Beranda blog Halaman 7

Mengenal Bagian Microsoft Excel 2016

4
Mengenal Bagian Microsoft Excel 2016

Mengenal Bagian Microsoft Excel 2016 merupakan judul artikel yang maimelajah.com bahas pada kesempatan kali ini. Sebelum kita bahas terlebih dahulu bisa disimak penjelasan mengenai Mengenal Microsoft Excel 2016 pada artikel sebelumnya. Siapa yang tidak mengenal salah satu bagian dari Microsoft Office yaitu Microsoft Excel. Dimana Microsoft Excel merupakan salah satu aplikasi yang digunakan untuk melakukan pengolahan angka.

Fungsi dari Microsoft Excel dalam pekerjaan sehari-hari antara lain :

  1. Membuat, mengedit, mengurutkan, menganalisa, meringkas data
  2. Melakukan perhitungan aritmatika dan statistika
  3. Membantu menyelesaikan soal-soal logika dan matematika
  4. Membuat berbagai macam grafik dan diagram
  5. Membuat catatan keuangan, anggaran serta menyusun laporan keuangan
  6. Menghitung dan mengelola investasi, pinjaman, penjualan, investasi dan lain-lain
  7. Melakukan analisa serta riset harga
  8. Membuat daftar hadir serta daftar nilai sekolah
  9. Melakukan konversi mata uang
  10. Melakukan perhitungan dari hasil penelitian
  11. Dan masih banyak hal yang bisa dilakukan oleh Microsoft Excel

Bagian Microsoft Excel 2016

Mengenal Bagian Microsoft Excel 2016

1. Title Bar

Mengenal Bagian Microsoft Excel 2016

Merupakan baris judul yang menunjukan nama dari file. Nama ini kita berikan ketika menyimpan file tersebut di komputer (Save As).

2. Menu Bar

Mengenal Bagian Microsoft Excel 2016

Menu Bar berisi beberapa menu utama dimana menu-menu ini membawahi banyak menu lain yang dilengkapi dengan icon-icon untuk memudahkan penggunaan. Terdapat beberapa menu yang diantaranya :

  • File – berfungsi untuk mengakses file secara umum, seperti Add New File, Open File, Save File dan lain sebagainya
  • Home – berisi pengaturan secara keseluruhan yang paling sering diakses seperti, mengatur jenis huruf, ukuran, posisi text, dan sebagainya
  • Insert – menu ini berfungsi untuk melakukan input atau objek seperti Chart (Grafik), Tabel, Insert Shape, Picture dan lain sebagainya
  • Page Layout – untuk mengatur tampilan halaman termasuk mengatur dan memilih ukuran kertas, posisi kertas dan lain sebagainya
  • Formula – berisi seluruh formula atau rumus yang terdapat di excel
  • Data – menu ini berfungsi untuk mengatur data yang terdapat pada box seperti short data, filter, remove dan lain sebagainya
  • Review – berfungsi untuk kebutuhan Review seperti cek spelling
  • View – menu ini bisa diakses ketika kita bermaksud akan memunculkan menu lain yang belum aktif di lembar kerja, seperti Freeze halaman, Macros dan lain sebagainya

3. Ribbon Menu

Mengenal Bagian Microsoft Excel 2016

Ribbon Menu merupakan fasilitas yang terdapat di dalam Menu Bar yang berisi tools yang dikelompokan berdasarkan fungsi-fungsinya.

  1. Tabs Menu : Berisi kumpulan tombol yang dikelompokan sesuai fungsinya
  2. Group Menu : Di dalam masing-masing Tab tombol dikelompokan lagi dalam beberapa group. Masing-masing group dipisahkan dengan Garis Vertikal. Pada Tab Page Layout terdapat Group Themes, Page Setup, Scale to Fit, Sheet Options dan Arrange
  3. Command Buttons : Didalam group terdapat beberapa command button atau tombol perintah sesuai dengan fungsi masing-masing
  4. Dialog Box Launcher : Beberapa sudut Menu Group terdapat Dialog Box Launcher untuk menampilkan pengaturan lebih lanjut pada masing-masing Group.

4. Name Box

Name Box atau Nama Kotak. Dalam lembar kerja pada Excel terdiri dari kotak-kotak atau blok (Cell) dan masing-masing kotak tersebut mempunyai nama sesuai posisinya. Posisi koordinat pada masing-masing kotak terdiri antara Nama Kolom dan Nama Baris. Misal kita sorot Cell G12 yang artinya kotak tersebut berada pada Kolom G dan Baris 12.

Cell atau sel sendiri berarti titik pertemuan antara Baris dan Kolom

5. Formula Bar

Kotak persegi panjang yang berfungsi untuk menampilkan dan mengedit isi dari sebuah sel yang sedang aktif. bagian ini juga difungsikan sebagai tempat memasukkan rumus serta untuk mengedit dan memperbaiki rumus pada excel.

6. Column Name

Column atau kolom merupakan bagian yang melintang vertikal ke atas dan ditandai dengan huruf A, B, C dan seterusnya sampai XFD. Jumlah dari Kolom adalah 16.384 Kolom

7. Row Name (Nama Baris)

Row atau Baris adalah bagian dari excel yang melintang horisontal ke samping dan ditandai dengan nomor angka 1, 2, 3 sampai 1.048.576

8. Horizontal Scroll Bar

Berfungsi untuk menggeser lembar kerja dari kanan ke kiri

9. Vertical Scroll Bar

Berfungsi untuk menggeser lembar kerja ke atas atau ke bawah

10. Page View

Berfungsi untuk mengubah tampilan lembar kerja dan memperkecil atau memperbesar tampilan lembar kerja

11. Status Bar

Berfungsi untuk menampilkan keterangan terkait proses yang terjadi serta rekomendasi perintah yang akan dilakukan pengguna

12. Tab Worksheet

Berfungsi untuk menambah atau mengurangi worksheet serta memilih worksheet yang akan digunakan pada lembar kerja

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai Mengenal Bagian Microsoft Excel 2016. Semoga artikel ini dapat bermanfaat buat kita dalam mempelajari Microsoft Excel. Terima Kasih

Asuhan Keperawatan Gigantisme Apa itu?

0
Asuhan Keperawatan Gigantisme Apa itu?

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gigantisme akan dibahas maimelajah.com kali ini. Gigantisme adalah suatu keadaan  yang abnormal pada anak yang disebabkan oleh produksi GH yang berlebihan, dengan kata lain gigantisme adalah kelainan hormon GH yang menyebabkan gangguan tubuh secara fisik maupun fungsional. Walaupun jarang terjadi namun perlu mempelajari tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gigantisme untuk bekal pengetahuan dalam merawat pasien di lapangan. GH adalah kepanjangan dari Grow Hormone seperti namanya, hormon pertumbuhan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap proses pertumbuhan.

Hormon ini berperan untuk memastikan anak tumbuh dan berkembang secara normal sesuai usianya. Namun, fungsi hormon pertumbuhan bukan hanya itu. Hormon ini juga memiliki banyak fungsi lain, seperti: Mengatur  metabolisme karbohidrat dan lemak di dalam, Memelihara fungsi jantung dan otak, Menjaga kesehatan otot dan tulang, serta keseimbangan cairan tubuh, Menjaga kelenturan pembuluh darah agar aliran darah lancar, Memperkuat daya tahan tubuh.

Pengertian

Gigantisme adalah suatu keadaan  yang abnormal pada anak yang disebabkan oleh produksi GH yang berlebihan.

Etiologi

Tumor hipofise : adenoma eosinofilik

Manifestasi klinik

  • Lingkar kepala bertambah
  • Hidung lebar
  • Lidah membesar
  • Wajah kasar
  • Mandibula tumbuh berlebihan
  • Gigi menjadi terpisah-pisah
  • Jari dan ibu jari tumbuh menebal
  • Kifosis
  • Kelelehan dan kelemahan gejala awal
  • Hipogonadisme
  • Keterlambatan maturasi seksual
  • Kehilangan penglihatan pada pemeriksaan lapang pandang secara seksama

Pemeriksaan penunjang

  • Laboratorium
  • Kadar GH berlebihan
  • Tes toleransi glukosa : hiperglikemia
  • Kadar somatomidin meningkat 
  • CT. Scan
  • MRI

Penatalaksanaan

  • Intervensi bedah
  • Radiasi konvensional / sinar proton energi tinggi

Pengkajian

  • Riwayat penyakit dahulu ?
  • Riwayat penyakit sekarang ?
  • Riwayat penyakit keluarga ?
  • Riwayat tumbuh kembang ?
  • Apakah klien mengalami penambahan pada lingkar kepala
  • Apakah klien mengalami pembesaran hidung ?
  • Apakah klien mengalami pembesaran hidung ?
  • Apakah mandibula tumbuh berlebihan ?
  • Apakah klien mengalami  gigi yang terpisah-pisah
  • Apakah  jari dan ibu jari tumbuh menebal ?
  • Apakah klien mengalami kifosis ?
  • Apakah klien mengalami kelelahan dan kelemahan pada gejala awal ?
  • Apakah klien mengalami hipogonadisme ?
  • Apakah kien mengalami keterlambatan maturasi seksual ?
  • Apakah terjadi tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial ?
  • Apakah klien mengalami kehilangan penglihatan pada pemeriksaan lapang pandang ?

Diagnosa keperawatan

  1. Gangguan bodi image b.d perubahan struktur tubuh
  2. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme, lidah membesar, mandibula tumbuh berlebih,gigi menjadi terpisah-pisah.
  3. Perubahan proses keluarga b.d keluarga dengan gigantisme
  4. Kelelahan b.d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai materi pada artikel Asuhan Keperawatan Gigantisme Apa itu?. Terima Kasih

Unduh Materi

Materi lengkapnya dapat diunduh pada link berikut ini : AsKep Gigantisme

Komunikasi Pada Tahap Proses Keperawatan

0
Komunikasi Pada Tahap Proses Keperawatan
Dasar - Dasar Komunikasi Terapeutik

Kali ini maimelajah.com akan membahas artikel Komunikasi Pada Tahap Proses Keperawatan. Penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan dan asuhan keperawatan menggunakan tahapan proses keperawatan mulai pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, serta implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan. Proses keperawatan adalah metode ilmiah dan sistematis untuk menyelesaikan masalah klien melalui kerja sama antara perawat dan klien dengan tahapan-tahapan pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, serta implementasi dan evaluasi.

Komunikasi Proses Keperawatan Meliputi

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dirancang dan direncanakan untuk tujuan terapi, dalam rangka membina hubungan antara perawat dengan pasien agar dapat beradaptasi dengan stress, mengatasi gangguan psikologis, sehingga dapat melegakan serta membuat pasien merasa nyaman, yang pada akhirnya mempercepat proses kesembuhan pasien.

Komunikasi proses keperawatan yang dilakukan meliputi komunikasi terapeutik pada pasien maupun keluarga. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan pasien meliputi: realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri. Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri merupakan salah satu bentuk dari berbagai macam komunikasi yang dilakukan secara terencana dan dilakukan untuk membantu proses penyembuhan pasien.

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan membina hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien. Komunikasi terapeutik juga dapat dipersepsikan sebagai proses interaksi antara klien dan perawat yang membantu klien mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan mengatasi hambatan psikologis yang menghalangi realisasi diri.

Komunikasi Terapeutik Proses Keperawatan Pengkajian

Pengkajian adalah tahap pertama dalam proses keperawatan. Tahap ini merupakan tahap yang penting dalam proses keperawatan karena tahap-tahap selanjutnya dalam proses keperawatan tidak akan dapat berjalan dengan baik jika tahap pengkajian tidak dilakukan dengan baik. Pada tahap ini perawat menggunakan kemampuan verbal ataupun nonverbal dalam mengumpulkan data klien.

Dalam pengkajian, perawat dituntut untuk mampu melakukan komunikasi dengan baik verbal dan melakukan pengamatan terhadap perilaku nonverbal serta menginterpretasikan hasil pengamatan dalam bentuk masalah. Setelah data terkumpul, selanjutnya dikomunikasikan dalam bahasa verbal kepada klien atau tim kesehatan lainnya dan dikomunikasikan dalam bentuk tulisan (didokumentasikan) untuk dikomunikasikan pada tim kesehatan lain dan sebagai aspek legal asuhan keperawatan.

Adapun bentuk-bentuk komunikasi yang dapat digunakan perawat pada tahap pengkajian dari proses keperawatan ini adalah wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi, serta pengumpulan data melalui catatan medik/rekam medik dan dokumen lain yang relevan.

1. Wawancara/interview

Wawancara adalah proses transaksi antara dua orang yang mempunyai tujuan spesifik, serius, dan penuh arti. Wawancara biasanya dilakukan secara langsung  melalui pertemuan langsung dalam interaksi tatap muka (face to face). Dalam wawancara ini, pewawancara (perawat) dapat menggunakan kemampuan komunikasi verbal ataupun nonverbal untuk menggali data yang diwawancara (klien). Dengan kontak secara langsung, pewawancara (perawat) dapat memperoleh data langsung yang ditunjukkannya dalam perilaku verbal ataupun nonverbalnya dari orang yang diwawancarai (pasien).

Keuntungan wawancara secara langsung ini sebagai berikut.

  1. Meningkatkan kecakapan profesional perawat.
  2. Data yang diperoleh lebih spesifik dan nyata sesuai dengan keadaan sebenarnya.
  3. Lebih efektif jika dibandingkan dengan wawancara secara tidak langsung karena langsung mendapatkan feedback secara langsung dari klien.

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data tentang riwayat penyakit klien, riwayat penyakit dahulu dan pengobatan yang telah dilakukan, keluhan utama, harapan-harapan, dan sebagainya. Dalam mewawancarai, perawat menggunakan teknik pertanyaan terbuka (broad opening) untuk menggali lebih banyak data tentang klien. Selanjutnya perawat dapat menggunakan teknik-teknik komunikasi yang lain untuk mengklarifikasi, memberikan feedback, mengulang, memfokuskan, atau mengarahkan agar jawaban klien sesuai dengan tujuan wawancara.

Pada saat wawancara atau selama proses pengkajian untuk mendapatkan data keperawatan klien, di samping teknik komunikasi tersebut di atas, perawat juga harus mempertahankan sikap terapeutik lain, yaitu mempertahankan kontak mata, mendekat dan membungkuk ke arah klien, serta mendengarkan jawaban klien dengan aktif. Dalam setiap aktivitas komunikasi, gunakanlah SP komunikasi sesuai tahap- tahapan yang telah dijelaskan pada Bab I tentang konsep dasar komunikasi dan komunikasi terapeutik dalam keperawatan.

Contoh Komunikasi :

  • Fase Orientasi :
    • Salam terapeutik : “Selamat pagi, Bu. Saya perawat Tri yang akan bertugas merawat Ibu hari ini. Terima kasih Ibu telah mempercayakan kami untuk membantu mengatasi masalah Ibu”.
    • Evaluasi dan validasi : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang?” (tunggu jawaban klien). “Saya lihat ibu sangat tertekan dan menderita atas masalah ini”.
    • Kontrak : “Saat ini saya akan mengumpulkan data terkait dengan sakit yang ibu derita, saya membutuhkan informasi tentang bagaimana asal mula masalah ibu sehingga ibu tidak bisa makan selama beberapa hari. Waktu yang saya butuhkan adalah 15—20 menit, dan ibu tetap saja istirahat di atas tempat tidur ini”.
  • Fase Kerja : 
    • “Apakah   yang   ibu   rasakan   sekarang?”    “Jelaskan bagaimana asal mula penyakit yang ibu rasakan sekarang!” (tunggu respon klien).
    • “Apakah pengobatan atau tindakan yang telah dilakukan selama ibu di rumah?” (tunggu respons klien)
  • Fase Terminasi :
    • Evaluasi subjektif/Objektif : “Bagaimanakah perasaan ibu sekarang?” (tunggu respons pasien). “Berdasarkan data hasil wawancara dapat kita identifikasi bersama bahwa ibu mengalami nyeri pada lambung dan mual-muntah jika makan”.
    • Kontrak yang akan datang : “Baiklah, Bu. Saya akan berkonsultasi dengan dokter dan 10 menit lagi saya akan kembali untuk melakukan tindakan keperawatan sesuai hasil kesepakatan dengan dokter”.
    • Rencana Tindak Lanjut : “Ibu harus terus mencoba makan dan minum melalui mulut, minum air hangat atau teh manis, dan makanan yang tidak menimbulkan rasa mual. Cobalah biskuit ringan untuk memulai”.

2. Pemeriksaan fisik dan observasi

Komunikasi yang digunakan perawat pada saat perawat melakukan pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik adalah dalam rangka meminta izin klien, memeriksa, memfokuskan pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan keluhan dan petunjuk yang diberikan klien. Perawat juga mengobservasi ekspresi wajah (misal menyeringai kesakitan, menangis, pucat, dll) sebagai bentuk nonkomunikasi nonverbal dan mencatatnya dalam status keperawatan klien. Saat melakukan pemeriksaan fisik dan observasi, teknik komunikasi yang digunakan perawat adalah klarifikasi dan berbagi persepsi.

Pemeriksaan fisik dan observasi biasanya dilakukan bersamaan dengan wawancara atau setelah kegiatan wawancara selesai. Dengan demikian, strategi pelaksanaan (SP) komunikasi dapat menyatu dengan SP komunikasi saat wawancara. Berikut ini contoh komunikasi dengan fokus fase kerja untuk menerapkan teknik klarifikasi dan berbagi persepsi.

Contoh komunikasi fase kerja:

  1. Sambil melakukan palpasi perut klien, perawat berkata, “Apakah di daerah sini yang terasa nyeri yang menyebabkan ibu sering merasa mual dan muntah?”
  2. “Saya lihat, ibu tampak sangat khawatir dan tertekan dengan kondisi ibu sekarang”.

3. Pengumpulan data dari dokumen lain

Perawat menggunakan catatan medik, laboratorium, foto rontgen, dll sebagai bentuk komunikasi tertulis dengan anggota tim kesehatan lain untuk melengkapi dan mengklarifikasi data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik dan observasi.

Komunikasi Pada Tahap Diagnosis Keperawatan

Pada tahap proses keperawatan ini komunikasi dilakukan untuk mengklarifikasi data dan melakukan analisis sebelum menentukan masalah keperawatan klien, selanjutnya mendiskusikan dengan klien. Masalah atau diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan dikomunikasikan/disampaikan kepada klien agar dia kooperatif dan berusaha bekerja sama dengan perawat untuk mengatasi masalahnya dan juga kepada perawat lain secara langsung dan tulisan untuk dokumentasi. Teknik yang dilakukan pada tahap diagnosis keperawatan adalah teknik memberikan informasi (informing).

Beberapa contoh diagnosis keperawatan terkait dengan gangguan nutrisi sebagai berikut.

  • Nutrisi tidak adekuat (kurang) sehubungan dengan gangguan proses digesti.
  • Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan gangguan metabolisme.

Contoh komunikasi pada fase kerja:

“Berdasarkan data yang saya peroleh melalui pemeriksaan fisik dan informasi dari ibu terkait dengan keluhan yang menyebabkan ibu masuk rumah sakit, saya menyimpulkan bahwa ibu mengalami gangguan nutrisi karena ada masalah pada proses digesti. Lambung ibu bermasalah, terkait dengan masalah pada lambung ibu, saya akan berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan dan tindakan selanjutnya.”

