai kurang lebih 6 bulan. Keuntungan lebih dari nebulizer jenis ini adalah desainnya yang lebih komplek dan dapat menawarkan suatu perawatan dengan efektivitas yang ditingkatkan dari dosis pengobatan. Keuntungan kedua adalah dapat direbus untuk proses desinfeksi. Digunakan untuk terapi setiap hari
#Model-model Nebulizer
Nebulizer dengan penekan udara (Nebulizer compressors ), memberikan tekanan udara dari pipa ke tutup (cup) yang berisi obat cair. Kekuatan dari tekanan udara akan memecah cairan ke dalam bentuk partikel-partikel uap kecil yang daapt dihirup secara dalam ke saluran pernafasan.
Nebulizer ultrasonik (ultrasonic nebulizer), menggunakan gelombang ultrasound, untuk secara perlahan merubah dari bentuk obat cair (catatan: pulmicort tidak dapat digunakan pada sebagian nebulizer ultrasonic) ke bentu uap/ aerosol basah.
Nebulizer generasi baru (A new generation of nebulizer) digunakan tanpa menggunakan tekanan udara maupun ultrasound. Alat ini sangat kecil, dioperasikan dengan menggunakan baterai, dan tidak berisik.
#Indikasi perawatan dengan Nebulizer
Rasa tertekan di dada
Peningkatan produksi secret.
Pneumonia (kongesti) dan atau atelektasis.
#Kontraindikasi perawatan
Tekanan darah tinggi (autonomic hiperrefleksia)
Nadi yang meningkat/ takikardia
Riwayat reaksi yang tidak baik dari pengobatan.
#Alat yang digunakan pada terapi pernapasan
Nebulizer.
Tabung tekanan udara (untuk menjalankan nebulizer)
Selang oksigen.
Obat-obatan untuk pernapasan.
Nacl.
#Kerusakan/ komplikasi
Henti nafas.
Dosis yang kurang tepat karena kurang tepat dalam menggunakan alat ataupun tekniknya.
Kurang dalam pemberian obat karena malfungsi dari alat tsb.
Pemberian dosis tinggi dari beta agonis akan menyebabkan efek yang tidak baik pada system sekunder penyerapan dari obat tersebut
Hipokalemia dan atrial atau ventricular disritmia dapat ditemui pada pasien dengan kelebihan dosis.
Spasme bronkus atau iritasi pada saluran pernapasan
Alat aerosol atau adapter yang digunakan dan teknik penggunaan dapat mempengaruhi penampilan karakter dari ventilator terhadap sensitifitas system alarm.
Penambahan gas pada circuit ventilator dari nebulizer dapat meningkatkan volume, aliran dan tekanan puncak saluran udara.
Penambahan gas pada ventilator dari nebulizer juga dapat menyebabkan kipas ventilator tidak berjalan selama proses nebulasi.
#Prosedur perawatan
Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung untuk beratnya. Lepaskan selang dari kompresor .
Sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun kemudian keringkan.
Hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai dengan perintah dan letakkan dalam tutup nebulizer.
Pasang/ gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.
Hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer.
Nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan baik.
Duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.
Apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang tepat dan nyaman pada bagian wajah.
Apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat antara gigi dan lidah.
Bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil nafas dalam dan tahan selama 2 sampai 3 detik sebelum melepaskan nafas.
Lanjutkan perawatan ini sampai obat habis (antara 9 sampai 10 menit).
Apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan istirahat selama kurang lebih 5 menit..
#Perawatan nebulizer
Setelah digunakan/ sehabis dipakai
Lepaskan masker atau mouthpiece dan juga bagian yang berbentuk “T” dari tutup. Pindahkan pipa atau selang dan rapikan disekitarnya. Selang atau pipa tidak boleh dicuci atau dibilas. Bilas masker atau mouthpiece dan bagian penghubung dengan air hangat yang mengalir selama 30 detik. Gunakan air yang telah direbus atau air steril untuk membilas apabila memungkinkan
Keringkan masker atau mouthpiece dengan kertas tissue atau diangin-anginkan.
Rangkai kembali bagian-bagian tersebut seperti semula dan sambungkan ke kompresor
Nyalakan mesin selama 10 – 20 detik untuk mengeringkan bagian dalam dari nebulizer.
Lepas kembali selang dari pipa kompresor. Masukkan nebulizer ke dalam tas plastic tertutup
Satu kali sehari
Lepaskan masker atau mouthpiece dan juga bagian yang berbentuk “T” dari tutup. Pindahkan pipa atau selang dan rapikan disekitarnya. Selang atau pipa tidak boleh dicuci atau dibilas
Cuci masker atau mouthpiece dan bagian penghubung atau penyambung dengan air mengalir atau sabun cuci dan air hangat.
Bilas dengan disemprot air selama 30 detik. Gunakan dengan air yang telah direbus atau air steril bila memungkinkan
Keringkan masker atau mouthpiece dengan kertas tissue atau diangin-anginkan.
Rangkai kembali bagian-bagian tersebut seperti semula dan sambungkan ke kompresor
Nyalakan mesin selama 10-20 detik untuk mengeringkan bagian dalam dari nebulizer.
Lepas kembali selang dari pipa kompresor. Masukkan nebulizer ke dalam tas plastic tertutup
Satu kali atau dua kali dalam seminggu
Lepaskan masker atau mouthpiece dan juga bagian yang berbentuk “T” dari tutup. Pindahkan pipa atau selang dan rapikan disekitarnya. Selang atau pipa tidak boleh dicuci atau dibilas. Cuci masker atau mouthpiece dan bagian penghubung atau penyambung dengan air mengalir atau sabun cuci dan air hangat.
Bilas dengan disemprot air selama 30 detik
Rendam selama 30 menit dalam cairan cuka dan air matang 1 : 2, dan cairan tersebut sekali pakai.
Bilas bagian-bagian nebulizer dan juga spuit obat dengan air hangat yang dialirkan untuk 1 menit. Gunakan air matang atau air steril bila memungkinkan.
Keringkan masker atau mouthpiece dengan kertas tissue atau diangin-anginkan.
Rangkai kembali bagian-bagian tersebut seperti semula dan sambungkan ke kompresor
Nyalakan mesin selama 10-20 detik untuk mengeringkan bagian dalam dari nebulizer.
Lepas kembali selang dari pipa kompresor. Masukkan nebulizer ke dalam tas plastic tertutup
Bersihkan permukaan mesin kompresor dengan kain lembab, kain dibasahi sabun, atau spons. Bisa juga dengan alcohol atau desinfektan. Jangan pernah meletakkan mesin kompresor udara dalam air.
#Perawatan secara umum
Tutup kompresor dengan menggunakan penutup yang bersih. Jaga agar tetap kering dengan menyeka dengan kain bersih dan lembab.
Jangan meletakkan kompresor udara di lantai.
Periksa filter kompresor udara secara langsung.
Obat-obatan harus diletakkan pada tempat yang kering dan dingin. Periksa beberapa kali. Apabila terjadi perubahan warna atau menjadi kristal, segera buang dang anti dengan obat yang baru.
#Penutup
Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Nebulizer : Definisi, Manfaat, Dan Jenis. Semoga artikel Nebulizer : Definisi, Manfaat, Dan Jenis bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami mengucapkan Terima Kasih.
Gejala Penyebab dan Keperawatan Lupus merupakan artikel yang akan meimelajah.com akan coba bahas pada kesempatan kali ini. SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.
Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif), dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan. Di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE. Akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
Manifestasi Klinis
Sistem Muskuloskeletal Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
Sistem integumen Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
Sistem kardiak Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
Sistem pernafasan Pleuritis atau efusi pleura.
Sistem vaskuler Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
Sistem perkemihan Glomerulus renal yang biasanya terkena.
Sistem saraf Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.
Evaluasi Diagnostik
Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang lengkap dan hasil pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam, keletihan serta penurunan berat badan dan kemungkinan pula artritis, peuritis dan perikarditis.
Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis atau leukopenia dan antibodi antinukleus yang positif. Tes imunologi diagnostik lainnya mendukung tapi tidak memastikan diagnosis.