Komunikasi Pada Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, tugas perawat adalah merumuskan tujuan keperawatan dan menetapkan kriteria keberhasilan, merencanakan asuhan keperawatan, dan tindakan kolaboratif yang akan dilakukan. Komunikasi yang penting dilakukan perawat pada fase ini adalah mendiskusikan kembali rencana yang sudah disusun perawat dan bersama klien menentukan kriteria keberhasilan yang akan dicapai. Dalam fase ini, keterlibatan keluarga juga penting kaitannya dengan peran serta keluarga dalam perawatan klien. Rencana asuhan keperawatan selanjutnya ditulis atau didokumentasikan dalam status klien sebagai bentuk tanggung jawab profesional dan memudahkan komunikasi antartim kesehatan untuk asuhan keperawatan yang berkesinambungan.

Contoh komunikasi pada fase kerja:

“Berdasarkan masalah keperawatan yang telah kita tetapkan bersama, selanjutnya saya kolaborasikan dengan dokter terkait dengan masalah tersebut, saya sampaikan bahwa salah satu tindakan yang akan dilakukan pada ibu adalah pemasangan infus. Tujuan pemasangan infus ini adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu. Untuk saat ini, lambung ibu harus diistirahatkan dulu untuk pemeriksaan selanjutnya. Pemasangan infus ini sifatnya sementara; jika ibu tidak mual atau muntah lagi, maka akan kami lepaskan.”

Komunikasi Pada Tahap Implementasi

Pada tahap ini, berkomunikasi atau diskusi dengan para profesional kesehatan lain adalah penting dalam rangka untuk memberikan penanganan yang adekuat kepada klien. Pada tahap ini, perawat sangat efektif berkomunikasi dengan pasien karena perawat akan menggunakan seluruh kemampuan dalam komunikasi pada saat menjelaskan tindakan tertentu, memberikan pendidikan kesehatan, memberikan konseling, menguatkan sistem pendukung, membantu meningkatkan kemampuan koping, dan sebagainya.

Perawat menggunakan verbal ataupun nonverbal selama melakukan tindakan keperawatan untuk mengetahui respons pasien secara langsung (yang diucapkan) ataupun yang tidak diucapkan. Semua aktivitas keperawatan/ tindakan harus didokumentasikan secara tertulis untuk dikomunikasikan kepada tim kesehatan lain, mengidentifikasi rencana tindak lanjut, dan aspek legal dalam asuhan keperawatan. Teknik komunikasi terapeutik yang digunakan pada fase ini adalah memberikan informasi (informing) dan mungkin berbagi persepsi.

Contoh komunikasi pada fase kerja :

“Tadi sudah saya sampaikan bahwa salah satu tindakan yang akan saya lakukan adalah memasang infus. Tujuan pemasangan infus adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu. Saat pemasangan, ibu akan merasa sakit sedikit waktu jarum infus dimasukkan ke pembuluh darah. Apakah ibu sudah siap?”

Pada saat melakukan tindakan keperawatan, di samping komunikasi verbal yang diucapkan dengan kata-kata, perawat harus menunjukkan sikap terapeutik secara fisik selama berkomunikasi, yaitu:

  1. ekspresi wajah menyenangkan, tampak ikhlas,
  2. mendekat dan membungkuk ke arah klien,
  3. mempertahankan kontak mata yang menunjukkan kesungguhan untuk membantu,
  4. sikap terbuka tidak meliat tangan atau kaki saat interaksi terjadi,
  5. tetap rileks.

Komunikasi Pada Tahap Evaluasi

Pada tahap ini, perawat menilai keberhasilan dari asuhan dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Semua hasil dicatat dalam buku catatan perkembangan perawatan klien, mendiskusikan hasil dengan klien, meminta tanggapan klien atas keberhasilan atau ketidakberhasilan tindakan yang dilakukan, serta bersama klien merencanakan tindak lanjut asuhan keperawatannya. Jika belum berhasil, perawat dapat mendiskusikan kembali dengan klien apa yang diharapkan dan bagaimana peran serta/keterlibatan klien atau keluarga dalam mencapai tujuan dan rencana baru asuhan keperawatan klien.

Pada setiap fase dalam proses perawatan, perawat harus menggunakan teknik- teknik komunikasi terapeutik dan menggunakan fase-fase berhubungan terapeutik perawat-klien, mulai fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi. Untuk tahap prainteraksi, Anda dapat melakukan dengan cara melakukan persiapan dengan membuat strategi pelaksanaan (SP) komunikasi.

Komunikasi Pada Tahap Proses Keperawatan

Gunakan format SP komunikasi berikut ini dan siapkan sebelum Anda berinteraksi dengan pasien. Tuliskan kondisi yang sesuai dengan keadaan pasien, tujuan, dan rencana yang akan Anda lakukan. Setiap Anda membuat SP komunikasi, berarti Anda sudah masuk fase praorientasi.

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Komunikasi Pada Tahap Proses Keperawatan. Semoga dengan kami membahas artikel Komunikasi Pada Tahap Proses Keperawatan dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih

Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi

0
Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi

Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi merupakan artikel yang maimelajah.com akan bahas pada kesempatan kali ini. Pemeriksaan neurologi penting dilakukan untuk mengetahui status kesadaran seseorang terutama pada pasien yang mengalami gangguan sistem saraf. Sebelum dilakukan pemeriksaan neurologi pasien tetap dilakukan anamesa meliputi : keluhan utama, riwayat penyakit sekarang/kronologis penyakitnya, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi, dan kebiasaan pasien

Cara Pemeriksaan Neurologi

Pemeriksaan kesadaran ada 2 jenis yaitu :

  1. Kuantitatif : Cara ini dengan menggunakan Glasgow Coma Scale dipandang lebih baik karena beberapa hal yaitu : dapat dipercaya, sangat teliti dan dapat memedakan kelainannya sehingga tidak terdapat banyak perbedaan antara dua penilai (obyektif), dengan sedikit latihan dapat juga digunakan oleh perawat sehingga observasi mereka lebih cermat.
  2. Kualitatif : berbeda dari cara kwantitatif yang menggunakan skor pasti cara kwalitatif ditentukan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Walaupun demikian cara ini terhubung dengan skor pada GCS sehingga tidak beda jauh. Tingkat kesadaran dibedakan dalam beberapa tingkatan yaitu komposmentis, apatis, delirium, somnolen, sopor, semikoma, koma.

Pemeriksaan kuantitatif (GCS)

Glasgow Coma Scale atau GCS adalah skala yang dipakai untuk mengetahui tingkat kesadaran seseorang. Dahulu, GCS hanya dipakai untuk mengetahui tingkat kesadaran orang yang mengalami cedera kepala. Namun, saat ini GCS juga digunakan untuk menilai tingkat kesadaran saat memberikan pertolongan darurat medis. Tingkat kesadaran seseorang dapat dinilai dari tiga aspek yaitu mata, verbal (kemampuan bicara), dan motorik (gerakan tubuh). Mata dengan kode E, verbal kode V dan gerakan dengan kode M. Kesadaran tertinggi atau bisa dibilang komposmentis berada di skala 15. Sementara yang terendah atau yang dikatakan koma, berada di skala 3.

Untuk mengetahuinya skala GCS, tim medis akan melakukan pengecekan sebagai berikut:

Mata

Nilai GCS yang dievaluasi melalui pemeriksaan mata:

  • Jika tim medis meminta membuka mata dan merangsang seseorang dengan nyeri tapi mata orang tersebut tidak bereaksi dan tetap terpejam, maka poin GCS yang didapat yaitu 1.
  • Jika mata terbuka akibat rangsang nyeri saja, poin GCS yang didapat yaitu 2.
  • Jika mata seseorang terbuka hanya dengan mendengar suara atau dapat mengikuti perintah untuk membuka mata, poin GCS yang didapat yaitu 3.
  • Jika mata terbuka secara spontan tanpa perintah atau sentuhan, maka poin yang didapat yaitu 4.

Suara

Nilai GCS yang dievaluasi dalam pemeriksaan respons suara:

  • Jika seseorang tidak mengeluarkan suara sedikitpun, meski sudah dipanggil atau dirangsang nyeri, maka orang tersebut mendapat poin 1.
  • Jika suara yang keluar seperti rintihan tanpa kata-kata, poin yang didapat yaitu 2.
  • Seseorang dapat berkomunikasi tapi tidak jelas atau hanya mengeluarkan kata-kata tapi bukan kalimat yang jelas, poin GCS yang didapat yaitu 3.
  • Jika seseorang dapat menjawab pertanyaan dari tim medis tapi pasien seperti kebingungan atau percakapan tidak lancar, maka poin yang didapat adalah 4.
  • Seseorang dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan benar dan sadar penuh terhadap orientasi lokasi, lawan bicara, tempat, dan waktu, maka poin yang didapat yaitu 5.

Gerakan

Nilai GCS yang dievaluasi dalam pemeriksaan respons gerakan:

  • Tidak ada respons gerakan tubuh walau sudah diperintahkan atau diberi rangsangan nyeri, poin GCS yang didapat yaitu 1.
  • Seseorang hanya dapat mengepalkan jari tangan dan kaki, atau menekuk kaki dan tangan saat diberi rangsangan nyeri, poin yang didapatkan adalah 2.
  • Seseorang hanya menekuk lengan dan memutar bahu saat diberi rangsangan nyeri, poin GCS yang didapat yaitu 3.
  • Seseorang dapat menggerakkan tubuh menjauhi sumber nyeri ketika dirangsang nyeri, poin GCS yang diperoleh yaitu 4. Contohnya, seseorang dapat menjauhkan tangan ketika dicubit.
  • Bagian tubuh yang tersakiti dapat bergerak dan orang yang diperiksa dapat menunjukkan lokasi nyeri, poin GCS yang didapat yaitu 5. Contohnya ketika tangan diberi rangsangan nyeri, tangan akan mengangkat.
  • Seseorang dapat melakukan gerakan ketika diperintahkan, poin GCS yang didapatkan yaitu 6.

Skala GCS didapat dari menjumlahkan tiap poin yang diperoleh dari ketiga aspek pemeriksaan di atas. Skala ini dipakai sebagai tahap awal mengevaluasi kondisi seseorang. Meski bisa dilakukan untuk menentukan tingkat kesadaran, GCS tidak bisa dipakai untuk mendiagnosis penyebab penurunan kesadaran atau koma.

Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi

Pemeriksaan Kualitatif

Pemeriksaan ini dibedakan dalam beberapa tingkatan :

  1. Composmentis yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang ditanyakan pemeriksa dengan baik. Nilai GCS 15 – 14
  2. Apatis yaitu kondisi seseorang yang nampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya. Nilai GCS 13 – 12
  3. Delirium yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus tidur bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau disorientasi serta meronta-ronta. Nilai GCS 11 – 10
  4. Somnolen yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih dapat sadar bila dirangsang tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali. Nilai GCS 9 – 7
  5. Sopor yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam namun masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri tetapi tidak terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Nilai GCS 6- 5.
  6. Semi – coma yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respon terhadap rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil masih baik. Nilai GCS 4
  7. Coma yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan respon terhadap pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respon terhadap rangsang nyeri. Nilai GCS 3

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Lebih lengkapnya bisa di unduh pada link dibawah. Terima Kasih

Unduh Materi

Materi selengkapnya tentang Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi dapat di unduh pada link berikut ini : Pemeriksaan Neurologi

Penyakit Flu Babi Yuk Simak Penjelasannya!

0
Penyakit Flu Babi Yuk Simak Penjelasannya!

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai artikel Penyakit Flu Babi Yuk Simak Penjelasannya!. Flu Babi Menurut Cahyono (2009) merupakan suatu penyakit influenza yang ditandai dengan keluhan : demam, menggigil, nyeri telan, nyeri otot, nyeri kepala, batuk, pilek, badan lemas. Penyakit flu babi ini disebabkan oleh virus influenza yang dikenal sebagai swine influenza virus (SIV), yang biasanya menyerang binatang babi

Menurut Fenner et al (1987) adalah penyakit pernapasan akut pada babi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Varian baru ini dikenal dengan nama vrus H1N1 yang merupakan singkatan dari dua antigenutama virus yaitu hemagglutinin tipe 1 dan neuraminidase tipe 1.

#Etiologi

Flu babi merupakan penyakit yang disebabkan virus influenza Famili Orthomyxoviridae tipe A subtipe H1N1 yang dapat ditularkan oleh binatang, terutama babi, dan ada kemungkinan menular antarmanusia.

Virus ini erat kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine influenza dan avian influenza (fowl plaque). Ukuran virus tersebut berdiameter 80- 120 nm. Selain influenza A, terdapat influenza B dan C yang juga sudah dapat diisolasi dari babi. Sedangkan 2 tipevirus influenza pada manusia adalah tipe A dan B. Kedua tipe ini diketahui sangat progresif dalam perubahan antigenik yang sangat dramatik sekali (antigenik shift) (Devi, 2012)

Faktor risiko & Cara Penularan

Karena H1N1 ini adalah virus baru, semua orang memiliki risiko.  Pekerja layanan kesehatan yang terlibat langsung menangani pasien memiliki risiko khusus terkena flu H1N1. Mahasiswa dan pelajar di sekolah atau tempat penitipan anak juga memiliki risiko tinggi. Anak-anak mudah terkena virus ketika di sekolah atau saat berkumpul bersama teman-temannya.

Penularan dari flu babi dapat terjadi melalui dua jalur. Jalur pertama melalui kontak dengan babi terinfeksi atau lingkungan terkontaminasi dengan virus flu babi. Jalur kedua melalui kontak dengan seseorang yang terinfeksi dengan virus flu babi. Penularan manusia ke manusia dari flu babi juga telah dilaporkan dan diperkirakan terjadi pada jalur yang sama seperti halnya flu musiman. Influenza diperkirakan menular dari manusia ke manusia melalui batuk atau bersin oleh orang yang terinfeksi.

Masa inkubasinya tiga sampai lima hari. Flu babi dapat menyebar dengan cepat sekali.Virusnya dapat ditularkan dari babi ke manusia tetapi juga sebaliknya. Maka dari itu, sebagian besar reservoirnya adalah manusia dan babi

Orang yang menderita flu babi menurut para ahli akan tetap menularkan penyakitnya sampai hari ketujuh. Jika sampai hari ketujuh ternyata penyakitnya belum membaik maka dianggap orang tersebut masih dapat menularkan penyakitnya sampai gejala flu benar hilang. Anak-anak khususnya balita memiliki potensi waktu  penularan yang lebih panjang. Jika pasien dirawat dirumah maka dianjurkan untuk tidak keluar rumah dahulu sampai penyakit yang diderita benar-benar sembuh kecuali bersangkutan segera kedokter atau rumah sakit. (Ishatmini, 2012)

#Patofisiologi Flu Babi

Masa inkubasi flu babi pendek, antara 1 – 3 hari atau tiga sampai 5 hari. Perjalanan alamiah penyakit flu babi terjadi dengan beberapa fase yaitu fase suseptibel, fase presimtomatis, fase klinis dan fase ketidakmampuan.

  • Fase suseptibel
    Pada fase ini penyakit belum terjadi (keadaan patologis belum terjadu), tetapi sudah muncul beberapa faktor resiko yang memudahkan timbulnya penyakit. Para orang-orang seperti peternak, pedagang yang melakukan kontak langsung dengan babi yang berisiko terjangkitnya flu babi,seperti tidak menggunakan masker saat bersama hewan tersebut, tidak mencuci tangan sebelummakan setelah bersentuhan dengan hewan yang terjangkit, atau mengkonsumsidaging babi yang tidak matang sempurna tetapi tidak semua babi dapat menularkan virus tersebut. Virus ini mudah sekali menyerang manusia apalagi jika kondisi badan seseorang sedang tidak baik, apalagi didukung dengan kondisi cuaca yang kurang baik.
  • Fase presimtomatis
    Pada fase ini penyakit sudah terjadi secara klinis belum tampak, namun sudah terjadi perubahan patologis.Pada fase ini merupakan masa inkubasi atau dimana agent mulai melakukan perkembangan dalam tubuh (host), namun belum menunjukkan gejala anatomis dan fungsi kerja tubuh. Misalnya penderita telah menderita virus H1N1 tetapi belum disadari oleh penderita atau belum menunjukkan gejala salah satu cara mengetahuinya adalah dengan memeriksa ada tidaknya antibody karena tubuh akan selalu membentuk antibody apabila ada benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
  • Fase klinis
    Pada fase ini sudah ada perubahan-perubahan anatomis dan fungsi dari tubuh, sehingga sudah memberikan gejala yang sudah mulai timbul.Gejala influenza ini mirip dengan influenza.Gejalanya seperti demam, batuk, sakit kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala, panas dingin dan lemas lesu.Beberapa penderita juga melaporkan buang air besar dan muntah-muntah.Dalam mendiagnosa penyakit ini tidak hanya perlu melihat pada tanda dan gejala khusus, tetapi juga catatan terbaru mengenai pasien. Selain itu diagnose bagi penetapan virus ini memerlukan adanya uji makmal bagi contoh pernapasan agar hasil diagnose menjadi lebih akurat.
  • Fase ketidakmampuan
    Pada fase ketidak mampuan orang menderita flu babi akan diisolasi agar virus tidak mengalami penyebaran keluar, selain itu para petugas kesehatan juga menggunakan alat pelindung agar virus yang ada diruangan pasien tersebut tidak keluar. Pada fase ini penderita hanya memiliki dua kemungkinan yaitu sembuh total atau meninggal ini dikarenakan masa inkubasi flu babi yang sangat cepat.

#Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala flu babi menurut Capernito danLinda juall (2001) yaitu umumnya mirip dengan kebanyakan infeksi influenza

  1. Demam (38 ̊ C atau lebih )
  2. Batuk
  3. Nyeri tenggorokan
  4. Sekresi hidung berlebihan
  5. Keletihan
  6. Sakit kepala
  7. Mual
  8. Muntah
  9. Diare
  10. Nyeri otot dan tulang
  11. Sakit tenggorokan
  12. Menggigil dan lemas
  13. Tidak nafsu makan
  14. Bersin – bersin
  15. Rasa lemas dan letih

Tanda dan gejala lain pada anak-anak :

  1. Nafas terengah-engah
  2. Kulit menjadi kehitaman / keabuan
  3. Malas minum
  4. Muntah-muntah
  5.  Tidak bisa bangun dan berinteraksi dengan baik
  6. Tidak mau disentuh
  7. Terkadang gejala hilang tetapi demam & batuk masih ada   

#Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Penyakit Flu Babi Yuk Simak Penjelasannya!. Terima Kasih

Intensive Care Unit (ICU)

0
Intensive Care Unit (ICU)

ICU atau Intensive Care Unit adalah ruangan khusus yang disediakan rumah sakit untuk merawat pasien dengan keadaan yang membutuhkan pengawasan ketat. Untuk membantu memulihkan kondisi pasien, ruang ICU dilengkapi dengan peralatan medis khusus. Selama berada di dalam ruang ICU, pasien akan dipantau selama 24 jam oleh dokter spesialis, dokter jaga, dan perawat yang sudah kompeten. Untuk memantau kondisi pasien secara lebih detail, pasien akan terhubung dengan berbagai peralatan medis melalui selang atau kabel – maimelajah.com

Kapan Pasien Harus Masuk Ruang Intensive Care Unit  atau ICU?

Kapan seorang pasien harus dirawat di ruang Intensive Care Unit  atau ICU tidak bisa diprediksi. Namun, pada banyak kasus yang terjadi, pasien akan dirujuk ke ruang ICU bila mengalami koma atau gagal nafas

Beberapa kondisi lain yang membuat pasien harus masuk ruang ICU adalah:

  • Kecelakaan parah, misalnya mengalami luka bakar atau cedera parah di kepala
  • Perawatan untuk memulihkan kondisi pasien setelah menjalani operasi
  • Infeksi parah
  • Serangan jantung, stroke, gagal ginjal

Selain itu, orang yang terkonfirmasi COVID-19 juga harus dirawat ruang ICU, tepatnya di ruangan isolasi khusus pasien COVID-19. Hal ini bertujuan untuk mencegah penularan penyakit tersebut pada orang lain.

Alat-Alat Medis yang Ada Ruang ICU

Bagi sebagian orang, ruang Intensive Care Unit  atau ICU terasa sangat menakutkan karena di dalamnya terdapat banyak peralatan medis yang terhubung dengan pasien. Meski begitu, peralatan medis tersebut sangat membantu menstabilkan kondisi pasien.

Beberapa peralatan medis yang terdapat di dalam ruang ICU di antaranya adalah:

1. Monitor

Monitor akan menampilkan grafis tentang kinerja organ tubuh, misalnya detak jantung, kadar oksigen di dalam darah, atau tekanan darah.

2. Ventilator

Ventilator dapat membantu pasien bernapas. Alat ini dihubungkan dengan selang yang bisa dimasukkan lewat hidung, mulut, atau tenggorokan.

3. Defibrilator (alat kejut jantung)

Defibrilator diperlukan untuk memulihkan detak jantung normal jika tiba-tiba detak jantung berhenti. Alat ini bekerja dengan cara mengirimkan kejutan listrik ke jantung agar jantung bisa bekerja lagi.

4. Selang makanan

Selang makanan digunakan untuk memasukkan nutrisi yang dibutuhkan tubuh selama perawatan, jika pasien dalam keadaan kritis dan tidak bisa makan sendiri. Biasanya alat ini dimasukkan melalui hidung dan menuju lambung.

5. Infus

Infus berfungsi untuk memasukkan cairan, nutrisi, serta obat-obatan melalui pembuluh darah vena.

6. Kateter

Kebanyakan pasien yang berada di ICU tidak bisa buang air kecil sendiri. Pada sebagian pasien, jumlah cairan yang keluar dari tubuhnya, termasuk jumlah urine, juga harus dihitung sebagai bagian dari pemantauan kondisi pasien. Oleh karena itu, dibutuhkan kateter yang dimasukkan lewat lubang kencing untuk membuang urine dari dalam tubuh pasien.

Sejumlah peralatan medis ruang ICU di atas dibutuhkan untuk menunjang pasien agar tetap bertahan hidup dan segera pulih. Walau mungkin terlihat mengerikan dan berisiko, pemasangan alat-alat ini dilakukan berdasarkan pertimbangan yang akan menguntungkan pasien. Selain itu, pasien juga akan selalu berada dalam pengawasan selama 24 jam.

Selama berada di ruang ICU, pasien mungkin akan diberikan obat pereda rasa sakit dan obat sedatif untuk membuat pasien tertidur. Hal ini dilakukan agar pasien tidak terganggu dan resah oleh suara dan keberadaan peralatan medis di ruang ICU.

Aturan Khusus Kunjungan ke Ruang ICU

Penjagaan di ruang Intensive Care Unit  atau ICU sangat ketat agar kondisi pasien dapat dipantau dengan baik dan pasien bisa beristirahat dengan tenang. Ruang ICU juga dijaga agar selalu steril untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi. Oleh karena itu, diterapkan beberapa aturan berikut:

  • Jam kunjungan ke ruang ICU umumnya sangat terbatas, begitu juga dengan jumlah pengunjung yang diizinkan untuk menjenguk pasien
  • Pengunjung yang ingin masuk ke ruang ICU harus mencuci tangan terlebih dulu untuk mencegah penularan infeksi. Pengunjung juga tidak diizinkan untuk membawa benda-benda dari luar ruangan, misalnya bunga.

Pada kondisi tertentu, pengunjung mungkin diizinkan untuk berinteraksi langsung dengan pasien, bahkan membawakan barang-barang tertentu yang diinginkan pasien di ruang ICU. Hal ini bertujuan untuk menemani, menghibur, serta membantu penyembuhan pasien secara psikologis.

Jika kondisi pasien di ruang ICU sudah mulai stabil, pasien bisa dipindahkan ke ruang perawatan untuk pemulihan. Namun, jika kondisi pasien kembali memburuk setelah keluar, pasien mungkin perlu masuk ruang ICU lagi. Pasien yang keluar dari ruang ICU bisa pulih dengan baik. Meski begitu, selama pemulihan, mungkin saja muncul keluhan-keluhan seperti badan kaku dan lemah, susah tidur, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun. Jika hal itu terjadi, sampaikan kepada dokter saat sedang kontrol.

Jika keluarga atau kerabat dekat Anda masuk ruang ICU, perlu dimengerti bahwa Anda memang tidak bisa berada di sisi pasien setiap saat. Namun, sebaiknya Anda tetap siaga selama 24 jam di luar ruangan. Segala sesuatu yang terjadi di ruang ICU biasanya membutuhkan keputusan yang cepat. Keputusan ini sering kali membutuhkan persetujuan keluarga sebelum dilakukan sehingga tim medis akan menghubungi keluarga terlebih dahulu.

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Intensive Care Unit (ICU). Terima kasih dan jangan lupa untuk selalu update artikel kami.

Komunikasi Terapeutik Pada Lansia Intip infonya ya!

0
Komunikasi Terapeutik Pada Dewasa
Smiling senior man with son sitting on sofa at home

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai Komunikasi Terapeutik Pada Lansia Intip infonya ya!. Komunikasi pada Lansia sangat penting dilakukan perawat saat merawat pasien Lansia. Kemunduran fisik dan perubahan emosi yang terjadi pada Lanjut usia (lansia) akan menghambat proses komunikasi itu sendiri. Perawat harus memahami kondisi ini dan melakukan komunikasi efektif dengan lansia. Semakin banyak penolakan yang dilakukan oleh lansia semakin buruk komunikasi yang dilakukan. Mari kita simak penjelasan tentang Komunikasi Terapeutik Pada Lansia

Karakteristik Lanjut Usia

Lanjut usia (lansia) adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang. Lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. BadanKoordinasi Keluarga Berencana Nasional  mendefinisikan batasan  penduduk lanjut usia dikategorikan dalam tiga aspek yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN, 1998).

Secara biologis, penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus-menerus yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik, yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan  dalam  struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban daripada sebagai sumber daya. Sementara itu, dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri yang berbeda dengan kelompok usia produktif dan mempunyai karakteristik yang spesifik. Di Indonesia, penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda.

Permasalahan yang dihadapi Lansia

Permasalahan lansia terkait dengan komunikasi, pada umumnya terjadi akibat kemunduran fisik, mental, sosial, kondisi penyakit, produktivitas kerja menurun, serta hubungan dan komunikasi terbatas. Adanya keterbatasan komunikasi pada lansia yang diakibatkan proses menua (aging process) mengharuskan perawat memahami kondisi tersebut. Asuhan keperawatan yang diberikan perawat kepada klien lanjut usia diharapkan mempertimbangkan karakteristik, faktor yang memengaruhi komunikasi, hambatan dalam komunikasi yang harus sudah diantisipasi dengan pendekatan, dan teknik-teknik komunikasi terapeutik tertentu.

Masa tua adalah suatu periode permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, kelemahan manusiawi dan sosial. Usia tua dialami oleh para lansia dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan untuk tumbuh berkembang dan berbakti. Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan bersikap antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan.

WHO mengelompokkan lansia menjadi empat kelompok yang meliputi

  • middle age (usia pertengahan), yaitu kelompok usia 45-59 tahun,
  • elderly, antara 60-74 tahun,
  • usia antara 75-90 tahun,
  • very old, lebih dari 90 tahun.

Sementara itu, klasifikasi lansia berdasarkan kronologis usia meliputi

  • young old: 60-75 tahun,
  • middle old: 75-84 tahun,
  • old-old: > 85 tahun.

Karakteristik lansia sering berhubungan dengan kemunduran fisik yang terjadi dan penyakit akibat proses menua. Untuk mempermudah memahami bagaimana melakukan pendekatan ataupun bagaimana strategi komunikasi pada lansia, perawat perlu tahu masalah dan penyakit yang sering dihadapi oleh lansia sebagai berikut.

Komunikasi Terapeutik Pada Lansia Intip infonya ya!

Perkembangan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia

Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia, perubahan-perubahan akibat usia tersebut telah dapat diidentifikasi. Perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologis dan sensorik, perubahan visual, dan pendengaran. Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan interpretasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Di samping itu, hal yang menyebabkan kesulitan komunikasi pada lansia adalah perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat inteligensia, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.

Perubahan emosi yang sering tampak berupa reaksi penolakan terhadap kondisi lansia. Berikut ini gejala-gejala penolakan lansia yang menyebabkan gagalnya komunikasi dengan lansia.

  • Tidak percaya terhadap diagnosis, gejala, perkembangan, serta keterangan yang diberikan petugas kesehatan.
  • Mengubah keterangan yang diberikan sedemikian rupa sehingga diterima keliru.
  • Menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit.
  • Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum, khususnya tindakan yang langsung mengikutsertakan dirinya.
  • Menolak nasihat-nasihat, misalnya istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama jika nasihat tersebut demi kenyamanan klien.

Hambatan komunikasi yang efektif pada lansia berhubungan dengan keterbatasan fisik yang terjadi akibat dari proses menua (aging process), antara lain fungsi pendengaran yang menurun, mata yang kabur, tidak adanya gigi, suara yang mulai melemah, dan sebagainya. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas berkomunikasi dengan lansia, diperlukan penguasaan terhadap cara-cara mengatasi hambatan komunikasi.

Berikut ini adalah cara mengatasi hambatan berkomunikasi pada lansia.

  • Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
  • Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
  • Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
  • Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
  • Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik.
  • Berdiri di depan klien, jangan terlalu jauh dari lansia.
  • Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.
  • Beri kesempatan bagi klien untuk berpikir.
  • Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial, seperti perkumpulan orang tua, kegiatan rohani.
  • Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
  • Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian.

Pendekatan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia

Komunikasi pada lansia merupakan permasalahan kompleks dan heterogen dibanding klien yang lebih muda. Latar belakang budaya sering memengaruhi klien lansia untuk memersepsikan penyakit serta kesediaan untuk mengikuti aturan rencana perawatan dan pengobatan. Untuk mengurangi pengaruh negatif atau mengurangi hambatan-hambatan yang terjadi, diperlukan komunikasi yang efektif antara perawat dan klien.

Berikut ini akan dipaparkan bagaimana perawat dapat meningkatkan komunikasi pada klien lansia sebagai bentuk pendekatan dalam melakukan komunikasi pada lansia sebagai berikut.

  1. Buat suasana yang menyenangkan dan usahakan berhadapan langsung dengan klien, baik fisik maupun emosi.
  2. Untuk memulai komunikasi berikan instruksi maupun informasi.

Tips yang bisa dipertimbangkan sebagai berikut.

  1. Beri waktu ekstra. Biasanya lansia menginginkan menerima informasi lebih banyak dan lebih rinci dibanding klien yang lebih muda. Waktu ekstra diberikan mengingat ada beberapa lansia yang kemungkinan cara berkomunikasi kurang baik dan kurang fokus sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama.
  2. Hindari ketidakpedulian. Klien lansia ingin merasakan bahwa perawat menyediakan waktu yang berkualitas untuk klien. Enam puluh (60) detik pertama adalah waktu untuk menciptakan kesan pertama dengan penuh perhatian.
  3. Duduk berhadapan dengan klien. Klien yang mengalami gangguan pendengaran akan membaca bibir untuk menerima informasi yang diberikan perawat.
  4. Pelihara kontak mata. Kontak mata adalah penting pada komunikasi nonverbal. Sampaikan kepada klien bahwa perawat senang bertemu klien sehingga klien menaruh kepercayaan kepada perawat. Memelihara kontak mata merupakan hal positif dan dapat menciptakan suasana nyaman sehingga klien lebih terbuka menerima tambahan informasi.
  5. Mendengarkan, kurangi kegagalan komunikasi dengan mendengarkan cerita pasien lansia.
  6. Bicara pelan dengan jelas dan nyaring.
  7. Gunakan kata-kata sederhana, pendek. dan singkat untuk memudahkan penerimaan klien lansia.
  8. Fokuskan pada satu pembicaraan karena klien lansia tidak mampu memfokuskan pembicaraan pada banyak topik yang berbeda.
  9. Beri catatan untuk instruksi yang rumit agar menghindari kebingungan klien.
  10. Gunakan gambar atau tabel untuk mempermudah pemahaman.
  11. Ringkas poin   utama   untuk   memberikan  penekanan pada  topik   utama pembicaraan.
  12. Beri kesempatan pada lansia untuk bertanya.
  13. Cari tempat yang tenang untuk mencegah kebingungan dan menciptakan suasana kondusif dalam komunikasi.
  14. Gunakan sentuhan untuk memberikan kenyamanan pada lansia dan sebagai bentuk perhatian perawat kepada lansia.

Keterampilan komunikasi yang penting dilakukan perawat pada saat komunikasi dengan lansia sebagai berikut.

  1. Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan dan lama wawancara.
  2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan pemunduran kemampuan untuk merespons verbal.
  3. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang sosiokulturalnya.
  4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam berpikir abstrak.
  5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respons nonverbal, seperti kontak mata secara langsung, duduk, dan menyentuh pasien.
  6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan distress yang ada.
  7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara pengkajian.
  8. Perawat harus memperhatikan respons pasien dengan mendengarkan dengan cermat dan tetap mengobservasi.
  9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien.
  10. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin.
  11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
  12. Perawat harus mengonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang lain yang sangat mengenal pasien.
  13. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.

Secara spesifik, pendekatan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia dapat dilakukan berdasarkan empat aspek, yaitu pendekatan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Berikut uraian dari keempat pendekatan komunikasi pada lansia.

  • Pendekatan fisik
    Mencari informasi tentang kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian yang dialami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah progresivitasnya. Pendekatan ini relatif lebih mudah dilaksanakan dan dicarikan solusinya karena riil dan mudah diobservasi.
  • Pendekatan psikologis
    Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat berperan sebagai konselor, advokat, suporter, dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
  • Pendekatan sosial
    Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia ataupun dengan petugas kesehatan.
  • Pendekatan spiritual
    Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama ketika klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Pendekatan spiritual ini cukup efektif, terutama bagi klien yang mempunyai kesadaran tinggi dan latar belakang keagamaan yang baik.

Teknik komunikasi pada lansia

Mundakir (2006) mengidentifikasi beberapa teknik komunikasi yang dapat digunakan perawat dalam berkomunikasi dengan lansia sebagai berikut.

  • Teknik asertif
    Asertif adalah menyatakan dengan sesungguhnya, terima klien apa adanya. Perawat bersikap menerima yang menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan klien serta berusaha untuk mengerti/memahami klien. Sikap ini membantu perawat untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan lansia.
  • Responsif
    Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang terjadi pada klien dan segera melakukan klarifikasi tentang perubahan tersebut. Teknik ini merupakan bentuk perhatian perawat kepada klien yang dilakukan secara aktif untuk memberikan ketenangan klien. Berespons berarti bersikap aktif atau tidak menunggu permintaan dari klien.
    Contoh:
    “Apa yang Ibu pikirkan saat ini? Apakah yang bisa saya bantu untuk ibu?”
  • Fokus
    Dalam berkomunikasi, sering kita jumpai lansia berbicara panjang lebar dan mengungkapkan pernyataan-pernyataan di luar materi dan tidak relevan dengan tujuan terapi. Sehubungan dengan hal tersebut, perawat harus tetap fokus pada topik pembicaraan dan mengarahkan kembali komunikasi lansia pada topik untuk mencapai tujuan terapi. Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang diinginkan.
  • Suportif
    Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah. Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia dengan cara memberikan dukungan (suportif).
    Contoh:
    Tersenyum dan mengangguk ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikian, diharapkan klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama memberi dukungan, jangan mempunyai kesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien kepada perawat.
    Contoh ungkapan-ungkapan yang bisa memberi support/motivasi kepada lansia sebagai berikut.
    “Saya yakin Bapak dapat mampu melakukan tugas Bapak dengan baik”, “Jika Bapak memerlukan saya siap membantu.”
  • Klarifikasi
    Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk memperjelas informasi yang disampaikan klien. Hal ini penting dilakukan perawat karena seringnya perubahan yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan proses komunikasi lancar dan kurang bisa dipahami. Klarifikasi dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan ulang atau meminta klien memberi penjelasan ulang dengan tujuan menyamakan persepsi.
    Contoh:
    “Coba Ibu jelaskan kembali bagaimana perasaan ibu saat ini.”
  • Sabar dan ikhlas
    Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti kekanak- kanakan. Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas agar hubungan antara perawat dan klien lansia dapat efektif. Sabar dan ikhlas dilakukan supaya tidak muncul kejengkelan perawat yang dapat merusak komunikasi dan hubungan perawat dan klien.

Penutup

Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti kekanak- kanakan. Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas agar hubungan antara perawat dan klien lansia dapat efektif. Jadi sabar dan iklas adalah kunci dalam melakukan perawatan pada Lansia. Semoga artikel “Komunikasi Terapeutik Pada Lansia Intip infonya ya!” dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih

Penerapan Komunikasi Keluarga dan Kelompok

1

Komunikasi Perawat tidak hanya sebatas pada pasien saja. Perawat juga melakukan komunikasi kepada keluarga saat menjelaskan prosedur atau kondisi pasien terkini. Perawat juga memberikan promosi kesehatan dan berkomunikasi pada kelompok. penerapan komunikasi pada keluarga dan kelompok tentunya berbeda dengan penerapan komunikasi yang dilakukan pada individu. Perawat perlu memahami karakteristik keluarga dan kelompok sehingga memudahkan saat berkomunikasi dengan keluarga dan kelompok. Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan mengulas tentang definisi keluarga dan kelompok, karakteristik keluarga dan kelompok, faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi dalam keluarga dan masyarakat, strategi komunikasi, penerapan komunikasi pada keluarga dan kelompok, serta promosi kesehatan.

1. Pengertian & Karakteristik Keluarga dan Kelompok

Lestari (2012) menjelaskan pengertian keluarga ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu keluarga secara struktural, fungsional, dan transaksional. Pengertian keluarga secara struktural didasarkan pada kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya. Definisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga. Dari perspektif ini, dijelaskan bahwa keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (families of procreation), sebaga asal usul (families of origin), dan keluarga batih (extended family). Pengertian keluarga secara fungsional menekankan pada terpenuhinya tugas-  tugas dan fungsi-fungsi psikososial meliputi perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, serta pemenuhan peran-peran tertentu.

Pengertian keluarga secara transaksional menekankan bahwa keluarga sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family identity), berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Pengertian kelompok, menurut De Vito (1997), adalah sekumpulan individu yang cukup kecil untuk berkomunikasi dengan relatif mudah, yaitu para anggota saling berhubungan satu sama lain dengan beberapa tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi atau struktur di antara mereka. Kelompok mengembangkan norma-norma atau peraturan yang mengidentifikasi apa yang dianggap sebagai perilaku yang diinginkan bagi semua anggotanya.