Penatalaksanaan Medis
Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai bersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.
Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE
Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun.
Asuhan Keperawatan (Askep)
A. Pengkajian
Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
Kulit Ruam Eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
Kardiovaskuler Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura. Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.
Sistem Muskuloskeletal Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
Sistem integumen Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
Sistem pernafasan Pleuritis atau efusi pleura.
Sistem vaskuler Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
Sistem Renal Edema dan hematuria.
Sistem saraf Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun manifestasi SSP lainnya.
B. Masalah Keperawatan
Nyeri
Keletihan
Gangguan integritas kulit
Kerusakan mobilitas fisik
Gangguan citra tubuh
C. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
Tujuan :
Perbaikan dalam tingkat kenyamanan Intervensi :
Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (kompres panas /dingin; masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyangga, bidai; teknik relaksasi, aktivitas yang mengalihkan perhatian)
Berikan preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan.
Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan pasien terhadap penatalaksanaan nyeri.
Dorong pasien untuk mengutarakan perasaannya tentang rasa nyeri serta sifat kronik penyakitnya.
Jelaskan patofisiologik nyeri dan membantu pasien untuk menyadari bahwa rasa nyeri sering membawanya kepada metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.
Bantu dalam mengenali nyeri kehidupan seseorang yang membawa pasien untuk memakai metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.
Lakukan penilaian terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri.
2. Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi.
Tujuan :
Mengikutsertakan tindakan sebagai bagian dari aktivitas hidup sehari-hari yang diperlukan untuk mengubah.
Intervensi :
Beri penjelasan tentang keletihan :
Hubungan antara aktivitas penyakit dan keletihan
Menjelaskan tindakan untuk memberikan kenyamanan sementara melaksanakannya
Mengembangkan dan mempertahankan tindakan rutin unutk tidur (mandi air hangat dan teknik relaksasi yang memudahkan tidur)
Menjelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi stres sistemik, artikuler dan emosional
Menjelaskan cara mengggunakan teknik-teknik untuk menghemat tenaga
Kenali faktor-faktor fisik dan emosional yang menyebabkan kelelahan.
Fasilitasi pengembangan jadwal aktivitas/istirahat yang tepat.
Dorong kepatuhan pasien terhadap program terapinya.
Rujuk dan dorong program kondisioning.
Dorong nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi dari makanan dan suplemen.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik.
Tujuan :
Mendapatkan dan mempertahankan mobilitas fungsional yang optimal.
Intervensi :
Dorong verbalisasi yang berkenaan dengan keterbatasan dalam mobilitas.
Kaji kebutuhan akan konsultasi terapi okupasi/fisioterapi :
Menekankan kisaran gherak pada sendi yang sakit
Meningkatkan pemakaian alat bantu
Menjelaskan pemakaian alas kaki yang aman.
Menggunakan postur/pengaturan posisi tubuh yang tepat.
Bantu pasien mengenali rintangan dalam lingkungannya.
Dorong kemandirian dalam mobilitas dan membantu jika diperlukan.
Memberikan waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas
Memberikan kesempatan istirahat sesudah melakukan aktivitas
Menguatkan kembali prinsip perlindungan sendi
4. Gangguan citra tubuh berhubungqan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik.
Tujuan :
Mencapai rekonsiliasi antara konsep diri dan erubahan fisik serta psikologik yang ditimbulkan enyakit.
Intervensi :
Bantu pasien untuk mengenali unsur-unsur pengendalian gejala penyakit dan penanganannya.
Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut
Membantu menilai situasi sekarang dan menganli masahnya.
Membantu menganli mekanisme koping pada masa lalu.
Membantu mengenali mekanisme koping yang efektif.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun.
Tujuan :
Pemeliharaan integritas kulit.
Intervensi :
Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi
Hilangkan kelembaban dari kulit
Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya sedera termal akibat penggunaan kompres hangat yang terlalu panas.
Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
Kolaborasi pemberian NSAID dan kortikosteroid.
Penutup
Demikian penjelasan singkat pengenai artikel Gejala Penyebab dan Keperawatan Lupus. Semoga artikel Gejala Penyebab dan Keperawatan Lupus dapat membantu teman-teman belajar tentang Gejala Penyebab dan Keperawatan Lupus. Terima Kasih
Unduh Materi
Materi tentang Gejala Penyebab dan Keperawatan Lupus dapat di unduh pada link berikut ini : SLE (LUPUS)
Penyakit Sifilis (Gejala, Penyebab, Diagnosa) merupakan artikel yang akan maimelajah.com bahas pada kesempatan kali ini. Penyakit Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi janin. (Soedarto, 1990)
Etiologi Penyakit Sifilis
Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan Spirochaeta yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar. (Soedarto, 1990)
Patogenitas dan Gejala Klinis Penyakit Sifilis
Sifat-sifat yang mendasari virelensi Treponema pallidum belum dipahami selengkapnya tidak ada tanda- tanda bahwa kuman ini bersifat toksigenik karena didalam dinding selnya tidak ditemukan eksotosin ataupun endotoksin. Meskipun didalam lesi primer dijumpai banyak kuman namun tidak ditemukan kerusakan jaringan yang cukup luas karena kebanyakan kuman yang berada diluar sel akan terbunuh oleh fagosit tetapi ada sejumlah kecil Treponema yang dapat tetap bertahan didalam sel makrofag dan didalam sel lainya yang bukan fagosit misalnya sel endotel dan fibroblas. Ini dapat menjadi petunjuk mengapa Treponema pallidum dapat hidup dalam tubuh manusia dalam jangka waktu yang lama ,yaitu selama masa asimtomatik merupakan ciri khas dari penyakit sifilis.
Sifat invasif Treponema sangat membantu memperpanjang daya tahan kuman didalam tubuh manusia. Sifilis merupakan penyakit kronik Granulomatosa dimana perjalanan penyakitnya berlangsung lama. Lesi pada stadium akhir mungkin baru muncul 30 tahun setelah infeksi pertama. Pada penyakit sifilis terdiri dari 3 stadium yaitu stadium primer, sekunder dan tersier.ketiga stadium ini dipisahkan oleh periode asimtomatik, yang masa tunasnya 3-4 minggu muncul lesi primer yang terlokalisasi yang akan sembuh setelah 2-6 minggu. Stadium ini disusul dengan stadium sekunder, dijumpai lesi diseluruh tubuh atau generalisata luka ini sembuh dalam waktu 2- 6-minggu. Stadium ini disertai dengan periode laten selama beberapa tahun. Selama periode tersebut tidak dijumpai manifestasi klinik tetapi dalam tubuh sejumlah kecil penderita berlangsung proses yang mengarah kebentuk sifilis yang lebih berat yaitu sifilis tersier. (Parvin azini ,1996)
Epidemiologi Penyakit Sifilis
Penularan utama dari penyakit adalah lewat kontak seksual (coitus ), bisa juga lewat mukosa misalnya dengan berciuman atau memakai gelas dan sendok yang selesai dipakai oleh penderita sifilis dan penularan perenteral melalui jarum suntik dan tranfusi darah. Masa inkubasi dari penyakit sifilis berlngsung sekitar 2- 6 minggu setelah hubungan seksual yang dianggap sebagai penularan penyakit tersebut (coitus suspectus).
Secara garis besar penularan sifilis dibagi atas :
Sifilis kongenital atau bawaan Sifilis kongenital akibat dari penularan spirokaeta tranplasenta. Bayi jarang berkontak langsung dengan Chancre ibu yang menimbulkan infeksi pasca lahir. Resiko penularan transplasenta bervariasi menurut stadium penyakit yang diderita oleh ibu. Bila wanita hamil dengan sifilis primer dan sekunder serta spirokaetamia yang tidak diobati, besar kemungkinan untuk menularkan infeksi pada bayi yang belum dilahirkan daripada wanita dengan infeksi laten. Penularan dapat terjadi selama kehamilan. Insiden dari infeksi sifilis kongenital tetap paling tinggi selama 4 tahun pertama sesudah mendapat infeksi primer, sekunder dan penyakit laten awal.
Sifilis Akuisita (dapatan) Sifilis dapatan penularanya hampir selalu akbat dari kontak seksual walupun penangananya secara kuratif telah tersedia untuk sifilis selama lebih dari empat dekade, sifilis tetap penting dan tetap merupakan masalah kesehatan yang lazim di Indonesia.
Pembagian sifilis dapatan berdasarkan epidemiologi, tergantung sifat penyakit tersebut menular atau tidak. Stadium menular bila perjalanan penyakit kurang dari 2 tahun dan stadium tidak menular perjalanan penyakit lebih dari 2 tahun. Pembagian secara klinis :
Stadium I
Stadium II Stadium menular
Stadium Laten Dini
Stadium Rekurens
Stadium Laten Lanjut
Stadium III Stadium tidak menular
Kardiovaskuler Dan Neuosifilis
Manifestasi Klinis Penyakit Sifilis
1. Sifilis primer
Berlangsung selama 10 – 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampak pada tempat sesudah masuknya Treponema pallidum. Papula segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak nyeri.
Chancre biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang hidup yang hidup dan sangat menular, chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 – 6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang tidak diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.
2. Sifilis Sekunder
Terjadi sifilis sekunder, 2 – 10 minggu setelah chancre sembuh. Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan telapak kaki. Lesi pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang lembab disekitar anus dan vagina, terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka, abu – abu putih sampai eritematosa). Dan plak putih disebut (Mukous patkes) dapat ditemukan padfa membrana mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga, meningitis terjadi 30 % penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan cairan protein serebrospinal (CSS ), tetapi penderita tidak dapat menunjukkan gejala neurologis sifilis laten.
3. Relapsing sifilis
Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala – gejala klinik dapat timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu dari reaksi STS (Serologis Test for Syfilis) yang negatif menjadi positif. Gejala yang timbul kembali sama dengan gejala klinik pada stadium sifilis sekunder.
Relapsing sifilis yang ada terdiri dari :
Sifilis laten Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilis sekunder dan tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten (laten awal). Tidak terjadi kekambuhan sesudah tahun pertama disertai sifilis lambat yang tidak mungkin bergejala. Sifilis laten yang infektif dapat ditularkan selama 4 tahun pertama sedang sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS positif.
Sifilis tersier. Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun – tahun sejak sesudah gejala sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesi gummatosa, pada kulit dapat terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau gumma. Gumma selain mengenai kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi aneurisma aorta, insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf pusat ( neurosifilis ).
Sifilis kongenital. Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil yang menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis dengan pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan mengakibatkan sifilis kongenital pada bayinya. Infeksi intrauterin dengan sifilis mengakibatkan anak lahir mati, infantille congenital sifilis atau sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah dewasa. Pada infantil kongenital sifilis bayi mempunyai lesi – lesi mukokutan. Kondiloma, pelunakan tulang – tulang panjang, paralisis dan rinitis yang persisten. Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat misalnya parasis atau tabes, atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan syaraf nervous kedelapan, juga interstitial keratitis, stig mata tulang dan gigi, saddel – nose, saber shin ( tulang kering terbentuk seperti pedang ) dan kadang – kadang gigi Hutchinson dapat dijumpai. Prognosis sifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan yang sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa disembuhkan.( Soedarto, 1990 ).
Diagnosis Penyakit Sifilis
Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan klinik, serologi atau pemeriksaan dengan mengunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope). Pada kasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis treponema dan non protonema. Uji non protonema seperti Venereal Disease Research Laboratory (VDRL).
Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya Treponema pallidum. Hasil uji kuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan aktifitas penyakit sehingga amat membantu dalam skrining, titer naik bila penyakit aktif (gagal pengobatan atau reinfeksi) dan turun bila pengobatan cukup. Kelainan sifilis primer yaitu chancre harus dibedakan dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granuloma inguinale, limfogranuloma venerium, verrucae acuminata, skabies, dan keganasan (kanker).
Penutup
Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Penyakit Sifilis (Gejala, Penyebab, Diagnosa). Semoga artikel Penyakit Sifilis (Gejala, Penyebab, Diagnosa) bermanfaat bagi rekan-rekan semua. Terima Kasih
Unduh Materi
Materi lengkap tentang Penyakit Sifilis (Gejala, Penyebab, Diagnosa) dapat di unduh pada link berikut ini : SIFILIS
Penyakit kusta apakah berbahaya? Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun yang menyerang saraf perifer, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Lepra : Morbus hansen. Hamseniasis Reaksi : Episode akut yang terjadi pada penderita kusta yang masih aktif disebabkan suatu interaksi antara bagian-bagian dari kuman kusta yang telah mati dengan zat yang telah tertimbun di dalam darah penderita dan cairan penderita. Maka dari itu maimelajah.com akan mencoba mengupas tentang Penyakit Kusta Apakah Berbahaya?. Ayo kita simak penjelasan dibawah ini :
Etiologi Penyakit Kusta
M. Leprae atau kuman Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang ditemukan oleh sarjana dari Norwegia, GH Armouer Hansen pada tahun 1873. Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk batang dengan ukuran 1,8 micron, lebar 0,2-0,5 micron. Biasanya ada yang berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur dalam media buatan. Kuman ini dapat mengakibatkan infeksi sistemik pada binatang Armadillo.
Patogenesis Penyakit Kusta
Meskipun cara masuk M. Leprae ke tubuh belum diketahui pasti, beberapa penelitian, tersering melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal. Pengaruh M. Leprae ke kulit tergantung factor imunitas seseorang, kemampuan hidup M. Leprae pada suhu tubuh yang rendah, waktu regenerasi lama, serta sifat kuman yang Avirulen dan non toksis. M. Leprae (Parasis Obligat Intraseluler) terutama terdapat pada sel macrofag sekitar pembuluh darah superior pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf, bila kuman masuk tubuh tubuh bereaksi mengeluarkan macrofag (berasal dari monosit darah, sel mn, histiosit) untuk memfagosit.
Tipe LL, terjadi kelumpuha system imun seluler tinggi macrofag tidak mampu menghancurkan kuman dapat membelah diri dengan bebas merusak jaringan. Tipe TT, fase system imun seluler tinggi macrofag dapat menghancurkan kuman hanya setelah kuman difagositosis macrofag, terjadi sel epitel yang tidak bergerak aktif, dan kemudian bersatu membentuk sel dahtian longhans, bila tidak segera diatasi terjadi reaksi berlebihan dan masa epitel menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan sekitar.
Klasifikasi Penyakit Kusta
Menurut Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta berdasarkan gambaran klinis, bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita menjadi :
TT : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan permukaan kering dan kadang dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satudenga yang besar bervariasi. Gejala berupa gangguan sensasibilitas, pertumbuhan langsung dan sekresi kelenjar keringat. BTA ( – ) dan uji lepramin ( + ) kuat.
BT : Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jumlah 1-4 buah, gangguan sensibilitas ( + )
Lesi berupa mamakula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat. Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya. Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji lepromin ( – ).
BL : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/( – ), BTA ( + ) banyak, uji Lepromin ( – ).
LL : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlah sangat banyak dan simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan mukosa hidung, uji Lepromin ( – ).
WHO membagi menjadi dua kelompok, yaitu :
Pansi Basiler (PB) : I, TT, BT
Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL
Gambaran Klinis Penyakit Kusta
Menurut klasifikasi Ridley dan Jopling
1. Tipe Tuberkoloid (TT)
Mengenai kulit dan saraf
Lesi bisa satu atau kurang, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas, regresi, atau, kontrol healing ( + ).
Permukaan lesi bersisik dengan tepi meninggi, bahkan hampir sama dengan psoriasis atau tinea sirsirata. Terdapat penebalan saraf perifer yang teraba, kelemahan otot, sedikit rasa gatal.
Infiltrasi Tuberkoloid ( + ), tidak adanya kuman merupakan tanda adanya respon imun pejamu yang adekuat terhadap basil kusta.