2. Karakteristik Keluarga dan Kelompok

Keluarga merupakan satu kesatuan yang ciri-cirinya, yaitu antaranggota keluarga mempunyai hubungan yang intim dan hangat, face to face, kooperatif, serta anggota keluarga memperlakukan anggota yang lain sebagai tujuan, bukan alat untuk mencapai tujuan.

Menurut teori R.M. Iver dan C.H. Page dalam Lestari (2012), karakteristik dan ciri- ciri suatu lembaga disebut sebagai keluarga sebagai berikut.

  1. Hubungan batiniah melalui perkawinan.
  2. Lembaga keluarga dibentuk secara disengaja dengan tujuan tertentu.
  3. Memiliki garis keturunan sesuai dengan norma yang berlaku.
  4. Memiliki fungsi ekonomi dalam rangka mencapai kebutuhannya.
  5. Memiliki fungsi reproduksi untuk melanjutkan keturunan dan membesarkan anak.
  6. Mempunyai tempat tinggal bersama sebagai tempat berkumpulnya anggota keluarga.

Sementara itu, karakteristik kelompok sebagai berikut.

  1. Terdiri atas dua orang atau lebih dalam interaksi sosial baik.
  2. Masing-masing anggota mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi anggota suatu kelompok.
  3. Mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga anggota kelompok secara bersama dan berfungsi sebagai suatu unit.
  4. Anggota kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan atau minat yang sama.
  5. Individu yang tergabung dalam kelompok saling mengenal satu sama lain serta dapat membedakan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit sosial (masyarakat) terkecil yang mempunyai perbedaan nyata dengan organisasi sosial yang lain dan mempunyai arti yang lebih mendalam. Keluarga di masyarakat merupakan satu kesatuan anggota yang hidup bersama dan berkelompok yang didasarkan pada hubungan persaudaraan atau hubungan darah. Keberhasilan dalam  keluarga/kelompok sangat ditentukan dari pola komunikasi dan interaksi yang terjalin di antara mereka.

Berdasarkan pemahaman ini, diketahui bahwa komunikasi adalah hal yang penting untuk mencapai tujuan bersama. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi keluarga/masyarakat adalah proses penyampaian ide/pernyataan dalam lingkup masyarakat (keluarga atau kelompok) yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

3. Fungsi Komunikasi

Berdasarkan pengertian dan karakteristik keluarga dan kelompok, merujuk dari DeVeto (1997), dapat dijelaskan fungsi komunikasi dalam keluarga/kelompok sebagai berikut:

  1. pengembangan diri anggota dan kelompok,
  2. penyelesaian masalah,
  3. pengambilan keputusan,
  4. pencapaian tujuan keluarga/kelompok,
  5. sarana belajar.

4. Penerapan Strategi Komunikasi Terapeutik

Melakukan komunikasi dalam keluarga/kelompok tidaklah mudah. Komunikator harus mempunyai cara-cara strategis sebagai upaya agar tujuan komunikasi tercapai. Berikut upaya meningkatkan komunikasi dalam keluarga/kelompok.

  1. Saling memahami antaranggota kelompok agar dapat diketahui komunikasi seperti apa yang harus ia lakukan demi lancarnya komunikasi tersebut.
  2. Pemimpin kelompok dapat mengatur dengan baik setiap anggota kelompok agar proses komunikasi antaranggota kelompok dapat berkembang dengan baik.
  3. Berkomunikasi yang jelas, sopan, dan sesuai etika yang berlaku agar tidak terjadi salah paham dan saling menyinggung antara anggota kelompok.
  4. Saling menghargai anggota kelompok lain.
  5. Jangan menyela pembicaraan orang lain.
  6. Selalu memperhatikan orang yang mengajak bicara
  7. Berikan respons yang baik, mendukung, dan tidak menyinggung ketika ada yang mengajak bicara.

5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Komunikasi Kelompok

  1. Ukuran kelompok: kelompok yang efektif mempunyai jumlah anggota yang tidak terlalu kecil ataupun terlalu besar.
  2. Tujuan kelompok: tujuan yang telah disepakati bersama akan mudah dicapai karena semua anggota mempunyai tujuan yang sama. Satukan tujuan dalam kelompok, minimalkan sifat individualisme yang dapat mengganggu pencapaian tujuan bersama.
  3. Kohesivitas anggota kelompok adalah penting karena menunjukkan kekuatan dan kekompakan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
  4. Jaringan komunikasi (networking) diperlukan untuk mendapatkan peluang dalam mencapai tujuan bersama.
  5. Kepemimpinan kelompok diperlukan pemimpin yang bisa mengayomi seluruh anggota, tidak berpihak, dan akomodatif sehingga bisa meningkatkan kohesivitas kelompok.

6. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni untuk membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal, yaitu keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekadar pengubahan gaya hidup, tetapi berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat. Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabungan dari penciptaan lingkungan yang mendukung, mengubah perilaku, dan meningkatkan kesadaran.

Promosi kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO, 1984). Sementara itu, dalam Piagam Ottawa (1986) dijelaskan bahwa promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Kegiatan ini dilakukan untuk mencapai keadaan sehat sehingga diharapkan setiap orang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengendalikan lingkungan.

Bentuk promosi kesehatan dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan, pencegahan penyakit, dan perlindungan kesehatan. Untuk melakukan ini, pemahaman komunikasi dan strategi komunikasi dalam kelompok perlu dikuasai perawat agar dapat mencapai hasil yang maksimal. Agar mencapai hasil yang optimal dalam mengubah perilaku, hal-hal yang perlu disiapkan perawat adalah menyediakan dan menyiapkan perangkat kerja promosi yang meliputi proposal kegiatan dan media promosi kesehatan dalam bentuk leaflet, lembar balik, modul, dan sumber lain yang relevan. Membina hubungan saling percaya adalah hal yang esensial agar tujuan promosi kesehatan dapat mencapai hail yang optimal.

Daftar Pustaka

Chitty. 1997. Professional Nursing Practice. St. Louis: Mosby.

DeVito, J.A. 1997. Komunikasi Antarmanusia, penj. Agus Maulana. Jakarta: Professional Book.

Engel, J. 1998. Pengkajian Pediatric. Jakarta: EGC.

Kozier dan Erb. 1999. Fundamental of Nursing: Concept and Practice. St. Louis: Mosby. Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam

Keluarga.

Maulana, H.D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Mulyana, D. 2005. Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan: Aplikasi dalam Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Taylor, C.; C. Lillis, dan P. LeMone. 1989. Fundamental of Nursing : The Art and Science of Nursing Care. Philadelphia: J.B. Lippincott.

Stuard, G.W., dan M.L. Laraia. 1998. Principle and Practice of Psychiatric Nursing. Edisi keenam. St. Louis: Mosby.

Komunikasi Terapeutik Pada Dewasa

2
Komunikasi Terapeutik Pada Dewasa
Smiling senior man with son sitting on sofa at home

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai artikel yang berjudul Komunikasi Terapeutik Pada Dewasa. Untuk penerapan komunikasi pada orang dewasa meliputi permasalahan dan sikap komunikasi pada orang dewasa, suasana komunikasi pada orang dewasa, serta teknik dan penerapan komunikasi terapeutik pada orang dewasa

Permasalahan dan Perkembangan Komunikasi orang Dewasa

Erikson (1985) dalam Stuart dan Sundeen (1998) menjelaskan bahwa pada orang dewasa terjadi perkembangan psikososial, yaitu intimasi versus isolasi. Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya sehingga tidak mudah untuk mengubahnya. Pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. Orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu yang baru untuk mengubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa, kalau ia sendiri yang ingin belajar hal baru, dia akan terdorong mengambil langkah untuk mencapai sesuatu yang baru itu.

Pada tahap ini, orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih, minat, dan permasalahan dengan orang lain. Pada masa ini, orang dewasa mempunyai cara-cara tersendiri dalam berkomunikasi dengan orang lain. Cara-cara spesifik yang biasa mereka lakukan adalah terkait dengan pengetahuan, pengalaman, sikap, kemapanan, harga diri, dan aktualisasi dirinya.

Sikap Komunikasi pada orang Dewasa

Berdasarkan perkembangan komunikasi pada orang dewasa dan permasalahan yang terjadi, agar tercapai komunikasi yang efektif, terutama dalam melaksanakan pelayanan keperawatan, perlu ditunjukkan dan diterapkan sikap-sikap terapeutik.

Dalam berkomunikasi dengan dewasa sampai lansia, diperlukan pengetahuan tentang sikap-sikap yang khas. Berikut sikap-sikap psikologis spesifik pada orang dewasa terhadap komunikasinya.

  • Orang dewasa/lansia  melakukan komunikasi berdasarkan pengetahuan/pengalamannya sendiri.
    Sikap perawat :
    • Menggunakan motivasi untuk mencari pengetahuan sendiri sesuai yang diinginkan.
    • Tidak perlu mengajari, tetapi cukup memberikan motivasi untuk menggantikan perilaku yang kurang tepat.
  • Berkomunikasi pada orang dewasa/lansia harus melibatkan perasaan dan pikiran.
    Sikap perawat:
    • Gunakan perasaan dan pikiran orang dewasa/lansia sebagai kekuatan untuk merubah perilakunya.
  • Komunikasi adalah hasil kerja sama antara manusia yang saling memberi pengalaman serta saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.
    Sikap perawat:
    • Bekerja sama dengan orang dewasa/lansia untuk menyelesaikan masalah. Memberikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan pengalaman dan memberi tanggapan sendiri terhadap pengalaman tersebut.
    • Di samping sikap, kita juga harus memperhatikan atau mampu menciptakan suasana yang dapat mendorong efektivitas komunikasi pada kelompok usia dewasa ataupun lansia. Upayakan penciptaan suasana komunikasi yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
  • Suasana hormat menghormati
    Orang dewasa dan lansia akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berpikir dan mengemukakan pikirannya.
  • Suasana saling menghargai
    Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, dan sistem nilai yang dianut perlu dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi kendala dalam jalannya komunikasi.
  • Suasana saling percaya
    Saling memercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa hasil yang diharapkan. Jangan melakukan penyangkalan pada apa yang dikomunikasikan oleh orang dewasa atau lansia, karena mereka akan tidak percaya dengan Anda dan mengakibatkan tujuan komunikasi tidak tercapai.
  • Suasana saling terbuka
    Keterbukaan dalam komunikasi sangat diperlukan, baik bagi orang dewasa maupun lansia. Maksud terbuka adalah terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.

Komunikasi verbal dan nonverbal adalah bentuk komunikasi yang harus saling mendukung satu sama lain. Seperti halnya komunikasi pada anak-anak, perilaku nonverbal sama pentingnya pada orang dewasa dan juga lansia. Ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan nada suara memberi tanda tentang status emosional dari orang dewasa dan lansia.

Orang dewasa yang sakit dan dirawat di rumah sakit bisa merasa tidak berdaya, tidak aman, dan tidak mampu ketika dikelilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemandirian mereka telah berubah menjadi status ketika orang lain yang memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan pengalaman yang mengancam dirinya ketika orang dewasa tidak berdaya dan cemas dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi.

Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang dewasa oleh para profesional, pasien dewasa akan mampu menunjukkan perilaku yang adaptif dan mampu mencapai penerimaan terhadap masalahnya.

Teknik Komunikasi pada Orang Dewasa dan Penerapannya

Penggunaan teknik-teknik komunikasi secara umum telah Anda pelajari pada Bab I tentang konsep dasar komunikasi. Ketika Anda berkomunikasi, mulai pada tingkat usia bayi-anak sampai dewasa dan lansia teknik tersebut harus digunakan secara kombinasi. Akan tetapi, secara khusus, Anda harus menguasai teknik-teknik yang membedakan pada kelompok usia tertentu yang disesuaikan dengan karakteristik perkembangannya.

Berikut ini teknik komunikasi yang secara khusus yang harus Anda terapkan saat berkomunikasi dengan orang dewasa.

  1. Penyampaian pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Dengan penyampaian langsung, klien akan lebih mudah untuk menerima penjelasan yang disampaikan. Penggunaan telepon atau media komunikasi lain, misalnya tulisan akan dapat menimbulkan salah persepsi karena tidak ada feedback untuk mengevaluasi secara langsung.
  2. Saling memengaruhi dan dipengaruhi, maksudnya komunikasi antara perawat dan pasien dewasa harus ada keseimbangan dan tidak boleh ada yang mendominasi. Perawat jangan selalu mendominasi peran sehingga klien ditempatkan dalam keadaan yang selalu patuh. Teknik ini menekankan pada hubungan saling membantu a (helping-relationship).
  3. Melakukan komunikasi secara timbal balik secara langsung, maksudnya komunikasi timbal balik dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya salah persepsi. Hubungan dan komunikasi secara timbal balik ini menunjukkan pentingnya arti hubungan perawat-klien.
  4. Komunikasi secara berkesinambungan, tidak statis dan bersifat dinamis.

Penutup

Orang dewasa memiliki pengetahuan, pengalaman, sikap, dan keterampilan yang menetap dan sukar untuk diubah dalam waktu singkat. Memberi motivasi dan memberdayakan pengetahuan/pengalaman dan sikap yang sudah dimiliki adalah hal yang penting untuk melakukan komunikasi dengan orang dewasa dalam rangka merubah perilakunya. Terima Kasih sudah mampir di artikel Komunikasi Terapeutik Pada Dewasa.

Komunikasi Terapeutik Pada Remaja

0
Komunikasi Terapeutik Pada Remaja

Komunikasi Terapeutik Pada Remaja merupakan artikel yang maimelajah.com bahas pada kesempatan kali ini. Masa remaja adalah masa yang sulit. Pada masa ini, remaja dihadapkan pada  dua situasi yang bertentangan, yaitu berpikir dan berperilaku antara anak dan orang dewasa. Kelompok ini sering mengalami ketegangan karena sulitnya menentukan sikap antara berperilaku anak dengan berperilaku sebagai orang dewasa. Masa ini adalah masa yang penuh konflik dan dilema. Konflik yang terjadi dapat berhubungan dengan perubahan-perubahan dalam dirinya, sedangkan dilema yang terjadi dapat berhubungan dengan perbedaan nilai, persepsi, atau keyakinan antara dirinya dengan orang dewasa. Komunikasi terapeutik diperlukan saat berinteraksi dengan remaja sehingga para remaja ini menganggap perawat sebagai teman bukan sebagai orangtua atau guru yang menasihati. Tujuannya agar terapi yang dilakukan dapat tepat sasaran.

Perkembangan komunikasi pada remaja

Perkembangan komunikasi pada usia remaja dapat ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat. Pada usia remaja, pola perkembangan kognisinya sudah mulai berpikir secara konseptual mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa, sedangkan secara emosional sudah mulai menunjukkan perasaan malu. Anak usia remaja sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi.

Sehubungan dengan perkembangan komunikasi ini, yang dapat kita lakukan adalah mengizinkan remaja berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya. Hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi karena akan menimbulkan ketidakpercayaan remaja.

Sikap terapeutik berkomunikasi dengan remaja

Remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada masa transisi ini remaja banyak mengalami kesulitan yang membutuhkan kemampuan adaptasi. Remaja sering tidak mendapat tempat untuk mengekspresikan ungkapan hatinya dan cenderung tertekan Hal ini akan dapat mempengaruhi komunikasi remaja terutama komunikasi dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.

Terkait dengan permasalahan di atas, dalam berkomunikasi dengan remaja perawat atau orang dewasa lain harus mampu bersikap sebagai “SAHABAT” buat remaja. Tidak meremehkan atau memperlakukan dia sebagai anak kecil dan tidak membiarkan dia berperilaku sebagai orang dewasa. Pola asuh remaja perlu cara khusus. Walau usia masih tergolong anak-anak, ia tak bisa diperlakukan seperti anak kecil. Remaja sudah mulai menunjukkan jati diri. Biasanya remaja lebih senang berkumpul bersama teman sebaya ketimbang dengan orang tua.

Berikut ini sikap perawat, orang tua, atau orang dewasa lain yang perlu diperhatikan saat berkomunikasi dengan remaja.

  1. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada mereka untuk mengekspresikan perasaannya, pikiran, dan sikapnya.
  2. Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaan, pikiran, dan sikapnya.
  3. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau berespons yang berlebihan pada saat remaja menunjukkan sikap emosional.
  4. Memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan membantu untuk menyelesaikan dengan mendiskusikannya.
  5. Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat buat remaja, tempat berbagi cerita suka dan duka.
  6. Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol, dan bercengkerama dengan mereka serta sering melakukan makan bersama.

Suasana komunikasi yang kondusif pada remaja

Keberhasilan berkomunikasi dengan remaja dapat dipengaruhi oleh suasana psikologis antara perawat/orang tua/orang dewasa lain dengan remaja.

  1. Suasana hormat menghormati : Orang dewasa akan akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berpikir dan mengemukakan pikirannya.
  2. Suasana saling menghargai : Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, dan sistem nilai yang dianut perlu dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi kendala dalam jalannya komunikasi.
  3. Suasana saling percaya : Saling memercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa hasil yang diharapkan.
  4. Suasana saling terbuka : Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.

Komunikasi verbal dan nonverbal remaja perlu diperhatikan, misalnya ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan nada suara yang memberikan tanda tentang status emosionalnya.

Penerapan komunikasi sesuai tingkat perkembangan remaja

Berkomunikasi dengan anak yang sudah masuk usia remaja (praremaja) sebenarnya lebih mudah. Pemahaman mereka sudah memadai untuk bicara tentang masalah yang kompleks. Dalam berkomunikasi dengan remaja, kita tidak bisa mengendalikan alur pembicaraan, mengatur, atau memegang kendali secara otoriter. Remaja sudah punya pemikiran dan perasaan sendiri tentang hal yang ia bicarakan pada.

Contoh respons yang sering diungkapkan oleh orang tua kepada anaknya yang bisa menyebabkan terputusnya komunikasi adalah mengancam, memperingatkan; memerintah; menilai, mengkritik, tidak setuju, menyalahkan; menasihati, menyelesaikan masalah; menghindar, mengalihkan perhatian, menertawakan; mendesak; memberi kuliah, mengajari; mencemooh, membuat malu; menyelidiki, mengusut; serta memuji, menyetujui.

Perhatikanlah bagaimana penerapan komunikasi terapeutik pada remaja  berikut ini :

Komunikasi terbuka, “Bagaimana sekolahmu hari ini?”, “Apa yang membuatmu merasa senang hari ini di sekolah?”

Komunikasi dua arah, yaitu bergantian yang berbicara dan yang mendengarkan. Jangan mendominasi pembicaraan serta sediakan waktu untuk remaja untuk menyampaikan pendapatnya.

  1. Mendengar aktif artinya tidak hanya sekadar mendengar, tetapi juga memahami dan menghargai apa yang diutarakan remaja. Terima dan refleksikan emosi yang ditunjukkan, misalnya dengan mengatakan, “Ibu tahu kamu merasa kesal karena diejek seperti itu.”
  2. Sediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan remaja. Jika sedang tidak bisa, katakan terus terang daripada Anda tidak fokus dan memutus komunikasi dengan remaja.
  3. Jangan memaksa remaja untuk mengungkapkan sesuatu yang dia rahasiakan karena akan membuatnya tidak nyaman dan enggan berkomunikasi. Anak  remaja sudah mulai memiliki privasi yang tidak boleh diketahui orang lain termasuk orang tuanya.
  4. Utarakan perasaan Anda jika ada perilaku remaja yang kurang tepat dan jangan memarahi atau membentak. Misalnya, “Mama khawatir sekali kalau kamu tidak langsung pulang ke rumah. Kalau mau ke rumah teman, telepon dulu agar Mama tenang.”
  5. Dorong anak untuk mengatakan hal-hal positif tentang dirinya. Misalnya, “Aku sedang berusaha menguasai matematika” daripada “Aku payah dalam matematika”.
  6. Perhatikan bahasa tubuh remaja. Orang tua harus bisa menangkap sinyal-sinyal emosi dari bahasa tubuhnya.
  7. Hindari komentar menyindir atau meremehkan anak. Berikan pujian pada aspek terbaik yang dia lakukan sekecil apapun.
  8. Hindari ceramah panjang dan menyalahkan anak.