2. Tipe Borderline Tuberkoloid (BT)
Hampir sama dengan tipe tuberkoloid
Gambar Hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skauma tidak sejelas tipe TT.
Gangguan saraf tidak sejelas tipe TT. Biasanya asimetris.
Lesi satelit ( + ), terletak dekat saraf perifer menebal.
3. Tipe Mid Borderline (BB)
Tipe paling tidak stabil, jarang dijumpai.
Lesi dapat berbentuk macula infiltrate.
Permukaan lesi dapat berkilat, batas lesi kurang jelas, jumlah lesi melebihi tipe BT, cenderung simetris.
Lesi sangat bervariasi baik ukuran bentuk maupun distribusinya.
Bisa didapatkan lesi punched out, yaitu hipopigmentasi berbentuk oralpada bagian tengah dengan batas jelas yang merupaan ciri khas tipe ini.
4. Tipe Borderline Lepromatus (BL)
Dimulai makula, awalnya sedikit lalu menjadi cepat menyebar ke seluruh tubuh. Makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya, beberapa nodus melekuk bagian tengah, beberapa plag tampak seperti punched out. Tanda khas saraf berupa hilangnya sensasi, hipopigmentasi, berkurangnya keringat dan gugurnya rambut lebih cepat muncil daripada tipe LL dengan penebalan saraf yang dapat teraba pada tempat prediteksi.
5. Tipe Lepromatosa (LL)
Lesi sangat banya, simetris, permukaan halus, lebih eritoma, berkilap, batas tidak tegas atau tidak ditemuka anestesi dan anhidrosis pada stadium dini.
Distribusi lesi khas :
Wajah : dahi, pelipis, dagu, cuping telinga.
Badan : bahian belakang, lengan punggung tangan, ekstensor tingkat bawah.
Stadium lanjutan :
Penebalan kulit progresif
Cuping telinga menebal
Garis muka kasar dan cekung membentuk fasies leonine, dapat disertai madarosis, intis dan keratitis.
Lebih lanjut
Deformitas hidung
Pembesaran kelenjar limfe, orkitis atrofi, testis
Kerusakan saraf luas gejala stocking dan glouses anestesi.
Penyakit progresif, makula dan popul baru.
Tombul lesi lama terjadi plakat dan nodus.
Stadium lanjut Serabut saraf perifer mengalami degenerasi hialin/fibrosis menyebabkan anestasi dan pengecilan tangan dan kaki.
6. Tipe Interminate (tipe yang tidak termasuk dalam klasifikasi Redley & Jopling)
Beberapa macula hipopigmentasi, sedikit sisik dan kulit sekitar normal.
Lokasi bahian ekstensor ekstremitas, bokong dan muka, kadang-kadang dapat ditemukan makula hipestesi dan sedikit penebalan saraf.
Merupakan tanda interminate pada 20%-80% kasus kusta.
Sebagian sembuh spontan.
Gambaran klinis organ lain
Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan
Penyakit Campak (Morbili) dan Pathway merupakan artikel yang maimelajah.com bahas pada kesempatan kali ini. Morbili adalah penyakit virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, Rita Yuliani, 2001: 211). Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga stadium yaitu
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus yang bernama Virus Campak.
ETIOLOGI
Penyebabnya ialah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodermal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak. Cara penularannya dengan droplet dan kontak (Staf Pengajar FKUI, 2000: 624) Menurut Asti Proborini (2005), penyebab penyakit campak adalah virus campak atau morbili.
PATOFISIOLOGI
Sebagai reaksi terhadap virus akan timbul respon peradangan yaitu akan terjadi eksudat yang serosa dan proliferasi sel makronukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus, saluran cerna dan pada konjungtiva. Di kulit reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik terdiri dari, eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada mukosa bukal dan faring meluas ke dalam jaringan limfoid dan membran mukosa trakeobronkhial. Biasanya ada hyperplasia jaringan limfoid, terutama pada apendik, dimana sel mukosa multinukleus berdiameter sampai 100 mikrometer (sel raksasa retikuloendotelial) dapat ditemukan (Nelson, 1999: 1069).
MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium yaitu:
Stadium Kataral (prodermal) Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral timbul enantema, timbul bercak koplik berwarna putih kelabu.
Stadium Erupsi. Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadi eritema yang makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan di daerah leher belakang. Tidak jarang disertai mual dan muntah.
Stadium konvalensi. Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi. (Staf Pengajar IKA FKUI, 2000:625)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nelson (1999) untuk diagnosis, dibuat dari gambaran klinis yang khas sedangkan konfirmasi laboratorium jarang diperlukan. Namun pada stadium prodormal, dapat ditemukan sel raksasa multinuklear diambil dari pulasan mukosa hidung. Angka sel darah putih cenderung rendah dengan limfositosis relative
PENATALAKSANAAN
Dari medik dengan pengobatan simptomatik, yaitu diberi antipiretik bila suhu tinggi sedative, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Pemberian antibiotik jika timbul komplikasi atau infeksi sekunder (otitis media, ensefalitis, bronchopneumonia), dan pemberian vitamin A. Selain itu pasien perlu istirahat di tempat tidur selama suhu tubuh meningkat, intake cairan dan kalori yang adekuat, humidifikasi ruangan (mempertahankan ruangan hangat). Lindungi dari terpajan pada cahaya kuat selama fotofobia, memperhatikan kebersihan mulut, kulit, dan mata.
KONSEP HOSPITALISASI ANAK MASA PRASEKOLAH
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainan. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walau secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.
Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan dirumah sakit sering kali dipresepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah atau takut. Ketakutan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua. (Yupi Supartini, 2004: 190-191)
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRASEKOLAH (3 SAMPAI 5 TAHUN)
Pada usia prasekolah, perkembangan fisik lebih lambat dan relative menetap. Sistem tubuh harusnya sudah matang dan sudah terlatih toileting. Keterampilan motorik seperti berjalan, berlari, melompat, menjadi semakin luwes, tetapi otot dan tulang belum begitu sempurna (Yupi Supartini, 2004:57) Menurut skala Yaumil-Mimi dalam Soetjiningsih (1995) perkembangan anak 3 sampai 4 tahun adalah :
Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
Berjalan pada jari kaki
Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
Menggambar garis silang
Menggambar orang hanya kepala dan badan
Mengenal 2 atau 3 warna
Bicara dengan baik
Menyebut namanya, jenis kelaminnya, dan umurnya
Banyak bertanya
Bertanya bagaimana anak dilahirkan
Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka dan sisi belakang
Mendengarkan cerita-cerita
Bermain dengan anak lain
Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
FOKUS PENGKAJIAN
Riwayat keperawatan yaitu adanya kontak dengan orang yang terinfeksi sebelumnya, riwayat imunisasi
Kaji tanda-tanda demam, koriza, batuk, konjungtivitis, bercak koplik, eritema pada bagian belakang telinga, leher, dan bagian belakang, tidak nafsu makan, lemah, lesu. (Suriadi, Rita Yuliani 2001:213)
Pemeriksaan fisik ditemukan adanya bercak koplik pada mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Rasa gatal dan muka bengkak.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Terdapat pula splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.
Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia. (Staf Pengajar IKA FKUI, 2000:625)
FOKUS INTERVENSI
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi (Carpenito,2000)
Tujuan : suhu tubuh turun hingga batas normal
Kriteria hasil : suhu antara 360-370C, jika diraba kulit tidak panas, pasien tidak merasakan pusing, malaise, kulit tidak tampak kemerahan
Intervensi : Kaji saat timbulnya demam, observasi tanda-tanda vital, jelaskan pada pasien atau keluarga tentang pentingnya masukan cairan yang adekuat (sedikitnya 1,5 liter sampai 2,5 liter kecuali jika terdapat kontra indikasi penyakit jantung atau ginjal), pantau masukan dan keluaran, berikan obat antipiretik dan antibiotik sesuai dengan advis dokter.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, muntah, diare, ketidaknyamanan mulut sekunder akibat infeksi virus (Carpenito, 2000)
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil : berat badan meningkat sesuai umur, meningkatnya pemasukan makanan peroral, pasien atau keluarga memahami pentingnya kebutuhan nutrisi
Intervensi : tentukan kebutuhan kalori harian yang relistis dan adekuat, timbang berat badan setiap hari, pantau hasil pemeriksaan laborat, jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat, berikan diit tinggi kalori dan protein,berikan maknan dalam porsi sedikit tapi sering, berikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik, pertahankan kebersihan dan kenyamanan mulut yang baik
Tidak efetifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya batuk (Suriadi, Rita Yuliani, 2001)
Tujuan : mempertahankan pola nafas yang efektif
Kriteria hasil : menunjukkan tanda-danda pernapasan efektif
Intervensi : kaji ulang status pernafasan (irama, kedalaman, suara nafas, penggunaan otot bantu pernafasan, bernafas melalui mulut), kaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi, irama dan frekuensi), berikan posisi tidur semi fowler/fowler, bantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya, anjurkan anak untuk banyak minum, berikan oksigen sesuai indikasi, berikan obat-obatan yang dapat meningkatkan efektifitasnya jalan nafas (seperti bronkodilator, anti kolinergik, dan anti peradangan)
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash (Suriadi, Rita Yuliani,2001)
Tujuan : Mempertahankan integritas kulit
Intervensi : pertahankan kuku anak tetap pendek, jelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk rash, berikan obat antipruritus topikal, berikan antihistamin sesuai order dan memonitor efek sampingnya, memandikan klien menggunakan sabun yang lembut untuk mencegah infeksi, jika terdapat fotofobia, gunakan bola lampu yang tidak terlalu terang dikamar klien, bersihkan bulu mata dengan air hangat (untuk mengangkat sekret atau krusta, menjelaskan kepada anak untuk tidak mengusap-usap mata.
Gangguan aktivitas berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya (Suriadi, Rita Yuliani,2001)
Tujuan : mempertahankan kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan
Kriteria hasil : anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan selama menjalani isolasi dari teman sebaya atau anggota keluarga.
Intervensi : berikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, keterampilan tangan, nonton televisi), berikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi bagi anak, libatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas yang diinginkan, ijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika memungkinkan.
Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen. (Suriadi, Rita Yuliani,2001)
Tujuan : mencegah perluasan infeksi
Intervensi : tempatkan anak pada ruang khusus, pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit, gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak, mempertahankan istirahat selama periode prodormal, berikan antibiotik sesuai advis.
Unduh Materi
Demikian penjelasan singkat mengenai Penyakit Campak (Morbili) dan Pathway. Materi lengkap tentang Penyakit Campak (Morbili) dan Pathway dapat di unduh pada link berikut ini : MORBILI
Dan untuk tinjauan kasus Penyakit Campak (Morbili) dan Pathway dapat unduh pada link berikut ini : KASUS MORBILI
Anemia Pada Ibu Hamil terjadi hampir 70% pada kasus kehamilan, apa itu anemia pada ibu hamil? Apa penyebabnya? mari kita simak di maimelajah.com ya!
Anemia Pada Ibu Hamil
1. Definisi Anemia Pada Ibu Hamil
Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (Kasdu, 2005). Penyebab anemia gizi adalah ketidakseimbangan antara konsumsi bahan makanan sumber zat besi yang masuk dalam tubuh dengan meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi (Kasdu, 2005). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb di bawah 11gr% pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang dari 10,5gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Anemia gizi di Indonesia dapat di temukan di semua kelompok umur dan setiap lapisan masyarakat, baik pada tingkat sosial ekonomi rendah maupun tinggi. Anemia gizi yang sering di temukan adalah anemia defisiensi besi. Prevalensi anemia defisiensi besi sering di temukan pada anak pra sekolah, usia sekolah, ibu hamil dan menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah (Depkes RI, 1998).
2. Etiologi Anemia Pada Ibu Hamil
Anemia pada umumnya di sebabkan oleh kurang gizi pada umumnya terutama kekurangan zat besi, vitamin B12 dan asam folat. Selain itu anemia juga disebabkan karena malabsorbsi atau gangguan penyerapan zat besi dalam usus kurang baik, kehilangan darah yang banyak pada persalinan, haid dan lain-lain sehingga sel darah merah banyak yang hilang akibatnya kadar Hb turun. Penyakit kronis, TBC paru, cacing usus dan malaria juga merupakan penyebab terjadinya anemia karena dapat menyebabkan terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya produksi eritrosit (Wiknjosastro, 1999). Bentuk anemia yang banyak ditemukan dalam kehamilan yaitu anemia defisiensi besi (Wiknjosastro, 1999).
Secara garis besar yang menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi menurut Early (1997) juga hampir sama dengan anemia pada umumnya yaitu:
Penyerapan zat makanan yang terganggu akibat fungsi saluran pencernaan yang terganggu.
Kesalahan dalam susunan menu makanan.
Intake yang kurang mengandung zat besi, dapat diperoleh dari makanan dan suplemen.
Kebutuhan zat besi yang meningkat dalam kehamilan.
Kemampuan organ untuk menampung zat besi menurun.
Adanya penyakit-penyakit kronis (TBC, paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain).
Perkiraan jumlah zat besi yang diperlukan selama hamil adalah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg Fe di transfer ke janin, dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan 200 mg hilang ketika melahirkan (Arisman, 2004).
3. Patofisiologi
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin.
Terjadinya hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retroplasenter.
Hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat, sehingga akibat faktor itu di jumpai perubahan peredaran darah.
Volume darah makin menungkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (Hemodilusi).
Sel darah merah semakin meningkat jumlahnya, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah, sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat mencapai jumlah sebesar 10.000/ml, protein darah dalam bentuk albumin dan hemoglobin dapat menurun pada triwulan I sedangkan fibrinogen meningkat (Wiknjosastro, 1999). Sirkulasi darah ibu juga dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula, mammae dan alat genitalia lainnya yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan sehingga volume darah ibu dalam kehamilan bertambah (hipervolemia) secara fisiologis dengan adanya pancaran darah yang disebut Hidremia. Akan tetapi bertambahnya sel-sel darah, kurang di banding dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut: Plasma 30%, Sel darah 18%, Hb 19%.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama pengenceran meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil. Karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Setelah 12 sampai 24 jam pasca persalinan terjadi peningkatan volume plasma, karena proses imbibisi cairan dari ekstravaskuler kedalam pembuluh darah yang kemudian akan diikuti oleh periode diuresis pasca persalinan yang mengakibatkan terjadinya penurunan volume plasma (adanya hemokonsentrasi). Dua minggu pasca persalinan merupakan periode penyesuaian untuk kembali ke nilai volume plasma seperti sebelum hamil (Wiknjosastro, 1999).
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19%. Apabila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10gr%. Anemia fiologis dalam kehamilan terjadi karena dalam kehamilan keperluan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pola perubahan dalam volume darah yaitu bertambah banyak, tetapi penambahan volume darah tidak disertai dengan penambahan sel-sel darah, akibatnya terjadi pengenceran darah sehingga kadar hemoglobin turun (Cunningham,1995).
Sedangkan anemia ibu hamil yang tidak fisiologis terjadi karena anemia defisiensi besi
Sedangkan anemia ibu hamil yang tidak fisiologis terjadi karena anemia defisiensi besi yaitu bila terdapat perbedaan antara jumlah zat besi simpanan yang tersedia pada ibu dan kebutuhan zat besi dalam kehamilan normal. Zat besi merupakan salah satu zat gizi pembentuk hemoglobin, bila zat besi kurang maka kadar Hb akan turun yang menyebabkan transportasi oksigen ke jaringan terganggu sehingga timbul tanda dan gejala anemia. Sedangkan pada anemia karena gangguan penyerapan adalah zat gizi yang masuk ke usus tidak diserap sempurna karena penyakit usus atau faktor lain misalnya makan bersamaan dengan minum the, susu atau kopi. Pada anemia karena banyaknya zat besi keluar dari tubuh misalnya perdarahan adalah sel darah merah turun menyebabkan kadar Hb turun sehingga terjadi gangguan transport oksigen dan hipoksia jaringan serta timbul gejala dan tanda anemia (Gibson, 1996).