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Komunikasi Terapeutik Pada Remaja. Terima Kasih

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

0
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan merupakan artikel yang akan maimelajah.com bahas pada kesempatan kali ini. Cemas dalam bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman angst kemudian menjadi anxiety yang berarti kecemasan, merupakan suatu kata yang dipergunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu efek negatif dan keterangsangan. Cemas mengandung arti pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi sebaik-baiknya.

Cemas (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan  perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai  realitas (Reality Testing Ability), kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal.

Ada segi yang disadari dari cemas itu sendiri seperti rasa takut, tidak berdaya, terkejut, rasa berdosa atau terancam, selain itu juga segi-segi yang terjadi diluar kesadaran  dan tidak dapat menghindari perasaan yang tidak menyenangkan. Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Cemas berbeda dengan takut, sesorang yang mengalami kecemasan tidak dapat mengidentifikasikan ancaman. Cemas dapat terjadi tanpa rasa takut namun ketakutan tidak terjadi tanpa kecemasan.

Teori tentang kecemasan

Beberapa teori yang mengemukakan faktor pendukung (predisposisi) terjadinya kecemasan antara lain :

  • Teori Psikoanalitik
    Menurut pandangan psikoanalitik, kecemasan terjadi karena adanya konflik yang terjadi antara emosional elemen kepribadian yaitu id, ego dan super ego. Id mewakili insting, super ego mewakili hati nurani, sedangkan ego mewakili konflik yang terjadi antara kedua elemen yang bertentangan. Dan timbulnya merupakan upaya dalam memberikan bahaya pada elemen ego.
  • Teori Interpersonal
    Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
  • Teori Behaviour
    Berdasarkan teori behaviour ( perilaku ), kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
  • Teori Prespektif keluarga
    Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi didalam keluarga kecemasan menunjukkan adanya interaksi yang tidak adaptif dalam sistem keluarga.
  • Teori Prespektif Biologis
    Kesehatan umum seseorang menurut pandangan biologis merupakan faktor predisposisi timbulnya kecemasan.

Faktor pencetus (presipitasi) Kecemasan

Beberapa faktor pencetus (presipitasi) yang menyebabkan terjadinya cemas antara lain :

  • Ancaman terhadap Integritas biologi seperti Penyakit : Berbagai penyakit fisik terutama yang kronis yang mengakibatkan invaliditas dapat menyebabkan stres pada diri seseorang, misalnya : penyakit jantung, hati, kanker, stroke dan HIV/AIDS.
  • Trauma fisik : pembedahan
  • Ancaman terhadap Konsep Diri seperti : Proses kehilangan, perubahan peran, perubahan lingkungan, perubahan hubungan dan Status sosial ekonomi.

Faktor yang mempengaruhi kecemasan :

Potensi stresor

Streros psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya.

Maturasi (kematangan)

Individu yang matang yaitu yang memiliki kematangan kepribadian sehingga akan lebih sukar mengalami gangguan akibat stres, sebab individu yang matang mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap stresor yang timbul. Sebaliknya individu yang berkepribadian tidak matang akan bergantung dan peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami gangguan akibat adanya stres.

Status pendidikan dan status ekonomi

Status pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang menyebabkan orang tersebut mengalami stres dibanding dengan mereka yang status pendidikan dan status ekonomi yang tinggi.

Tingkat  pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah stress.

Keadaan fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, penyakit badan, operasi, cacat badan lebih mudah mengalami stres. Disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik juga akan lebih mudah mengalami stres.

Tipe kepribadian

Individu dengan tipe kepribadian tipe A lebih mudah mengalami gangguan akibat adanya stres dari individu dengan kepribadian B. Adapun ciri – ciri individu dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa buru – buru waktu, sangat setia ( berlebihan ) terhadap pekerjaan, agresif, mudah gelisah, tidak dapat tenang dan diam, mudah bermusuhan, mudah tersinggung, otot – otot mudah tegang. Sedangkan individu dengan kepribadian tipe B mempunyai ciri – ciri yang berlawanan dengan individu kepribadian tipe A.

Sosial Budaya

Cara hidup individu di masyarakat yang sangat mempengaruhi pada timbulnya stres. Individu yang mempunyai cara hidup sangat teratur dan mempunyai falsafat hidup yang jelas maka pada umumnya lebih sukar mengalami stres. Demikian juga keyakinan agama akan mempengaruhi timbulnya stres.

Lingkungan atau situasi

Individu yang tinggal pada lingkungan yang dianggap asing akan lebih mudah mangalami stres.

Usia

Ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih mudah mengalami stres dari pada usia tua, tetapi ada yang berpendapat sebaliknya.

Jenis kelamin

Umumnya wanita lebih mudah mengalami stres, tetapi usia harapan hidup wanita lebih tinggi dari pada pria.

Penutup

Demikian penjelasan tentang Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan. Terima Kasih

Pasien Post Operasi Perlukah Observasi Intensif?

0
Pasien Post Operasi Perlukah Observasi Intensif

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai artikel dengan judul Pasien Post Operasi Perlukah Observasi Intensif?. Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Perawatan post operasi adalah prosedur rutin yang segera dilaksanakan setelah operasi dan akan terus dilakukan sampai pasien benar-benar sembuh.  Proses keperawatan pascaoperatif pada praktiknya akan dilaksanakan secara  berkelanjutan baik di ruang pemulihan, ruang intensif, dan ruang rawat inap bedah. Fase pascaoperatif adalah suatu kondisi dimana pasien sudah masuk di ruang pulih sadar sampai pasien dalam kondisi sadar betul untuk dibawa keruang rawat inap. Walaupun sudah tampak membaik pasien post operasi perlu pemantauan intensif

Prosedur Bedah

Prosedur bedah pada dasarnya terbagi dalam tiga kelompok besar, yang di dalamnya masih akan terbagi lagi sesuai kategorinya. Berikut rinciannya.

Kelompok operasi berdasarkan tujuan

Kelompok pertama ini menggolongkan prosedur bedah berdasarkan tujuan dari tindakan medis ini dilakukan. Pada dasarnya operasi dianggap sebagai metode pengobatan, namun tindakan medis ini juga dapat digunakan untuk :

  • Mendiagnosis. : Operasi yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit tertentu, seperti operasi biopsi yang sering dilakukan untuk memastikan dugaan adanya kanker padat atau tumor pada bagian tubuh tertentu.
  • Mencegah : Tak hanya mengobati, bedah dilakukan juga untuk mencegah suatu kondisi yang lebih buruk lagi. Misalnya, operasi pengangkatan polip usus yang bila tak ditangani akan dapat tumbuh menjadi kanker.
  • Menghilangkan.: Operasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengangkat sejumlah jaringan dalam tubuh. Biasanya, operasi jenis ini memiliki akhiran – ektomi. Misalnya saja mastektomi (pengangkatan payudara) atau histerektomi (pengangkatan rahim).
  • Mengembalikan. : Operasi juga dilakukan untuk dapat mengembalikan suatu fungsi tubuh menjadi normal kembali. Contohnya, pada rekonstruksi payudara yang dilakukan oleh orang yang telah melakukan mastektomi.
  • Paliatif : Jenis operasi ini ditujukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh pasien yang biasanya mengalami penyakit kronis stadium akhir.

Kelompok operasi berdasarkan tingkat risiko

Setiap operasi bedah pasti memiliki risiko, tetapi tingkat risikonya tentu berbeda-beda. Berikut adalah pengelompokkan operasi berdasarkan tingkat risikonya:

  • Bedah mayor : Merupakan operasi yang dilakukan di bagian tubuh seperti kepala, dada, dan perut. Salah satu contoh operasi ini adalah operasi cangkok organ, operasi tumor otak, atau operasi jantung. Pasien yang menjalani operasi ini biasanya membutuhkan waktu yang lama untuk kembali pulih.
  • Bedah minor : Kebalikan dari tindakan bedah mayor, operasi ini tidak membuat pasiennya harus menunggu lama untuk pulih kembali. Bahkan dalam beberapa jenis operasi,pasien diperbolehkan pulang pada hari yang sama. Contoh operasinya seperti biopsi pada jaringan payudara.

Kelompok operasi berdasarkan teknik

Pembedahan itu sendiri dapat dilakukan dengan beragam teknik berbeda, tergantung dari bagian tubuh mana yang harus dioperasi dan penyakit apa yang diderita oleh pasien.

  • Operasi bedah terbuka : Metode ini biasanya disebut dengan operasi konvensional, yaitu tindakan medis yang membuat sayatan pada bagian tubuh dengan menggunakan pisau khusus. Contohnya adalah operasi jantung, dokter menyayat bagian dada pasien dan membukanya agar organ jantung terlihat jelas.
  • Laparaskopi : Jika sebelumnya operasi dilakukan dengan menyayat bagian tubuh, pada laparaskopi, ahli bedah hanya akan menyayat sedikit dan membiarkan alat seperti selang masuk ke dalam lubang yang telah dibuat, untuk mengetahui masalah yang terjadi di dalam tubuh

Perawatan post operasi bertujuan untuk :

  1. Mengurangi atau menghilangkan risiko komplikasi
  2. Mengajarkan pasien merawat luka pada perawatan post operasi
  3. Mengantisipasi hal – hal yang mungkin akan dibutuhkan pasien
  4. Menjalankan terapi untuk membantu pasien menjadi lebih mandiri
  5. Memantau kemajuan proses penyembuhan

Prosedur Perawatan :

  1. Pemberian obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri dan tidak nyaman, mempercepat penyembuhan, dan menenangkan pasien.
  2. Pengawasan atau pemantauan intensif. Ini berarti dokter bedah tidak melakukan apapun kecuali benar-benar dibutuhkan. Sebaliknya, ia akan memastikan bahwa luka sembuh seperti yang diharapkan.
  3. Pemberian KIE pasien atau keluarga. Dokter bedah memberikan informasi yang dibutuhkan agar pasien dapat lebih terlibat dalam proses penyembuhan. Contohnya adalah informasi tentang cara membersihkan dan melindungi luka, mengenali kemungkinan infeksi, apa yang boleh dimakan, aktivitas yang dapat dilakukan atau harus dihindari ketika masa penyembuhan, cara meningkatkan pergerakan, terapi yang mungkin harus dijalani pasien untuk memulihkan fungsi tubuh, serta obat-obatan untuk dikonsumsi di rumah.
  4. Nutrisi : Dokter bedah biasanya bekerja sama dengan ahli gizi yang dapat membuat pola makan untuk pasien berdasarkan kondisinya atau jenis operasi yang telah dilalui. Pasien juga akan diajarkan tentang jenis makanan dan minuman yang harus dihindari, terutama selama beberapa jam atau hari pertama setelah operasi.
  5. Bimbingan bagi anggota keluarga. Kondisi pasien cenderung akan membaik apabila mereka mendapat dukungan dari keluarga dekat, yang juga dapat bertindak sebagai perawat saat masa penyembuhan. Bimbingan ini sangat membantu dalam mempersiapkan keluarga untuk perubahan yang mungkin terjadi saat pasien dalam masa penyembuhan.
  6. Perawatan yang sistematis: Perawatan pasca bedah tidak hanya terfokus pada organ yang telah dioperasi tetapi juga kesehatan pasien secara keseluruhan. Oleh karena itu, perawatan juga dilakukan pada sistem tubuh lainnya, terutama kardiovaskular, sistem kemih, dan sistem pernapasan.

Komplikasi Post Operasi

Obstruksi jalan nafas

Terjadi bila pasien masih terpengaruh sedasi dan pangkal lidah jatuh ke dalam menutup jalan nafas. Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa respon pasien dengan mengajak bicara untuk memastikan kepatenan jalan nafas. Pasien yang setelah operasi masih tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway  dan ventilasi Tanda – tanda terjadinya obstruksi jalan nafas adanya suara snoring atau gurgling, stridor atau suara nafas tidak normal, hipoksia, penggunaan otot bantu nafas, sianosis

Hipoksia

Hipoksia adalah kondisi kurangnya suplai oksigen ke jaringan tubuh. Hipoksemia adalah menurunnya kadar oksigen di dalam darah. Anestesi atau pembiusan terutama general anesthesia memiliki risiko hipoksemia dan hipoksia. Faktor – faktor yang menyebabkan hipoksemia dan hipoksia selama pembedahan adalah :

  1. Penggunaan obat – obatan untuk paralisis otot pernafasan
  2. Penggunaan obat – obatan sedasi yang dapat mendepresi pernafasan
  3. Posisi tubuh pasien saat operasi
  4. Aspirasi
  5. Durasi pembedahan
  6. Trauma saat pembedahan
  7. Penyakit paru yang sudah diderita pasien

Risiko hipoksia dapat diminimalkan dengan melakukan penilaian dan pemeriksaan pasien secara seksama sebelum melakukan tindakan anestesi atau pembedahan.

Perdarahan internal atau eksternal

Salah satu komplikasi post operasi yang paling sering adalah perdarahan baik aktif maupun masif. Perdarahan yang berlebihan akan menimbulkan syok hipovolemik dengan manifestasi klinis yaitu gelisah, haus, akral dingin, ekstremitas dan konjungtiva pucat, nadi meningkat, suhu tubuh turun, nafas cepat dan dalam.

Hipertensi atau hipotensi

Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistole kurang dari 70 mmHg atau turun lebih dari 25% dari nilai sebelumnya. Hipotensi dapat disebabkan oleh hipovolemia yang diakibatkan oleh perdarahan dan efek samping obat anestesi. Hipertensi disebabkan oleh analgesik dan hipnosis yang tidak adekuat, batuk, penyakit hipertensi sebelum operasi dan ventilasi yang tidak adekuat.

Nyeri post operasi

Nyeri post operasi merupakan efek klinis yang biasa dijumpai pada pasien yang menjalani operasi. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kondisi aktual atau potensial kerusakan jaringan atau luka sayatan

Menggigil/hipotermia

Menggigil dialami oleh sebagian pasien post operasi. Kondisi ini terjadi karena selama operasi pasien tidak bergerak dalam waktu yang cukup lama dan suhu tubuhnya mengalami penurunan. Penggunaan obat bius total untuk operasi juga mempengaruhi kemampuan tubuh dalam mengendalikan suhu tubuh

Muntah, aspirasi

Mual dan muntah post operasi atau Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) tidak mengenakkan bagi pasien dan potensial mengganggu penyembuhan paska operasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi mual muntah post operasi :

  1. Makanan : waktu puasa yang panjang atau baru saja makan
  2. Ansietas : stress dan ansietas bisa menyebabkan muntah
  3. Penyebab operasi : operasi dengan peningkatan TIK, obstruksi saluran pencernaan, kehamilan, aborsi atau pasien dengan kemoterapi
  4. Efek obat : analgetik mempunyai efek samping mual dan muntah.
  5. Teknik anestesi : general anestesi memiliki efek mual muntah yang lebih tinggi daripada regional anestesi.
  6. Durasi operasi : setiap 30 menit penambahan waktu operasi resiko mual muntah (PONV) meningkat sampai 60%

Jatuh Ke lantai

Tingkat resiko jatuh dipengaruhi oleh jenis kelamin, jenis pekerjaan, usia, pendidikan, riwayat jatuh sebelumnya, alat bantu yang digunakan, gaya berjalan/cara berpindah, status mental/daya ingat yang dimiliki serta terpasangnya terapi intravena

Sisa narkosis

Merupakan sisa dari anestesi setelah operasi. Anestesi  diberikan pada pasien yang menjalani operasi dengan tujuan membuat pasien tenang dan mengurangi rasa nyeri. Ada beberapa jenis agen anestesi yang biasa digunakan dan masing – masing memiliki efek samping serta durasi pengaruh yang berbeda. Selama operasi penggunaan anestesi diperhitungkan sehingga kecil kemungkinan pasien bangun di tengah operasi

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Pasien Post Operasi Perlukah Observasi Intensif?.

Pengarahan dan Motivasi Kerja

0
Pengarahan dan Motivasi Kerja

Pentingkah pengarahan dan motivasi kerja? Pengarahan dan motivasi kerja seorang manajer dalam melakukan pelayanan keperawatan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi penampilan kerja dan kepuasan kerja seorang perawat. Sehingga kedua hal tersebut dapat menentukan kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Untuk mencapai tujuan di atas pengelola keperawatan harus mengetahui pengarahan dan faktor yang mempengaruhi motivasi seorang tenaga perawat yang sedang bekerja serta cara dalam memberikan pengarahan dan motivasi kerja, dengan harapan untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan dibidang keperawatan. Pengarahan dan motivasi kerja merupakan hal kecil namun vital, bila manager bisa menerapkan pengarahan dan motivasi kerja ini pada staff pastinya akan meningkatkan kualitas pelayanan. Mari kita simak artikel maimelajah.com berikut ini.

Pengarahan

Manajemen merupakan proses pencapaian tujuan yang sudah ditentukan, dengan mempergunakan bantuan orang lain. Agar tujuan dapat tercapai, maka sumber daya manusia yang ada harus diarahkan dengan baik. Pengarahan berarti rangkaian kegiatan atau proses menjaga, memelihara dan mengembangkan organisasi melalui kegiatan setiap personel, baik secara struktural maupun funsional, agar kegiatan-kegiatan tidak terlepas dari wewenang dan tanggung jawabnya dalam rangka mewujudkan tugas pokok masing-masing (Monica, Elaine, 1998).

Pengarahan adalah upaya agar sumber daya manusia yang ada dalam organisasi melaksanakan rencana yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, pengarahan dalam manajemen pada hakekatnya adalah pemberian perintah dari pemimpin atau atasan kepada bawahan. Di dalam perintah terkandung empat unsur (H. Siagian, 1997) yaitu sebagai berikut:

  1. Instruksi resmi atau tidak, baik tertulis maupun lisan
  2. Dari atasan kepada bawahan, bukan sebaliknya
  3. Bertindak atau tidak
  4. Dalam rangka mencapai tujuan

Prinsip-Prinsip Perintah

Perintah merupakan unsur penting dalam memberikan bimbingan dan pengarahan. Perintah adalah kegiatan menyuruh orang lain baik individu maupun kelompok agar mengerjakan suatu keputusan yang telah ditetapkan. Supaya perintah yang diharapkan tercapai, maka perintah tersebut harus bersifat memaksa, namun perlu diingat bahwa yang diperintah adalah manusia yang mempunyai harga diri dan martabat. Sehingga bawahan mau dan rela serta merasa bertanggung jawab dalam melaksanakan perintah, sebaiknya diberitahukan alasan-alasan serta latar belakang mengapa demikian. Hal seperti itu mempermudah dan mendorong bawahan untuk menerima dan melaksanakan perintah tersebut (H. Siagian, 1997).

Disamping itu di dalam memberikan pengarahan dan bimbingan perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

  1. Perintah harus jelas
  2. Perintah harus diberikan satu persatu
  3. Perintah harus dimengerti oleh bawahan mengenai apa yang harus dikerjakan dan bila perlu diberikan pedoman pelaksanaannya
  4. Perintah harus diberikan kepada orang yang tepat disertai dengan sarana atau peralatan yang cukup untuk pelaksanaannya
  5. Memberikan perintah perlu disertai pendelegasian wewenang kepada bawahan, sehingga bawahan merasa diakui dan dipercaya.
  6. Perintah harus diusahakan sedemikian rupa agar berkenan di hati bawahan sehingga bawahan termotivasi untuk melakukannya.
  7. Bawahan harus dimotivasi untuk mengembangkan serta menyumbangkan pikiran atau tindakan dalam pencapaian tujuan organisasi.
  8. Menggerakkan orang untuk mencapai hasil yang diinginkan, berhubungan erat dengan sejauh mana penghargaan pimpinan atas pekerjaan bawahan.
  9. Memberikan koreksi pada personel yang kurang tepat dalam melaksanakan tugas pokoknya.
  10. Memutasikan personel pada bidang kerja yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

Selain prinsip-prinsip di atas, perlu diingat bahwa keberhasilan suatu peritah juga tergantung pada sistem kepemimpinan (leadership) yang ada dalam organisasi. Dengan demikian keberhasilan suatu perintah tergantung pada pemimpin atau manajer organisasi. Jadi pengarahan atau perintah mengandung aspek-aspek sebagai berikut:

  1. Pemberian wewenang atau pendelegasian wewenang
  2. Pemberian bimbingan / tuntunan / pedoman
  3. Pemberian motivasi
  4. Pemberian penghargaan
  5. Kepemimpinan

Langkah-Langkah Pengarahan yang Efektif

Menurut George R. Terry (Susilo Martoyo, 1988). Langkah-langkah yang penting memungkinkan tercapainya pengarahan yang efektif adalah:

  1. Buatlah orang-orang dalam organisasi itu merasa penting dan mempunyai kepentingan.
  2. Kenalilah perbedaan yang ada pada masing-masing individu.
  3. Jadilah seorang pendengar yang baik.
  4. Hindarilah perdebatan.
  5. Ketahuilah sebaik-baiknya perasaan orang lain.
  6. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membujuk.
  7. Hindari dominasi.
  8. Berikan kesempatan kepada kebanyakan orang untuk menginginkan sesuatu dalam organisasi dengan disertai kejelasan tentang hak dan manfaat yang akan diperoleh.
  9. Ikutsertakan dalam proses manajemen.
  10. Perintah atau instruksi hendaknya jelas dan selengkap mungkin.
  11. Gunakan supervisi atau pengawasan untuk memantau hasil dari pengarahan.

Motivasi

Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberikan kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner dan Freeman, 1995).

Motivasi menurut Ngalim Purwanto (2000) bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Sbortel & Kaluzny (1994) motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang untuk melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.

Memotivasi adalah proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai “apa yang membuat orang tergerak” (Stoner & Freeman, 1995). Menurut bentuknya motivasi terdiri dari:

  1. Motivasi Intrinsik yaitu: motivasi yang datangnya dari dalam diri individu. Misalnya ingin bekerja karena peningkatan status.
  2. Motivasi Ekstrinsik yaitu: motivasi yang datangnya dari luar individu. Misalnya ingin bekerja karena akan mendapat gaji yang tinggi.
  3. Motivasi Terdesak yaitu: motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali. Misalnya ingin bekerja karena terdesak/terpaksa adanya suatu aturan atau prosedur yang harus dikerjakan dan tidak bisa diubah lagi.

Teori Motivasi

Motivasi dapat diuraikan melalui dua cara yaitu

  1. Content theories (teori isi), yang menguraikan mengapa sesorang berperilaku tertentu.
  2. Process theories (teori proses), yang menguraikan bagaimana mengontrol atau mempengaruhi perilaku seseorang.

1. Teori Isi Motivasi (Content theories of Motivation)

Teori isi motivasi berfokus pada faktor atau kebutuhan seseorang  yang menguatkan, mengarahkan, mempertahankan dan menghentikan perilaku (Swnaburg, 1990). Ada beberapa teori dalam teori isi motivasi yaitu:

a. Teori Kebutuhan (Maslow, 1954, dikutip oleh Sullivan dan Decker, 1985)

Teori Kebutuhan (Maslow, 1954, dikutip oleh Sullivan dan Decker, 1985). Teori kebutuhan dari Maslow sering digunakan keperawatan untuk mengerti perilaku manusia. Perawat sama dengan manusia lainnya yang mempunyai kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri. Teori ini didasari oleh asumsi bahwa manusia tidak pernah puas artinya jika kebutuhan fisilogis terpenuhi maka individu termotivasi untuk memenuhi kebutuhan berikutnya, demikian seterusnya. Penjelasan ini memberikan dampak pada pengelola keperawatan bahwa motivasi harus terus digerakkan, tidak berat pada satu pencapaian, tetapi terus bergerak pada pencapaian yang lebih tinggi dari yang sebelumnya.

b. Teori Prestasi, Ikatan dan Kekuatan (McClelland, 1961, dikutip oleh Gillies, 1989)

Teori Prestasi, Ikatan dan Kekuatan (McClelland, 1961, dikutip oleh Gillies, 1989). McClelland mengemukakan bahwa kebutuhan mencapai prestasi tertentu merupakan pendorong yang kuat untuk melebihi apa yang dicapai atau melakukan sesuatu lebih baik dari sebelumnya. Menurut McClelland ada tiga kebutuhan yang mempengaruhi seseorang untuk berpenampilan kerja lebih baik dari sebelumnya, yaitu:

  • Keberhasilan : Karakteristik individu yang ingin berprestasi tinggi adalah mempunyai tujuan realistis, senang aktivitas pemecahan masalah, menyukai umpan balik yang konkrit tentang penampilannya, senang menghadapi tantangan dan bertanggung jawab. Jika individu seperti ini ditempatkan pada situasi unit yang monoton dan statis maka akan menurunkan penampilan kerjanya
  • Afiliasi : Individu mempunyai ikatan, misalnya sahabat, kasih sayang dan rasa dimiliki dan memiliki. Individu yang membutuhkan ikatan interpersonal yang tinggi menginginkan unit kerja yang selalu ada interaksi.
  • Kekuasaan : Individu ingin mengontrol orang lain dan sering menolak pengawasan terhadap dirinya. Jika ditemukan pekerja yang selalu ingin mengontrol maka posisinya harus disesuaikan misalnya posisi yang perlu mempengaruhi orang lain.

Menurut McClelland lebih lanjut bahwa program latihan dapat meningkatkan motivasi pekerja pada berbagai area pekerjaan.

c. Teori dua faktor (Hersberg, 1966, dikutip oleh Sullivan & Decker, 1985).

Teori dua faktor (Hersberg, 1966, dikutip oleh Sullivan & Decker, 1985). Herzberg mengemukakan bahwa motivasi identik dengan kepuasan kerja. Kepuasan dan ketidakpuasan kerja tidak berada dalam satu kontinum, namun keduanya merupakan hal yang berbeda khususnya dalam hal penyebab atau faktor yang mempengaruhi. Dua faktor yang mempengaruhi motivasi menurut Herzberg sebagai berikut:

  • Faktor Ekstrinsik : Merupakan faktor dari luar individu yang mempengaruhi ketidakpuasan kerja atau faktor yang mempertahankan pekerja. Jika faktor ini dapat dicegah bukan berarti kepuasan kerja sudah dicapai karena kepuasan kerja masih dipengaruhi faktor yang lain. Faktor ekstrinsik sebagi berikut:
    1. Gaji
    2. Supervisi
    3. Hubungan denga atasan
    4. Hubungan dengan teman sekelompok
    5. Hubungan dengan bawahan
    6. Peraturan dan prosedur institusi (misalnya jam kerja & kebijakan)
    7. Kondisi kerja
    8. Keselamatan kerja
  • Faktor Intrinsik
    Faktor intrinsik disebut juga faktor “motif” atau pendorong. Jika faktor tersebut ada maka pekerja dapat mencapai kepuasan kerja, namun jika faktor tesebut tidak ada belum tentu tidak terjadi ketidakpuasan. Faktor Intrinsik adalah sebagai berikut:
    1. Pencapaian prestasi
    2. Penguatan
    3. Tanggung jawab
    4. Peningkatan status
    5. Tugas itu sendiri
    6. Kemungkinan berkembang

2. Teori Proses Motivasi (Process Theories of  Motivation)

Teori proses motivasi berfokus pada cara mengontrol atau mempengaruhi peprilaku seseorang. Ada empat teori yang membahas proses terjadinya motivasi yaitu penguatan (reinforcement), pengharapan (expectancy), keadilan (equity), dan penetapan target (goal setting)

a. Teori Penguatan (reinforcement)

Perilaku dipelajari melalui proses. Pengetahuan didapat melalui konsekuensi dari perilaku. Konsekuensi dari perilaku mempengaruhi diulang atau tidak suatu perilaku. Perilaku yang memuaskan harus dikuatkan dan dipuji untuk meningkatkan dorongan mengulang kembali perilaku tersebut. Contoh seseorang siswa melakukan praktek menyuntik dan pasien mengatakan “sedikitpun tidak sakit”, lalu klinikal instruktur mengatakan “anda melakukan dengan baik”. Kedua pujian ini merupakan konsekuensi yang memuaskan dari perilaku siswa. Konsekuensi yang memuaskan hanya timbul jika perilaku yang ditampilkan memuaskan. Setiap konsekuensi ini timbul maka perilaku semakin dikuatkan.

Pujian yang diberikan pada seseorang jika ia berperilaku positif disebut penguatan positif (positive reinforcement). Masih ada penguatan yang lain yaitu penguatan negatif, hukuman dan penindakan (extinction). Namun yang dianjurkan, yang paling mudah dan paling efektif dapat merubah perilaku seseorang adalah penguatan positif.

b. Teori Pengharapan (expectancy)

Pengharapan adalah tingkat penampilan tertentu mungkin terwujud melalui usaha tertentu. Individu akan memilih alternative usaha yang memungkinkan hasil yang paling baik (Swanburg, 1990).

Teori harapan ini berpikir atas dasar:

  • Harapan Hasil Prestasi : Individu mengharapkan konsekuensi tertentu dari tingkah laku mereka. Harapan nantinya akan mempengaruhi keputusan mereka tentang cara bertingkah laku.
  • Valensi : Hasil dari suatu tingkah laku tertentu mempunyai valensi atau kekuatan untuk motivasi, yang bervariasi dari satu individu ke individu yang lainya.
  • Harapan Prestasi Usaha : Harapan seseorang mengenai seberapa sulit untuk melaksanakan tugas secara berhasil dan mempengaruhi keputusan tentang tingkah laku.

Tingkah laku seseorang sampai tingkat tertentu akan tergantung, pada tipe hasil yang diharapkan. Beberapa hasil berfungsi sebagai imbalan intrinsik – sebagai imbalan yang dirasakan lansung oleh orang yang bersangkutan. Imbalan ekstrinsik sebagai pujian atau promosi yang diberikan oleh pihak luar, seperti bonus yang diberikan oleh supervisor atau kelompok kerja.

c. Teori Keadilan (equity)

Keadilan adalah usaha atau kontribusi yang diberikan dihargai sama dengan penghargaan pada orang lain. Yang termasuk kontribusi ini adalah kemampuan, pendidikan, pengalaman, dan usaha. Sedang penghargaan adalah gaji, fasilitas dan kenaikan golongan.

Perlakuan yang adil tidak akan merubah perilaku tetapi perlakuan yang tidak adil akan merubah perilaku (Sullivan & Decker, 1985). Penelitian tentang keadilan banyak berfokus pada gaji. Dengan banyaknya dibuka rumah sakit swasta, dimana kontribusi sama namun penghargaan (gaji) tidak sama dapat mengakibatkan perubahan perilaku perawat atau tenaga lain.

d. Teori Penetapan target (goal setting)

Penelitian menggambarkan bahwa penetapan tujuan yang spesifik menghasilkan tingkat penampilan yang lebih tinggi dari tujuan umum atau tanpa tujuan (Locke, Shaw, Saari dan Latham, 1981) tujuan hendaknya mempunyai 5 komponen  yaitu SMART : Spesific, Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai), Realistis, Time bond (batasan waktu). Kejelasan tujuan akan memotivasi individu melakukan tugas yang diberikan.

Motivasi Kerja

Bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan. Dan aktivitas ini melibatkan baik fisik dan mental (M. As’ad, 2001). Menurut Gilmer (1971) bahwa bekerja itu dapat merupakan proses fisik maupun mental dalam mencapai tujuannya.

Motivasi bekerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Mangkunegara, 2000).

Prinsip-prinsip dalam motivasi kerja pegawai

Menurut Mangkunegara (2000) prinsip-prinsip dalam memotivasi kerja pegawai sebagai berikut :

  1. Prinsip partisipasif : Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
  2. Prinsip komunikasi : Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan derngan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah termotivasi.
  3. Prinsip mengakui andil bawahan : Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut pegawai akan lebih mudah termotivasi.
  4. Prinsip pendelegasian wewenang : Pemimpin akan memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
  5. Prinsip memberi perhatian : Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahannya, maka bawahan akan termotivasi bekerja sesuai dengan harapan pemimpin.

Peran Manajer Dalam Menciptakan Motivasi

Manajer memegang peranan penting dalam memotivasi staf untuk mencapai tujuan organisasi. Kegiatan yang perlu dilaksanakan manajer dalam rangka menciptakan suasana yang motivatif adalah:

  1. Mempunyai harapan yang jelas terhadap stafnya dan mengkomunikasikan harapan tersebut kepada para staf
  2. Harus adil dan konsisten terhadap semua staf / karyawan
  3. Pengambilan keputusan harus tepat dan sesuai.
  4. Kembangkan konsep tim kerja
  5. Akomodasikan kebutuhan dan keinginan staf terhadap tujuan organisasi
  6. Tunjukkan kepada staf bahwa anda memahami perbedaan-perbedaaan dan keunikan dari masing-masing staf
  7. Hindarkan adanya suatu kelompok / perbedaan antar staf.
  8. Berikan kesempatan kepada staf untuk menyelesaikan tugasnya dan melakukan suatu tantangan-tantangan yang akan memberiak pengalaman bermakna
  9. Mintalah tanggapan dan masukan staf terhadap keputusan yang akan dibuat di organisasi.
  10. Pastikan bahwa staf mengetahui dampak dari keputusan yang dan tindakan yang akan dilakukan.
  11. Beri kesempatan setiap orang untuk mengambil keputusan sesuai tugas yang dilimpahkan kepadanya.
  12. Ciptakan situasi saling percaya dan kekeluargaan dengan staf.
  13. Beri kesempatan kepada staf untuk melakukan koreksi dan pengawasan terhadap tugas.
  14. Jadilah “Role Model” bagi staf.
  15. Berikan dukungan positif kepada staf.

Cara Menciptakan Iklim Motivasi

  1. Identifikasi penyebab stress
  2. Rotasi dinas yang luwes
  3. Adanya pelatihan
  4. Suasana kerja yang akrab dan terbuka
  5. Komunikasi yang efektif
  6. Reinforcement
  7. Peningkatan kesejahteraan

Penutup

Demikian pembahasan pada artikel kami yang berjudul Pengarahan dan Motivasi Kerja. Terima Kasih

Unduh Materi

Materi lengkap tentang Pengarahan dan Motivasi Kerja dapat diunduh pada link berikut ini : PENGARAHAN DAN MOTIVASI KERJA

Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat

0

Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat merupakan artikel yang coba maimelajah.com angkat pada kesempatan ini. Tidak sulit bagi Anda untuk belajar dan memahami bantuan hidup dasar sesuai pedoman AHA (American Heart Association) 2010. Kematian akibat serangan jantung yang tiba-tiba (suddencardiacdeath) merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi pada klinik dan masyarakat pada hampir semua negara. Di Amerika Serikat sebagai negara yang sudah maju masih terjadi kurang lebih 400.000 kasus suddencardiacdeath setiap tahunnya. Pasien dengan sudden cardiac death menunjukkan sekitar 80% disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Angka harapan hidup pada pasien yang mengalami sudden cardiac death di luar rumah sakit masih sangat rendah sekitar 2 – 25%. Pasien yang dapat tertolong masih mempunyai risiko tinggi serangan ulang.

Di Indonesia kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah masih menduduki urutan pertama. Angka kematian akibat serangan jantung yang tiba-tiba masih belum diketahui secara pasti. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 prevalensi penyakit jantung di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan wawancara 7,2% dan berdasarkan diagnostik menunjukkan angka 0,9%. Dengan asumsi penduduk Indonesia 228.523.342 orang (Biro Pusat Statistik, 2008), maka terdapat 16.453.680 orang yang mengalami penyakit jantung dan mempunyai risiko terjadinya sudden cardiac death. Anda sebagai perawat harus mampu menolong pasien henti jantung yang terjadi di dalam dan di luar rumah sakit sehingga akan meningkatkan angka harapan hidup pada pasien henti jantung. Sebelum melakukan bantuan hidup dasar, Anda harus memahami tentang henti jantung. Mari kita simak penjelasan tentang Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat berikut ini :

Henti Jantung

Henti jantung adalah penghentian tiba-tiba aktivitas pompa jantung efektif yang mengakibatkan penghentian sirkulasi. Dengan berhentinya sirkulasi akan menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Kematian biologis dimana kerusakan otak tidak dapat diperbaiki lagi hanya terjadi kurang lebih 4 menit setelah tanda-tanda kematian klinis. Kematian klinis ditandai dengan hilangnya nadi karotis dan femoralis, terhentinya denyut jantung dan atau pernafasan serta terjadinya penurunan/hilangnya kesadaran.

Penyebab Henti Jantung :

Keadaan henti jantung dan paru dapat terjadi secara sendiri-sendiri atau bersama- sama. Penyebab henti jantungsebagai berikut :

  • Penyakit kardiovaskuler: penyakit jantung iskemik, infarkmiokard akut aritmia lain, emboli paru
  • Kekurangan oskigen: sumbatan benda asing, henti nafas
  • Kelebihan dosis obat: digitalis, quinidin, anti depresan trisiklik
  • Gangguan asam basa/elektrolit: asidosis, hiperkalemi, hiperkalsemi, hipomagnesium
  • Kecelakaan: tenggelam, tersengat listrik
  • Refleks vagal
  • Syok
Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien henti jantung dan nafas adalah dengan Resusitasi Jantung Paru (Cardio pulmonary Resuscitation/CPR).Resusitasi Jantung Paru adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas dan atau henti jantung ke fungsi optimal untuk mencegah kematian biologis. Oktober 2010 American Heart Association (AHA) mengumumkan perubahan prosedur CPR yang sudah dipakai dalam 40 tahun terakhir.

Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat

Terdapat perubahan sistematika dari A-B-C (Airway-Breathing-Chestcompressions) menjadi C-A-B (Chestcompressions-Airway-Breathing), kecuali pada neonatus. Alasan perubahan adalah pada sistematika A – B – C, seringkalichestcompression tertunda karena proses Airway. Dengan mengganti langkah C – A – B maka kompresi dada akan dilakukan lebih awal dan ventilasi hanya sedikit tertunda satu siklus kompresi dada (30 kompresi dada secara ideal dilakukan sekitar 18 detik). Keberhasilan resusitasi membutuhkan integrasidan koordinasi dari kegiatan yang ada dalam Chain of Survival.

Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat

Sebelum penolong melakukan pertolongan pada pasien henti jantung, perhatikan lingkungan sekitar, hati-hati terhadap bahaya seperti arus listrik, kebakaran, kemungkinan ledakan, pekerjaan konstruksi, atau gas beracun.Pastikan tempat tersebut aman untuk melakukan pertolongan.Setelah penolong yakin bahwa lingkungan telah aman, penolong harus memeriksa kesadaran korban. Cara melakukan penilaian kesadaran, tepuk atau goyangkan korban pada bahunya sambil berkata “ Apakah Anda baik-baik saja?”. Apabila korban ternyata bereaksi tetapi dalam keadaan terluka atau perlu pertolongan medis, tinggalkan koban segera mencari bantuan atau menelepon ambulance, kemudian kembali sesegera mungkin dan selalu menilai kondisi korban.Apabila klien tidak berespon, segera hubungi ambulance.Beri informasi tentang lokasi kejadian, kondisi & jumlah korban dan pertolongan yang dilakukan.Kemudian kembali ke korban dan segera melakukan

Rantai 2: Resusitasi Jantung Paru Secara Segera

Setiap melakukan Resusitasi Jantung Paru selalu ingat sistematika C-A-B.Dalam unsur C terdiri dari dua kegiatan yaitu cek nadi dan kompresi dada.

Cek Denyut Nadi

Penolong awam sebanyak 10% gagal dalam menilai ketidakadaan denyut nadi dan sebanyak 40% gagal dalam menilai adanya denyut nadi.Untuk mempermudah, penolong awam diajarkan untuk mengasumsikan jika korban tidak sadar dan tidak bernafas maka korban juga mengalami henti jantung.

Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat

Kompresi Dada

Kompresi dada merupakan tindakan berirama berupa penekanan pada tulang sternum bagian setengah bawah.Kompresi dada dapat menimbulkan aliran darah karena adanya peningkatan tekanan intrathorak dan kompresi langsung pada jantung.Aliran darah yang ditimbulkan oleh kompresi dada sangatlah kecil, tetapi sangat penting untuk dapat membawa oksigen ke otak dan jantung.

Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat

Airway: Buka Jalan Nafas

Anda harus membuka jalan nafas dengan manuver tengadah kepala topang dagu (headtilt-chin lift maneuver) untuk korban cedera dan tidak cedera. JawThrust tidak direkomendasikan untuk penolong awam. Anda menggunakan headtilt-chin lift maneuver untuk membuka jalan nafaspada korban yang tidak mengalami cedera kepala dan leher seperti pada gambar 3, dengan cara ekstensikan kepala dengan membuka rahang bawah dan menahan dahi. Apabila Anda menemukan korban yang mengalami cedera kepala dan leher menggunakan teknik JawThrust tanpa ekstensi kepala (gambar 4) dengan cara posisi Anda berada di atas korban/pasien kemudian gunakan kedua ibu jari utk membuka rahang bawah dan jari-jari tangan yang lain menarik tulang mandibular.

Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat

Breathing: Periksa Pernafasan

Berikut ini Anda akan mempelajari cara memberikan bantuan pernafasan, hal ini dapat dilakukan dengan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut, dari mulut ke alat pelindung pernafasan, dari mulut ke hidung dan ventilasi bagging-sungkup.

Bantuan Nafas

  • Bantuan Nafas dari Mulut Ke Mulut

Pada saat Anda memberikan bantuan nafas dari mulut ke mulut, buka jalan nafas korban, tutup kuping hidung korban dan mulut penolong menutup seluruh mulut korban (gambar 5).Berikan 1 kali pernafasan dalam waktu 1 detik dan berikan bantuan pernafasan kedua dalam waktu 1 detik.

Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat
  • Bantuan Nafas dari Mulut ke Alat Pelindung Pernafasan

Walaupun aman, beberapa petugas kesehatan dan penolong awam ragu-ragu untuk melakukan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut dan lebih suka menggunakan alat pelindung. Alat pelindung ada dua tipe, yaitu alat pelindung wajah dan sungkup wajah. Pelindung wajah berbentuk selembar plastik bening atau lembaran silikon yang dapat mengurangi sentuhan antara korban dan penolong tetapi tidak dapat mencegah terjadinya kontaminasi bagi penolong (gambar 6). Sungkup wajah ada yang telah dilengkapi dengan lubang untuk memasukkan oksigen.

Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat
  • Bantuan Nafas dari Mulut ke Hidung

Bantuan nafas dari mulut ke hidung direkomendasikan jika pemberian nafas melalui mulut korban tidak dapat dilakukan (misalnya luka yang sangat berat pada mulut, mulut tidak dapat dibuka, atau menutup mulut korban tidak dapat dilakukan).

  • Ventilasi Bagging-Sungkup

Ventilasi bagging-sungkup memerlukan ketrampilan untuk dapat melakukannya. Apabila Anda seorang diri menggunakan alat bagging-sungkup harus dapat mempertahankan terbukanya jalan nafas dengan mengangkat rahang bawah, tekan sungkup ke muka korban dengan kuat dan memompa udara dengan memeras bagging. Anda harus dapat melihat dengan jelas pergerakan dada korban pada setiap pernafasan. Bagging sungkup sangat efektif bila dilakukan oleh dua penolong dan berpengalaman. Salah satu penolong membuka jalan nafas dan menempelkan sungkup ke wajah korban sambil penolong lain memeras bagging. Keduanya harus memperhatikan pengembangan dada korban. Petugas kesehatan dapat mempergunakan tambahan oksigen (10-12 liter/menit) jika tersedia.

Posisi Sisi Mantap (Recovery Position)

Setelah Anda selesai memberikan Bantaun Hidup dasar dan dari hasil pemeriksaan Anda dapatkan sirkulasi, air way dan breathing baik makan korban Anda berikan posisi mantap (Recovery Position). Posisi sisi mantap dipergunakan untuk korban dewasa yang tidak sadar yang telah bernafas dengan normal dan sirkulasi efektif. Posisi ini dibuat untuk menjaga agar jalan nafas tetap terbuka dan mengurangi risiko sumbatan jalan nafas dan aspirasi. Korban diletakkan pada posisi miring pada salah satu sisi badan dengan tangan yang di bawah berada di depan badan.

Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat
Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat

Komplikasi RJP

Fraktur iga dan sternum, sering terjadi terutama pada orang tua, RJP tetap diteruskan walaupun terasa ada fraktur iga. Fraktur mungkin terjadi bila posisi tangan salah. Komplikasi lain dapat berupa Pneumothorax, Hemothorax, Kontusio paru, Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang terlalu rendah akan menekan proces usxipoideus ke arah hepar (limpa) dan Emboli lemak.

RJP Anak

Sumbatan Jalan Nafas Pada Dewasa

  • Klien tidak dapat bicara
  • Tidak dapat bernafas
  • Tidak dapat batuk
  • Dapat terjadi Sianosis
  • Klien sering memegang lehernya diantara ibu jari dan jari lainnya
  • Dapat terjadi penurunan kesadaran

Dengan mempelajari gambar 10 Anda dapat mengidentifikasi penyebab terjadinya sumbatan jalan nafas: pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran sampai dengan koma, memiliki tanda dan gejala dapat dilihat seperti: lidah terjatuh ke belakang; pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran dan bila pasien mengalami muntah, memiliki kemungkinan bahan muntahan akan menyumbat saluran pernafasan; makan yang masuk ke saluran pernafasan juga menyebabkan penyumbatan saluran nafas dan pada pasien yang menggunakan gigi palsu non permanen apabila terlepas akan menyebabkan penyumbatan jalan nafas.

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat. Terima Kasih

Unduh Materi

Materi lengkap tentang Bantuan Hidup Dasar Gawat Darurat dapat diunduh pada link berikut ini : BANTUAN HIDUP DASAR

Mengenal Microsoft Excel 2016

1
Mengenal Microsoft Wxcel 2016

Microsoft Excel adalah salah satu aplikasi yang digunakan untuk melakukan pengolahan angka. Aplikasi ini dibuat dan dikembangkan oleh Microsoft Corporation, pertama kali microsoft excel dibuat pada tahun 1985 pada waktu itu bernama Excel (Tanpa ada nama Microsoft), dibuat untuk sistem operasi Mac OS atau Macintosh pada waktu itu. Dan Pada Tahun 1987 barulah pihak Microsoft mulai mengembangkan untuk Windows dengan nama Microsoft Excel 2 (Versi 2.0). Dari tahun ke tahun Microsoft terus mengembangkan Microsoft Excel, sampai pada Tahun 2016, Microsoft mengembangkan Microsoft Excel 2016. Apakah itu Microsoft Excel 2016? Nah, mari kita simak penjelasan dari artikel maimelajah.com yang berjudul Mengenal Microsoft Excel 2016.

Baca :
Pengenalan Microsoft Word 2016

Definisi Microsoft Excel

Microsoft Excel adalah aplikasi yang digunakan untuk mengolah angka dan data. Yang memiliki banyak kemampuan antara lain mengolah data tabel, pembuatan grafik, pembuatan diagram, penghitungan atau kalkulasi, penggunaan operasi rumus dan fungsi, penyaringan data dan lain sebagainya. Selain itu Microsoft Excel juga dapat mengolah data statistic dan menganalisisnya.

Microsoft Excel 2016 berorientasi pada kebutuhan pemakai dan menyediakan berbagai alat canggih yang dapat anda gunakan untuk menganalisa, berbagi/share dan mengatur data dengan mudah.

Fungsi Microsoft Excel

Fungsi atau kegunaan Microsoft Excel dalam pekerjaan sehari-hari antara lain :

  • Membuat, mengedit, mengurutkan, menganalisa, meringkas data
  • Melakukan perhitungan aritmatika dan statistika
  • Membantu menyelesaikan soal-soal logika dan matematika
  • Membuat berbagai macam grafik dan diagram
  • Membuat catatan keuangan, anggaran serta menyusun laporan keuangan
  • Menghitung dan mengelola investasi, pinjaman, penjualan, investasi dan lain-lain
  • Melakukan analisa serta riset harga
  • Membuat daftar hadir serta daftar nilai sekolah
  • Melakukan konversi mata uang
  • Melakukan perhitungan dari hasil penelitian
  • Dan masih banyak hal yang bisa dilakukan oleh Microsoft Excel

Manfaat Microsoft Excel

Bidang Akuntansi

Dalam bidang akuntansi Microsoft Excel digunakan untuk menghitung jumlah Laba/Rugi dari suatu perusahaan, mencari besarnya keuntungan per-periode, menghitung gaji, dan lain sebagainya.

Kalkulasi Matematis

Digunakan untuk mencari data dari hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, serta berbagai macam variasinya

Pengelolaan Data

Pemanfaatan Excel untuk pengelolaan data yaitu untuk pengelolaan data base statistik, mencari nilai tentah, rata-rata, dan pencarian nilai maksimal dan minimal dari sebuah data dan masih banyak yang lainnya

Pembuatan Grafik

Excel dapat digunakan untuk membuat grafik, disini grafik mempunyai fungsi untuk menggambarkan data-data yang berupa angka-angka kebentuk yang lebih sederhana secara detail. Contoh pembuatan grafik perkembangan jumlah penduduk selama satu tahun, grafik perkembangan jumlah siswa, grafik kunjungan perpustakaan, grafik kelulusan siswa dan lain sebagainya

Operasi Tabel

Dengan jumlah baris pada microsoft excel yang mencapai 1.084.576 dan kolom 16.384, maka kita tidak akan merasa kesulitan dalam menginput dan mengolah data.

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai Mengenal Microsoft Excel 2016. Sampai jumpa lagi di penjelasan microsoft excel selanjutnya. terima kasih

Manajemen Konflik, Bagaimana Mengaturnya?

1
Manajemen Konflik, Bagaimana Mengaturnya?

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai Manajemen Konflik, Bagaimana Mengaturnya?. Manusia hidup tidak lepas dari sebuah interaksi. Konflik cenderung timbul di dalam suatu interaksi antara satu dengan yang lainnya, seperti halnya pada sebuah kelompok dalam satu organisasi. Dalam institusi pelayanan kesehatan terjadi interaksi, baik terjadi antara kelompok staff dengan staff, staff dengan klien, staff dengan keluarga dan pengunjung, staff dengan dokter, maupun dengan yang lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu terjadinya konflik. Konflik erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan tersebut sewaktu – waktu dapat memicu timbulnya kemarahan. Yang dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan kegiatannya secara langsung, dan dapat menurunkan produktifitas kerja organisasi secara langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan kemampuan individu dalam menjalankan manajemen konflik

Pengertian Manajemen Konflik

Manajemen

Managemen adalah mengungkapkan apa yang hendak dikerjakan dan kemudian menyelesaikannya. Dengan kata lain, managemen menentukan tujuannya dahulu dengan pasti ( yakni menyatakan menentukan dengan rinci apa yang hendak dituju ) dan kemudian mencapainya.

Konflik

Konflik adalah masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai – nilai atau keyakinan dari 2 orang atau lebih. ( Marquis dan Huston, 1998 ). Konflik dikategorikan sebagai kejadian atau proses ( Litllefield, 1995). Sebagai kejadian, konflik terjadi dari suatu ketidak setujuan antara dua orang atau organisasi dimana seseorang tersebut menerima sesuatu yang akan  mengancam kepentingannya. Sebagai proses, konflik dimanifestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau kelompok, dimana setiap orang / kelompok berusaha menghalangi atau mencegah kepuasan dari seseorang.

Kategori Konflik

Konflik dapat dibedakan menjadi tiga jenis :

  1. Intrapersonal adalah : konflik yang terjadi pada individu sendiri.
  2. Interpersonal : Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai, tujuan dan keyakinan berbeda.
  3. Antar kelompok/ Intergroup : Konflik terjadi antara dua atau lebih kelompok orang, departemen/ organisasi.

Penyebab Konflik

Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab sebagai berikut;

  1. Batasan pekerjaan yang tidak jelas.
  2. Hambatan komunikasi.
  3. Tekanan waktu.
  4. Standar, peraturan, dan kebijakan yang tidak masuk akal.
  5. Pertikaian antar pribadi.
  6. Perbedaan status.
  7. Harapan yang tidak terwujud.

Proses Konflik

Dibagi menjadi beberapa tahapan :

  1. Konflik laten : Tahapan konflik yang terjadi terus – menerus  ( laten ) dalam suatu organisasi.
  2. Felt konflik ( konflik yang dirasakan ) : Konflik yang terjadi karena adanya suatu yang dirasakan sebagai ancaman, ketakutan, tidak percaya, dan marah.
  3. Konflik yang nampak / sengaja dimunculkan : Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusi.
  4. Resolusi konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua orang yang terlibat di dalamnya dengan prinsip “ win- win solution “ .
  5. Konflik “ aftermath “ : Konflik yang terjadi akibat dari tidak terselesaikannya konflik yang pertama
Manajemen Konflik, Bagaimana Mengaturnya?

Terdapat tiga metode dalam managemen konflik yaitu :

  1. Metode harmonisasi konflik : konflik dapat bersifat positif atau negatif.
  2. Metode pengurangan konflik : Metode ini menekankan padanya antogonisme akibat konflik yang dapat diatasi dengan cara mendinginkan suasana, namun tetap menangani masalah – masalah yang semula menumbulkan konflik.
  3. Metode penyelesaian konflik : Metode ini berkaitan dengan  kegiatan manager yang secara langsung dapat menyelesaikan konflik.

Aspek Positif Dalam Konflik

Konflik bisa jadi merupakan sumber energi dan kreatifitas yang positif apabila dikelola dengan baik. Misalnya : Konflik dapat menggerakkan suatu perubahan:

  1. Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan dan tanggung jawab mereka.
  2. Memberikan saluran baru untuk komunikasi.
  3. Menumbuhkan semangat baru pada semua staff.
  4. Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi.
  5. Menghasilkan distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam organisasi.

Penyelesaian Konflik

Langkah-langkah

Vestal ( 1994 ) menjabarkan langkah – langkah menyelesaikan suatu konflik meliputi :

Pengkajian.

  1. Analisa situasi : menentukan waktu yang diperlukan, Siapa yang terlibat dan perannya masing – masing. Tentukan jika situasinya dapat berubah.
  2. Analisa dan mematikan isu yang berkembang : jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan masalah utama , dan hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
  3. Menyusun tujuan : jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai

Identifikasi

  1. Mengelola perasaan : hindari respon emosional : marah. Dimana setiap orang mempunyai respon yang  berbeda – beda terhadap ekspresi, tindakan dan kata – kata.

Intervensi

  1. Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik
  2. Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik memerluka strategi berbeda – beda . Seleksi metode paling sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi

Strategi Penyelesaian Konflik

  1. Kompromi/ Negosiasi : suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat tentang keinginan bersama.
  2. Kompetisi : diartikan sebagai “ win Lose “ penyeleaian konflik. Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada 1 orang atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah.
  3. Akomodasi : istilah lain yang sering dipakai adalah “ cooperative “. Konflik ini berlawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini seseorang berusaha mengakomodasi permasalahan – permasalahan dan memberi kesempatan orang lain untuk menang.
  4. Smoothing : penyelesaian konflik dengan mengurangi komponen emosional dalam konflik .
  5. Menghindar : semua yang terlibat dalam konflik , pada strategi ini menyadari tentang masalah yang dihadapi , tetapi  memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalahnya.
  6. Kolaborasi : strategi ini merupakan “ win – win solution “ . Pada kolaborasi , kedua unsur yang terlibat, menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan.

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai Manajemen Konflik, Bagaimana Mengaturnya?. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih

Unduh Materi

Materi lengkap tentang artikel Manajemen Konflik, Bagaimana Mengaturnya? dapat diunduh pada link berikut ini : Konflik

Syok Kardiogenik : Definisi, Etiologi, Patofisiologi

0
Syok Kardiogenik

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai artikel yang berjudul Syok Kardiogenik : Definisi, Etiologi, Patofisiologi. Sindrom gangguan patofisiologik berat terkait metabolisme seluler abnormal dan disebabkan perfusi jaringan buruk.