4. Tanda dan Gejala Anemia
Menurut Depkes RI (1998) gejala-gejala yang dapat dirasakan pada anemia defisiensi besi meliputi 5L (Lemah, Letih Lesu Lelah, Lalai), pusing, mata berkunang-kunang dan nafsu makan menurun. Gejala tersebut muncul karena suplai oksigen ke jaringan berkurang sehingga metabolisme didalam sel tidak sempurna. Sedangkan tanda yang dapat ditemukan adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat yang disebabkan oleh sel darah merah hipokromik atau warna lebih muda dari warna normal yaitu merah.
Jika hemoglobin turun menjadi 7gr% juga didapatkan nyeri tulang dan abdomen karena disebabkan oleh kritis trombosis yang menyertai sel sabit (Prawirohardjo,1999). Tanda khas anemia menurut Arisman (2004) berupa anguler stomastitis, glositis, disfagia, hipoklorida, koilonikia dan paghofagia. Sedangkan tanda yang kurang khas berupa kelelahan, anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelainan perilaku tertentu, kinerja intekektual serta kemampuan kerja menurun.
5. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan
Menurut Wiknjosastro (2002) anemia dalam kehamialan dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu:
Anemia defisiensi besi Anemia yang disebabkan akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan.
Anemia megaloblastik disebabkan karena defisiensi asam folik (pteroylglutamic acid), jarang sekali karena defisiensi vitamin B12 (cyanokobalamin).
Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik yaitu sepsis, sinar rontgen, racun atau obat-obatan.
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
Anemia-anemia lain disebabkan karena malaria, cacing tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit hati, tuberculosis, sepsis, tumor ganas dan lain-lain.
6. Tingkat Derajat Anemia
Menurut Depkes RI (2001) anemia dibagi menjadi dua derajat yaitu : anemia sedang bila kadar Hb antara 8-11gr% dan anemia berat bila kadar Hb kurang dari 8gr%. WHO (1998) membagi anemia menjadi dua kategori yaitu anemia ringan bila kadar Hb 8-11gr% dan anemia berat bila kadar Hb <8gr%. Menurut Manuaba (1998) mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan denga menggunakan alat sahli digolongkan menjadi tidak anemia bila kadar Hb gr%, anemia ringan bila kadar Hb 9-10gr%, anemia sedang bila kadar Hb 7-8gr%, dan anemia berat bila kadar Hb <7gr%.
7. Diagnosis Anemia pada Kehamilan
Menurut Sediaoetomo (1999) untuk menegakkan diagnosa anemia dapat dilakukan dengan:
Anamnesa, didapatkan keluhan: – cepat lelah – sering pusing – mata berkunang-kunang – jantung berdebar-debar
Pemeriksaan fisik didapatkan: – Penderita terlihat lelah – Kurang bergairah
Pada inspeksi muka, konjungtiva, bibir, lidah, selaput lendir dan dasar kuku kelihatan pucat.
Pemeriksaan palpasi kemungkinan didapatkan splenomegali dan takhikardi.
Pemeriksan auskultasi dapat terdengar bising jantung.
Diagnosis anemia defisiensi besi yang berat tidak sulit karena ditandai ciri-ciri yang khas bagi defisiensi besi, yakni mikrositosis dan hipokromasia. Anemia yang ringan tidak selalu menunjukkan ciri-ciri yang khas itu, bahkan tidak banyak yang bersifat normositas dan normokrom. Hal ini disebabkan karena defisiensi zat besi dapat berdampingan dengan defisiensi asam folik. Anemia ganda lazim disebut anemia diformis (Wiknjosastro, 1999). Pada pemeriksaan laboratorik memperlihatkan kadar hemoglobin menurun dibawah 11gr% bahkan pada anemia berat penurunan Hb dapat mencapai tingkat bawah 10gr% atau lebih rendah lagi. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli.
Pemeriksaan diagnostik ditegakkan untuk mengetahui penyebab anemia secara tepat, adapun pemeriksaan diagnostic menurut Prawirohardjo (1999) adalah sebagai berikut:
Hitung sel darah lengkap dan asupan darah Untuk tujuan praktis selama kehamilan dapat didefinisikan sebagai hemoglobin kurang dari 11gr%/100ml dan hematokrit kurang dari 30 sampai 33%, asupan darah tepi memberikan evaluasi morfologi eritrosit hitung jenis leukosit dan perkiraan keadekuatan trombosit.
Beri serum total Nilai normal 60-135 mg %. Besi serum total menurun pada anemia defisiensi besi, anemia infeksi dan penyakit kronis. Peningkatan besi serum terjadi pada peningkatan kerusakan eritrosit (anemia hemolitik)
Kapasiatas peningkatan besi total Nilai normal 250-350 gr % (peningkatan kira-kira 15% pada kehamilan). Kapasitas peningkatan besi total menurun pada Thalasemia mayor
Kejenuhan transferin Nilai normal 20-30 %, nilai kurang dari 15 menujukan anemia defisiensi besi. Nilai dalam rentang 30% disertai oleh kapasitas peningkatan total sekitar 350 mg % menggambarkan kemungkinan Thalasemia minor, diagnosis ditegakkan dengan elektroforesis hemoglobin
Faretin Serum Membantu penilaian kecukupan cadangan besi, kadar dibawah 10-20 mg % menunjukan difisiensi besi
Tes sel sabit Pemapasan sel darah ke zat produksi menghasilkan perubahan khas yang menyertai hemoglobin S
Pemeriksaan sumsum tulang Kurang besi yang dapat diwarnai dalam sumsum tulang belakang yang normal dalam hal ini merupakan ukuran paling dapat diandalkan dari difisiensi besi
Hemoglobin serum Sedikit meningkat pada sel sabit thalasemia dan penyakit hemoglobin C meningkat, sedang pada sel sabit thalasemia mayor, anemia hemolitik akuista, hemoglobin serum jelas meningkat pada setiap hemolisis
Hitung retikulasit Nilai normal 0.5-1.5% eritrosit. Peningkatan diteruskan pada penesakan eritrosit karena hemolisis pada penyakit sel sabit hilang retikulasit dapat meningkatkan sampai 30 %. Peningkatan hitung dan retikulasit juga merupakan petunjuk berguna bagi respon terapi besi pada anemia defisiensi besi.
8. Penanganan dan pengobatan
Penanganan tergatung dari penyebab anemia tetapi apapun penyebabnya harus cukup zat besi untuk keperluan pembentukan hemoglobin. Pada anemia defisiensi besiterapi degan preparat besi oral atau parental.
Terapi oral biasanya diberikan preparat besi seperti: fero sulfat, fero gluconat atau nafero bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr % per bulan. Program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dengan 50 mg asam folat untuk profilaksis anemia. Kebijakan pemerintah dalam pemberian tablet Fe untk semua ibu hamil sebanyak satu kali satu tablet selama 90 hari.
Pemberian preparat parental, yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20ml) intravena atau 2 x 10 ml/intramuscular pada gluteus dapat meningkatkan Hb relative lebih cepat yaitu 2 gr %. Pemberian parental mempunyai indikasi intoleransi traktus gastrointestinal, anemia yang berat, kepatuhan yang buruk terhadap pemakain pereparat besi oral (Wiknjosastro, 1999).
9. Pengaruh anemia terhadap kehamilan dan janin
Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin menurut Manuaba(1998) adalah sebagai berikut :
Bahaya selama kehamilan
Dapat terjadi abortus
IUGR
Mudah terjadi infeksi
Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %)
Mola hidatidosa
Perdarahan antepartum
Ketuban pecah dini (KPD)
Bahaya selama kehamilan
Gangguan harus kekuatan mengejan
Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan sehingga memerlukan tindakan operasi kebidanan
Kala III dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri
Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri
Bahaya terhadap janin
Abortus
Terjadi kematian intrauterine
Perslinan prematuritas tinggi
BBLR
Kelahiran dengan anemia
Cacat bawaan
Mudah terjadi infeksi sampai terjadi kematian perinatal
Intelegensi rendah
Bahaya pada masa nifas
Terjadi subinvalusio uteri menimbulkan perdarahan post partum
Memudahkan terinfeksi puerperium
Terjadi dekompensasi cordis mendadak setelah persalinan
Anemia kala nifas
Mudah terjadi infeksi mamae
10. Frekuensi anemia dalam kehamilan
Menurut WHO kejadian anemia dalam kehamilan sekitar 28-89 %.
Hoo Swie Tjiong menemukan angka anemia kehamilan 3.8 % pada trimester I, 13.6 % trimester II dan 24.8 % pada trimester III.
Simanjuntak mengemukakan sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia kekurangan gizi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Anemia Pada Kehamilan
a. Faktor Dasar
Sosial Ekonomi
Menurut Istiarti (2000) menyatakan bahwa perilaku seseorang di bidang kesehatan di pengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi, WHO melaporkan bahwa tingkat sosial ekonomi berperan sebagai underlying dari faktor lainnya dalam mempengaruhi kematian maternal. Hal ini sesuai juga dengan pendapat Beck (1995) bahwa di samping penyebab medis, faktor sosial ekonomi memainkan peranan yang penting. Tingkat kemiskinan di negara berkembang menerangkan penyebab anemia berat dan efeknya yang serius pada sebagian besar negara di dunia. Sekitar 2/3 wanita hamil di negara berkembang diperkirakan menderita anemia dibanding di negara maju hanya 14%. Kesukaran yang di timbulkan oleh gizi buruk, kekurangan air, tabu terhadap makanan, produksi dan cadangan makanan yang tidak cukup dan tidak adanya sistem jaminan sosial yang efektif secara bersama-sama menurunkan kesehatan dan menyebabkan anemia pada para wanita.
Pada sosial ekonomi dalam sebuah keluarga ada kaitannya dengan pendapatan keluarga. Pendapatan berpengaruh pada daya beli dan konsumsi makanan sehari-hari. Asupan zat gizi sangat ditentukan oleh daya beli keluarga (Rohadi, 1997). Hal ini sesuai dengan pendapat Arisman (2004) status sosial ekonomi berguna untuk memastikan apakah ibu berkemampuan membeli dan memilih makanan yang bervariasi gizi tinggi. Sementara itu pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh masyarakat dengan sosial ekonomi rendah masih sedikit di samping pelaksanaan itu sendiri masih jauh dari optimal.
Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan hidup. Pendidikan itu umumnya berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan anak. Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang mereka sadari sepenuhnya (Maulany,1999). Biasanya seorang ibu khususnya ibu hamil yang berpendidikan tinggi dapat menyeimbangkan pola konsumsinya. Apabila pola konsumsinya telah sesuai maka asupan zat gizi yang diperoleh akan tercukupi dan kemungkinan besar terhindar dari masalah anemia (Sayogya, 1997).
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan resultan dari akibat proses pengindraan terhadap suatu obyek (Notoatmodjo, 2003). Menurut Sofoewan (1994) bahwa tingkat pengetahuan gizi yang rendah dapat juga mendukung terjadinya kesalahan dalam penyusunan menu makanan sehari-hari, sehingga jumlah yang di konsumsi lebih kecil dari kebutuhan. Keadaan ini akan menjadi lebih berat bagi wanita dalam masa kehamilan, karena selama kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan zat-zat makanan. Defisiensi zat besi dan perhatian yang kurang terhadap zat gizi ibu hamil merupakan predisposisi terjadinya anemia defisiensi besi pada ibu hamil di Indonesia (Saifuddin,2002). Menurut Syarief (1997) ibu hamil dengan pengetahuan gizi rendah mempunyai resiko lebih tinggi untuk tejadinya anemia gizi dibandingkan ibu hamil yang mempunyai pengetahuan gizi tinggi.
Budaya
Masalah kekurangan gizi, bukan hanya disebabkan oleh faktor sosial ekonomi masyarakat, namun berkaitan pula dengan faktor sosial budaya setempat. Persepsi masyarakat yang disebut makan adalah makan sampai kenyang tanpa memperhatikan jenis, komposisi dan mutu makanan. Pendistribusian makanan dalam keluarga yang tidak berdasarkan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga, namun berdasarkan pantangan-pantangan yang harus diikuti oleh kelompok khusus, misalnya ibu hamil, bayi, ibu nifas dan sebagainya merupakan kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat yang menghambat terciptanya pola hidup sehat di masyarakat. Selain itu dalam hal pangan terdapat budaya yang memprioritaskan anggota keluarga tertentu untuk mengkonsumsi hidangan keluarga, anggota keluarga lainnya menempati urutan prioritas berikutnya dan prioritas terbawah adalah golongan ibu-ibu rumah tangga tidak terkecuali ibu hamil.
b. Faktor Tidak Langsung
Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba,1998). Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal minimal sebanyak 4 kali yaitu:
Trimester I : 1 kali
Trimestar II : 1 kali
Trimester III : 2 kali
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu pelayanan, khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup dalam menangani kasus resiko tinggi yang ditemukan (Depkes RI, 1996). Menurut Sofoewan (1996) wanita hamil yang periksa hamil kurang dari 3 kali mempunyai resiko tinggi lebih besar untuk menderita anemia, dibandingkan ibu hamil yang periksa > 3 kali selama antenatal care. Dengan ANC keadaan anemia ibu akan lebih dini terdeteksi, karena dengan pemeriksaan Hb anemia akan terlihat, sebab pada tahap awal anemia pada ibu hamil jarang sekali menimbulkan keluhan bermakna, dan keluhan biasanya timbuk setelah anemia sudah ke tahap lanjut.
Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 Minggu) (Pusdiknakes, 2003). Jumlah paritas lebih dari 3 kali dapat menambah resiko terhadap ibu dan bayi yang dikandungnya, lrebih-lebuh kalau jarak antara kehamilannya < 2 tahun, maka ibu akan lemah akibat dari seringnya hamil, melahirkan, menyusui dan merawat anak-anaknya yang mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, seperti ibu menderita anemia dan kurang gizi (Soetjiningsih, 1998). Paritas 3 merupakan faktor terjadinya anemia yang berhubungan denga jarak kehamilan yang terlalu dekat < 2 tahun. Menurut Manuaba (1998) menyatakan bahwa semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis.
Umur
Umur reproduksi sehat adalah 20-35 tahun dimana pada masa ini merupakan masa yang optimal bagi wanita untuk menjalani kehamilan dan persalinan (WHO, 1973 dalam Manuaba, 1998). Secara umum seorang wanita disebut siap secara fisik jika ia tekah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya yaitu sekitar usia 20 tahun. Ibu hamil pada usia terlalu muda (<20 tahun) tidak atau belum siap untuk memperhatikan lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan janin. Disamping itu akan terjadi kompetensi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan (Rohadi, 1997). Sedangkan ibu hamil diatas 30 tahun lebih cenderung mengalami anemia. Hal ini disebabkan karena pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilitas (Sofoewan, 1996).
Menderita Sakit Selama Hamil
Wanita hamil berpenyakit kronis memerlukan bukan hanya zat gizi untuk mengatasi penyakitnya, tetapi juga untuk kehamilan yang sedang ia jalani. Adanya penyakit-penyakit kronis seperti TBC, paru, cacing usus dan malaria diduga dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi zat besi (Early, 1997).
Usia Kehamilan
Kebutuhan akan Fe selama kehamilan trimester I relatif sedikit yaitu 0,8 mg sehari, yang kemudian meningkat tajam selama trimester III yaitu 6,3 mg sehari (Arisman, 2004). Kebutuhan zat besi setiap trimester tidak sama. Hal ini sesuai dengan bertambahnya usia kehamilan untuk memenuhi kehilangan basal dan untuk pembentukan sel-sel darah mer ah yang semakin banyak, serta janin dan plasentanya.