Definisi

  • Syok kardiogenik disebut juga kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat (Tjokronegoro, A., dkk, 2003).
  • Shock kardiogenik didefinisikan sebagai tanda-tanda hipoperfusi jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada definisi yang jelas dari parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg) dan atau penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih dari 60 kali per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ. Tidak ada batas yang jelas antara sindrom curah jantung rendah dengan syok kerdiogenik.
  • Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung, manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran Dorland, 1998)

Etiologi Syok Kardiogenik

  1. Gangguan kontraktilitas miokardium.
  2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru dan/atau hipoperfusi iskemik
  3. Infark miokard akut ( AMI)
  4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur septum, atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi (menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan infark-infark yang lebih kecil
  5. Valvular stenosis
  6. Myocarditis ( inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)
  7. Cardiomyopathy ( myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak diketahui penyebabnya )
  8. Trauma jantung
  9. Temponade jantung akut
  10. Komplikasi bedah jantung

Manifestasi Klinis Syok Kardiogenik

  1. Nyeri dada yang berkelanjutan, dyspnea (sesak/sulit bernafas), tampak pucat, danapprehensive (anxious, discerning, gelisah, takut, cemas)
  2. Hipoperfusi jaringan
  3. Keadaan mental tertekan/depresi
  4. Anggota gerak teraba dingin
  5. Keluaran (output) urin kurang dari 30 mL/jam (oliguria).
  6. takikardi (detak jantung yang cepat,yakni > 100x/menit)
  7. Nadi teraba lemah dan cepat, berkisar antara 90–110 kali/menit
  8. Hipotensi : tekanan darah sistol kurang dari 80 mmHg
  9. Diaphoresis (diaforesis, diaphoretic, berkeringat, mandi keringat, hidrosis, perspirasi)
  10. Distensi vena jugularis
  11. Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2.
  12. Tekanan pulmonary artery wedge lebih dari 18 mmHg.
  13. Suara nafas dapat terdengar jelas dari edem paru akut

Diagnosis syok kardiogenik

a. Keluhan Pokok

  1. Oliguri (urin < 20 mL/jam).
  2. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
  3. Nyeri substernal seperti IMA.

b. Tanda Penting

  1. Tensi turun < 80-90 mmHg
  2. Takipneu dan dalam
  3. Takikardi
  4. Nadi cepat
  5. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
  6. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
  7. Sianosis
  8. Diaforesis (mandi keringat)
  9. Ekstremitas dingin
  10. Perubahan mental

c. Kriteria

Adanya disfungsi miokard disertai dengan:

  1. Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
  2. Produksi urin < 20 mL/jam.
  3. Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
  4. Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi

Patofisiologi syok kardiogenik

Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan jantung pada fase terminal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke aliran darah koroner berdampak pada supply O2 kejaringan  khususnya pada otot jantung yang semakin berkurang, hal ini akan menyababkan iscemik miokard pada fase awal, namun bila berkelanjutan  akan menimbulkan injuri sampai infark miokard. Bila kondisi tersebut tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan kondisi yang dinamakan syok kardiogenik. Pada kondisi syok, metabolisme yang  pada fase awal sudah mengalami perubahan pada kondisi anaerob akan semakin memburuk sehingga produksi asam laktat terus meningkat dan memicu timbulnya nyeri hebat seperti terbakar maupun  tertekan yang menjalar sampai leher dan lengan kiri, kelemahan fisik juga terjadi sebagai akibat dari penimbunan asam laktat yang tinggi pada darah.

Semakin Menurunnya kondisi pada fase syok otot jantung semakin kehilangan kemampuan untuk berkontraksi utuk memompa darah. Penurunan jumlah strok volume mengakibatkan berkurangnnya cardiac output atau berhenti sama sekali.  Hal tersebut menyebakkan suplay darah maupun O2 sangatlah menurun kejaringan, sehingga menimbulkan kondisi penurunan kesadaran dengan akral dinging pada ektrimitas, Kompensasi dari otot jantung dengan meningkatkan denyut nadi  yang berdampak pada penurunan tekanan darah Juga tidak memperbaiki kondisi penurunan kesadaran. Aktifitas ginjal juga terganggu pada penurunan cardiac output,yang berdampak pada penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR ). Pada kondisi ini pengaktifan system rennin, angiotensin dan aldostreron akan , menambah retensi air dan natrium menyebabkan produksi  urine  berkurang( Oliguri < 30ml/ jam)

Penurunan kontraktilitas miokard pada fase syok yang menyebabkan adanya  peningkatan residu darah di ventrikel, yang mana  kondisi ini akan semakin memburuk pada keadaan regurgitasi maupun stenosis valvular .Hal tersebut dapat menyebabkan bendungan vena pulmonalis oleh akumulasi cairan maupun refluk aliran darah  dan akhirnya memperberat kondisi edema paru.

Penatalaksanaan Syok Kardiogenik

1. Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik:

  1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.
  2. Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg.
  3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus diatasi dengan pemberian morfin.
  4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.
  5. Bila mungkin pasang CVP.
  6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.

2. Medikamentosa :

  1. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri
  2. Ansietas, bila cemas
  3. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
  4. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
  5. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak adekuat. Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
  6. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.
  7. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m
  8. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan  oksigenasi jaringan. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.

Pemeriksaan Penunjang

  1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan kerusakan pola.
  2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.
  3. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal.
  4. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
  5. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner.
  6. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.
  7. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.
  8. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
  9. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,misalnya infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).

Komplikasi

  1. Cardiopulmonary arrest
  2. Disritmi
  3. Gagal multisistem organ
  4. Stroke
  5. Tromboemboli

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Data dasar pengkajian pasien dengan syok kardiogenik , dengan data fokus pada :

1. Aktivitas

  • Gejala : kelemahan, kelelahan
  • Tanda : takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas, perubahan warna kulit  kelembaban, kelemahan umum

2. Sirkulasi

  • Gejala : riwayat AMI sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, diabetes mellitus.
  • Tanda : tekanan darah turun <90 mmhg atau dibawah, perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk berdiri, nadi cepat tidak kuat atau lemah, tidak teratur, BJ ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau penurun an kontraktilitas ventrikel, Gejala hipoperfusi jaringan kulit  ; dioforesis ( Kulit Lembab ), pucat, akral dingin, sianosis, vena – vena pada punggung tangan dan kaki kolaps

3. Eliminasi

  • Gejala : Produksi urine < 30 ml/ jam
  • Tanda : oliguri

4. Nyeri atau ketidaknyamanan

  • Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak dan sangat hebat, tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin, lokasi tipikal pada dada anterio substernal, prekordial, dapat menyebar ketangan, rahang,  wajah, tidak tentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,abdomen,punggung, leher, dengan kualitas chorusing, menyempit, berat,tertekan , dengan skala biasanya 10 pada skala 1- 10, mungkin dirasakan pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
  • Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang, mengeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata, perubahan frekuensi atau irama jantung, TD,pernafasan, warna kulit/ kelembaban ,bahkan penurunan kesadaran.

5. Pernafasan

  • Gejala : dyspnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batukdengan atau tanpa produksi sputum,penggunaan bantuan pernafasan oksigen atau medikasi,riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
  • Tanda : takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboret ; penggunaan ototaksesori pernafasan, nasal flaring, batuk ; kering/ nyaring/nonprodoktik/ batuk terus – menerus,dengan / tanpa pembentukan sputum: mungkin bersemu darah, merah muda/ berbuih ( edema pulmonal ). Bunyi nafas; mungkin tidak terdengar dengan crakles dari basilar dan mengi  peningkatan frekuensi nafas, nafas sesak atau kuat, warna kulit; pucat atau sianosis, akral dingin.

DIAGNOSA

  1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas ditandai dengan sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-batuk.
  2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out put menurun, sianosis, edema (vena).
  3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme reflek otot sekunder akibat  gangguan viseral jantung ditandai dengan nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis.
  4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supley oksigen dan kebutuhan (penurunan / terbatasnya curah jantung) ditandai dengan kelelahan, kelemahan, pucat.

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai Syok Kardiogenik : Definisi, Etiologi, Patofisiologi. Terima kasih

Unduh Materi

Download pathway disini : Syok Kardiogenik + Pathway

Memasukan Gambar (Insert Picture) di Microsoft Word 2016

0

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai artikel Memasukan Gambar (Insert Picture) di Microsoft Word 2016. Memasukan gambar atau Insert Picture sering digunakan untuk memperjelas hasil kerja atau sebagai bahan pendukung lembar kerja. Seperti diketahui gambar memiliki peran penting untuk memperjelas keterangan teks yang terkadang membingungkan.

Baca :
Membuat Tabel Di Word 2016
Cara Membuat Alinea Paragraf Di Microsoft Word 2016
Mengenal Menu Bar Home Pada Microsoft Word 2016

Gambar yang bisa dimasukkan pun juga banyak jenisnya, mulai dari foto, gambar, gambar dari hasil scan, bitmap, atau gambar clip art. Bagi yang belum mengerti bagaimana cara memasukan gambar ke dokumen, berikut ini merupakan tutorial singkatnya :

Memasukan Gambar ke dalam Dokumen Microsoft Word 2016

  1. Pada Tab Menu Insert klik Pictures pada Group Illustrations
  1. Selanjutnya setelah kita klik Pictures akan muncul kotak dialog Insert Picture From, disini kita akan diberikan pilihan untuk mengambil gambar di perangkat kita (This Device) atau mengambil gambar dari internet (Online Pictures). Sekarang kita coba untuk mengambil gambar di perangkat kita maka klik This Device
Memasukan Gambar (Insert Picture)
  1. Kemudian akan muncul kotak dialog, disini kita akan diminta untuk memilih gambar yang akan kita tampilkan ke dalam Microsoft Word. Jika sudah maka klik Insert
Memasukan Gambar (Insert Picture)
  1. Maka tampilannya adalah sebagai berikut
Memasukan Gambar (Insert Picture)

Memberi Style Picture pada Microsoft Word 2016

Supaya gambar tidak terlihat monoton, gambar tersebut kita juga bisa modifikasi. Caranya adalah sebagai berikut :

  • Klik gambar yang akan dimodifikasi, setelah di klik akan muncul Tab Menu Format yang berada di ujung sebelah kanan. Selanjutnya klik Picture Styles
Memasukan Gambar (Insert Picture)
  • Selanjutnya pilih Style Gambar yang diinginkan. Disini kita akan menggunakan Rounded Diagonal Corner, White. Kita juga dapat memperbesar ataupun memperkecil gambar agar lebih terlihat bagus, dengan cara mengklik gambar dan kemudian klik pada salah satu titik, tahan dan tarik ke arah dalam untuk mengecilkan atau ke arah luar untuk memperbesar

Penutup

Bagaimana sudah bisa memasukkan gambar pada Microsoft Word? tentu sudah. Demikian artikel tentang Memasukan Gambar (Insert Picture) di Microsoft Word 2016. Terima Kasih

Membuat Tabel di Word 2016

0

Microsoft Word adalah salah satu aplikasi pengolah kata yang paling populer dan banyak digunakan. Salah satu fitur yang terdapat di microsoft word adalah membuat tabel. Maka dari itu pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan mencoba membahas mengenai Membuat Tabel di Word 2016.

Apa itu Tabel? Tabel adalah sekumpulan kotak yang tersusun ke dalam baris dan kolom. Tabel dapat digunakan untuk mengatur jenis konten, khususnya jika pekerjaan anda adalah mengolah teks atau data numerik agar mudah dipahami. Dengan Microsoft Word, kita dapat menambahkan tabel kosong atau mengubah teks/ konten yang ada menjadi sebuah tabel. Lalu bagaimana cara membuat tabel di Microsoft Word? artikel kali ini kita akan membahasnya.

Menambahkan Tabel Kosong

  1. Pada Microsoft Word arahkan kursor pada Tab Menu Insert dan klik Menu Table
  2. Akan tampil menu dropdown dengan tampilan kotak-kotak berjumlah 10 kolom dan 8 baris. Arahkan kursor pada kotak tersebut, sesuaikan jumlah baris dan kolom yang kita inginkan, kemudian klik kiri pada mouse.

Baca :
Cara Membuat Alinea Paragraf di Microsoft Word 2016
Mengenal Menu Bar Home pada Microsoft Word 2016

Membuat Tabel di Word 2016
  1. Setelah di klik Tabel akan otomatis terbuat. Tempatkan salah satu kursor pada kotak untuk menambahkan teks di dalamnya. Dan gunakan tombol TAB untuk berpindah ke kolom berikutnya atau bisa juga menggunakan tombol arah pada keyboard untuk berpindah kotak.

Membuat Tabel dengan Tombol Insert Table

  1. Buka Tab Menu Insert, Kemudian pilih Menu Table, tapi kali ini pilih Insert Table
Membuat Tabel di Word 2016
  1. Kemudian akan muncul jendela Insert Table, pada bagian Number of Columns isi dengan banyaknya jumlah kolom, dan Number of Rows isi dengan berapa jumlah baris yang akan dibuat. Kemudian klik OK untuk menyelesaikan proses pembuatan Table
Membuat Tabel di Word 2016
Membuat Tabel di Word 2016

Menggunakan Draw Table

  1. Sama seperti sebelumnya, pilih Tab Menu Insert kemudian pilih Tab Table kemudian klik tombol Draw Table
Membuat Tabel di Word 2016
  1. Dengan menggunakan fitur Draw Table kita bisa menggambar sendiri table sesuai dengan keinginan, termasuk mengatur lebar dan tinggi masing-masing kolom dan baris
Membuat Tabel di Word 2016

Convert Text to Table

Dalam Microsoft Word terdapat fitur yang bernama convert text to table, yang artinya kita bisa membuat table dari teks yang sudah ada. Fitur ini berguna jika kita ingin merubah tampilan teks menjadi sebuah table. Bagaimana caranya? ikuti langkah-langkah berikut ini :

  1. Seleksi atau blok semua teks yang ingin dijadikan table
Membuat Tabel di Word 2016
  1. Akan muncul kotak dialog Convert Text to Table, pada bagian Number of Columns dan Number of Rows biarkan terisi otomatis. Yang perlu diperhatikan yaitu pada bagian Separate Text at, maksudnya adalah apa yang dibaca sebagai pemisah antar kolomnya di setiap baris teks tersebut. Jika menggunakan Tab maka pilih Tabs, sebaliknya jika menggunakan tanda koma, maka pilih Commas. Contoh pada Teks yang telah dibuat sebagai pemisahnya adalah Spasi maka pilih Other.
Membuat Tabel di Word 2016
  1. Kemudian Klik OK untuk membuat table
Membuat Tabel di Word 2016

Excel Spreadsheet

Cara menggunakan tabel di word selanjutnya adalah menggunakan fitur Excel Spreadsheet. Dimana fitur ini akan mengintegrasikan sistem table pada Microsoft Excel, tentu saja kita juga bisa membuat rumus-rumus yang ada pada excel.

  1. Pada Tab Menu Insert, pilih Table kemudian Excel Spreadsheet

Quick Tables

Cara membuat Table yang satu ini dengan memanfaatkan template yang sudah disediakan pada Microsoft Word. Kita bisa memilih berbagai macam bentuk model table yang menarik

  1. Klik Tab Menu Insert kemudian klik Table dan pilih Quick Tables.
  2. Kemudian pilih salah satu Template Table
  1. Kemudian Template akan otomatis terbuat

Merubah Lebar dan Tinggi

Saat pertama kali membuat table, setiap kolomnya akan memiliki lebar dan tinggi yang sama. Nah untuk mengatur lebarnya arahkan kursor pada garis tepi kiri atau kanan kolom sampai kursor berubah menjadi tanda panah dua arah, kemudian klik kiri tahan dan geser

Lakukan hal yang sama untuk mengatur tinggu barisnya, tetapi kali ini arahkan kursor pada garis vertikal table

Menambahkan baris dan kolom

Bagaimana jika baris dan kolom pada table yang kita buat masih kurang dan kita ingin menyisipkan baris dan kolom baru pada table tersebut. Caranya cukup mudah, arahkan kursor ke setiap garis tepi bagian atas sampai muncul tanda plus berwarna biru

Klik tanda plus tersebut dan kolom baru akan langsung ditambahkan, begitu juga untuk menambahkan baris baru lakukan hal yang sama pada setiap garis sebelah kanan

Menghapus baris dan kolom

  1. Klik kanan pada salah satu kolom yang ingin dihapus, kemudian pilih Delete Cell
  1. Kotak dialog Delete Cell akan muncul dengan 4 pilihan.
    • Shift Cell Left – menghapus hanya kolom yang terpilih saja dan data pada kolom berikutnya di baris yang sama akan mengisi kolom yang terhapus
    • Shift Cell Up – menghapus hanya kolom terpilih saja kemudian data dibawahnya akan mengisi kolom yang dihapus
    • Delete Entire Row – menghapus satu baris
    • Delete Entire Column – menghapus satu kolom

Menggabungkan Kolom

  1. Untuk menggabungkan beberapa kolom menjadi Microsoft Word sudah menyediakan fitur yang namanya Merge Cells, biasanya digunakan pada data tabel yang bemiliki subkategori
  1. Untuk menggunakan fitur ini caranya cukup mudah, block beberapa kolom yang ingin digunakan kemudian klik kanan dan pilih Merge Cells
  1. Biasanya jika kita menggabungkan dua kolom di baris yang berbeda, teks nya akan berada di atas seperti pada gambar di bawah ini. Untuk merubahnya agar rata tengah pilih menu Layout dan pada bagian Alignment pilih Align Center

Penutup

Demikian penjelasan singkat mengenai Membuat Tabel di Word 2016. Terima Kasih.

Cara Membuat Alinea Paragraf di Microsoft Word 2016

0
Cara Membuat Alinea Paragraf di Microsoft Word 2016

Cara Membuat Alinea Paragraf di Microsoft Word 2016. Pernahkah kalian menemukan bahwa dalam membuat sebuah paragraf, paragraf yang telah kita buat ternyata tidak rapi. Pasti pernah kan, paragraf yang tidak rapi jelas tidak akan enak dipandang. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang cara membuat paragraf di microsoft word.

Dalam Microsoft Word terdapat fitur dimana kita dapat membuat alinea dan sekaligus merapikan sebuah paragraf yang telah kita buat. Nah, mari kita simak pada artikel maimelajah.com berikut ini.

Pengertian Paragraf

Paragraf adalah suatu rangkaian kalimat yang memiliki suatu gagasan utama

Cara Mengatur Alinea Paragraf Secara Manual

  1. Letakan kursor di awal paragraf yang akan dibuat alinea-nya
  2. Kemudian tekan tombol TAB pada Keyboard
  3. Maka tulisan akan menjorok ke kanan atau ke dalam.

Dengan cara manual ini setiap kita akan membuat alinea baru langkah ini kita lakukan berurang kali di setiap awal paragraf. Namun, jika kita bekerja dengan jumlah paragraf yang banyak tentu cara seperti ini tidak efisien dan akan menyita waktu. Lantas bagaimana solusinya? Solusinya adalah dengan membuat alinea secara otomatis, cara ini akan dijelaskan dibawah ini :

Cara Mengatur Alinea Paragraf Secara Otomatis

  • Block semua paragraf yang ingin dibuat alinea
Cara Membuat Alinea Paragraf di Microsoft Word 2016
  • Kemudian klik kanan pada bagian yang sudah kalian block dan kemudian pilih Paragraf
Cara Membuat Alinea Paragraf di Microsoft Word 2016
  • Setelah itu muncul jendela baru, pada bagian ini yang perlu kalian setting adalah bagian kolom Special dan By yang terdapat di bagian Indentation
Cara Membuat Alinea Paragraf di Microsoft Word 2016
  • Pada bagian Special pilih First Line, dan bagian By kita atur jarak alinea yang akan dibuat, disini kita coba mengatur 2,5 cm. Jika sudah maka tinggal klik tombol OK
  • Dan hasilnya adalah sebagai berikut
  • Setelah itu agar terlihat lebih rapi dan enak dilihat, maka kita bisa mengatur agar paragrafnya menjadi Rata Kiri-Kanan (Justify), kita block kembali paragraf yang akan diatur. Kemudian tekan tombol ctrl + j atau bisa dengan klik tombol Justify yang ada pada Tab Menu Home kemudian pada bagian Group Paragraph

Penutup

Tentunya dengan cara kedua kita bisa lebih menghemat waktu dalam mengerjakan suatu paragraf. Demikian penjelasan tentang Cara Membuat Alinea Paragraf di Microsoft Word 2016, semoga dapat membantu teman-teman dalam belajar tentang Microsoft Word. Terima Kasih

191FansSuka
306PengikutMengikuti
151PengikutMengikuti
7PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Popular Post

Post Terbaru