Trimester I : Kebutuhan zat besi 1 mg/hari (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah
Trimester II : Kebutuhan zat besi + 5 mg/hari (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan konseptus 115 mg
Trimester III : Kebutuhan zat besi 5 mg/hari (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan konseptus 223 mg (Kasdu, 2005)
c. Faktor Langsung
Pola konsumsi
Status gizi adalah derajat kesehatan orang yang dipengaruhi antara lain oleh tingkat kecenderungan makanan yang dikonsumsi. Tingkat konsumsi seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Pada keadaan kehamilan kebutuhan Fe dan zat gizi meningkat, apabila masuknya Fe selama hamil kurang maka mudah terjadi anemia defisiensi besi (Wiknjosastro, 1999).
Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria juga merupakan penyebab terjadinya anrmia karena menyebabkan terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya produksi eritrosit (Early, 1997& Wiknjosastro, 1999).
Perdarahan
Penyebab anemia gizi besi dikarenakan terlampau banyaknya besi keluar dari badan misalnya perdarahan (Wiknjosastro, 1999). Perdarahan tersebut bisa daisebabkan oleh infeksi cacing tambang, malaria, haid yang berlebihan dan melahirkan (Kasdu, 2005).
Unduh Materi
Materi lengkap dalam bentuk doc dapat unduh disini : ANEMIA KEHAMILAN
Setiap orang tua menginginkan anaknya mematuhi aturan yang ada, tetapi terkadang sulit untuk mengajak anak terutama yang masih berusia di bawah 5 tahun (balita) untuk mengerti. Bahkan ada orang tua yang berpikir bahwa masih terlalu kecil jika anak harus belajar berdisiplin. Memang usia 3 – 4 tahun anak belum bisa membedakan mana yang baik dan buruk tapi anak usia ini bisa diajak untuk mematuhi peraturan sederhana. Disiplin adalah tingkah laku moral yang diajarkan dan yang dapat diterima oleh kelompoknya. Tujuannya untuk membentuk tingkah laku. Disiplin berperan sangat besar untuk perkembangan anak karena dengan diajarkan berdisiplin si kecil juga diajarkan bertingkah laku baik. Mari kita simak bagaimana cara Menanamkan Disiplin Pada Balita (maimelajah.com)
Tips Mengajarkan Disiplin Pada Anak
Gunakan kalimat pendek
Perkataan singkat dan langsung ke pokok masalah ketika mendisiplinkan anak. “Dik…jangan dicubit” akan lebih efektif daripada “Jangan begitu dong dik, masak temannya dicubit, gak boleh ya…”. Ketika Anda tiba di bagian “Jangan begitu dong” perhatian anak pada Anda sudah hilang. Jangan bernegoisasi dan jangan member janji Mendisiplinkan anak tidak sama dengan kampanye caleg, hindari kata – kata menjanjian misalnya “Kalau kamu patuh nanti Mama belikan es krim”. Karena kalau itu terjadi lama – lama Anda menciptakan anak yang sikap disiplinnya dibarengi dengan imbalan.
Pilah larangan atau aturan
Terlalu banyak larangan atau aturan akan mengurangi kekuatan dan keefektifitasannya. Pilah kadar larangan atau aturan menjadi 3 kategori yaitu : sangat penting, cukup penting dan tidak terlalu penting. Perilaku anak yang rewel setiap kali Anda menerima telepon bisa dikategorikan dalam kategori tidak terlalu penting untuk dilarang dan ditanggapi. Tetapi aturan tidur jam 20.00 adalah aturan yang sangat penting. Dengan tidak terlalu menanggapi hal – hal yang sepele anak juga akan belajar bahwa rengekan anak tidak akan berhasil.
Jangan menyerah untuk menghindari konflik
Pastinya semua Bunda malas menjadi perhatian banyak orang saat terjadi konflik tetapi jangan hanya karena itu Anda menjadi Bunda yang “lembek”. Misalnya saat di supermarket anak merengek minta dibelikan permen, kalau memang aturan Anda adalah tidak boleh, pertahankan dan biarkan dia tetap menangis. Begitu juga bila dia tidak mau belajar dan hanya nonton tv. Aturannya anak harus belajar baru diperbolehkan nonton tv. Meski ada kakeknya yang terus membelanya pertahankan aturan itu dan siapkan amunisi untuk menghadapi rengekan anak dan kakeknya. Buah dari sikap konsisten itu akan berguna di kemudian hari.
Beri pilihan
Ini akan membuatnya punya otoritas dan menaikkan egonya. Hanya saja jangan berikan anak terlalu banyak pilihan dan semua piihan harus bisa Anda terima. Contoh ini pilihan kamu nak, kamu mau beli sandal atau baju.
Waspada masa peralihan
Sejumlah momen peralihan dapat memicu perilaku rewel dan buruk si kecil, antara lain peralihan waktu bangun ke tidur, waktu main ke mandi, waktu main ke makan, atau waktu mandi ke saatnya pakai baju. Untuk antisipasi siapkan anak lebih dahulu, beritahu anak apa yang harus dilakukan missal “setelah main adik harus mandi”
Kenalkan konsekuensi
Anak perlu belajar tentang akibat dan perilakunya sendiri – hukum sebab akibat. Contoh kalau dia menunda – nunda waktu gosok gigi tidak cukup waktu untuk Bunda untuk membacakan dongeng sehingga lain kali dia harus segera gosok gigi agar segera mendengar dongeng dari Bunda.
Antisipasi ulah mencari perhatian
Umumnya balita berulah manakala Anda harus berbagi perhatian antara dirinya dengan hal lain. Misalnya saat Anda berbicara dengan suami, saat menerima telepon atau saat ada tetangga yang singgah ke rumah. Antisipasinya siapkan sesuatu yang menyibukkan balita seperti kertas gambar dan spidol, potongan buah untuk dikunyah. Intinya kalau dia tidak diberi kesibukkan ketika Anda sedang sibuk anak akan mencari kesibukansendiri yang membuat Anda repot.
Hadapi kegigihannya
Balita itu gigih meskipun dilarang dia akan terus mencoba untuk melanggarnya. Jangan menyerah jika larangan Anda memang berkategori sangat penting. Misal anak terus menerus mengambil korek, tetap cegah dan larang dia dan dengan tenang ambil korek yang diambilnya atau ajak anak ke ruang lain.
Jangan pukul
Meski dalam keadaan dimana Anda sangat jengkel tolong jangan melakukannya. Ingat Anda adalah orang dewasa, jangan bertindak seolah – olah Anda adalah anak kecil. Ada banyak cara agar pesan yang Anda sampaikan diterima anak. Memukul anak gara – gara dia menendang atau menjambak Anda hanya akan memberikan contoh bahwa kekerasan boleh digunakan sebagai jalan keluar. Jika anak sangat menjengkelkan dan kesabaran Anda hampir habis menyingkirlah sejenak. Dengan menjauh dari anak ide segar atau pendekatan yang lebih efektif untuk mengatasi masalah akan muncul.
Puji kelakuan baiknya
Jika anak melakukan hal – hal yang baik jangan lupa untuk memberi pujian. Dengan memberikan pujian anak akan melakukan perbuatan yang baik itu lebih sering dan dia akan mengurangi upaya untuk mencari perhatian dengan melakukan hal yang buruk.
Fokus pada ulahnya bukan anak
Selalu katakan sikapnya itu yang buruk bukan dirinya
Sudahi pembicaraan tentang disiplin dengan komentar positif
Ungkapan “Bunda saying adik” akan sangat baik bila isinya menekankan betapa sayangnya Anda pada si kecil. Hal ini menunjukkan pada anak bahwa Anda tidak mau lagi berdebat dan bagaimanapun aturan harus tetap ditegakkan. Juga memberinya kesan bahwa aturan itu dibuat karena Bunda sayang dengan si anak.
Penutup
Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Menanamkan Disiplin Pada Balita. Semoga artikel Menanamkan Disiplin Pada Balita bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih