Beranda blog Halaman 17

Ketuban Pecah Dini (Prom)

0
Ketuban Pecah Dini (Prom)
Ketuban Pecah Dini (Prom)

Halo teman-teman berjumpa lagi dengan maimelajah.com. Pada kesempatan yang berbahagia ini kami akan membagikan artikel tentang Ketuban Pecah Dini (Prom). Ketuban pecah dini atau PROM (Premature Rupture of Membrane) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan; umumya persalinan terjadi spontan dalam beberapa jam. Ketuban pecah dini berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dini dan permulaan dari persalinan disebut periode laten = LP = lag period. Makin muda umur kehamilan, maka makin memanjang LP-nya.

Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu prime 10 jam dan multi 6 jam. Bila ketuban pecah dini dihubungkan dengan kehamilan premature, ada resiko peningkatan morbiditas dan mortalitas janin. Bila kelahiran tidak terjadi dalam 24 jam juga terjadi resiko peningkatan infeksi intra uterin. Ketuban dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dengan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi ascenden. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten maka makin besar kemungkinan terjadinya infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas, serta kematian ibu dan bayi dalam rahim

Etiologi

Penyebab pecahnya ketuban dini tidak atau belum jelas. Adapun terjadinya ketuban pecah dini dihubungkan dengan :

  • Ketegangan rahim yang berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion
  • Selaput ketuban terlalu tipis
  • Kelainan letak dalam rahim : letak sungsang, letak lintang
  • Kemungkinan kesempitan panggul: perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, chephalopelvik disproporsi
  • Infeksi
  • Kelainan bawaan

Mekanisme

  • Selaput ketuban tidak kuat, sebagai akibat dari kurangnya jaringan ikat, dan vaskularisasi
  • Bila terjadi pembukaan serviks, maka ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban

Tanda & Gejala

  • Terjadinya pengeluaran cairan secara mendadak dan berbau khas    

Cara Menentukan Ketuban Pecah Dini

Cara menentukan kejadian ketuban pecah dini adalah :

  • Memeriksa adanya cairan yang berisi meconium, verniks caseosa, rambut lanugo, atau bila telah terinfeksi
  • Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari canalis sevicis dan apakah ada bagian yang sudah pecah
  • Gunakan kertas lakmus, bila menjadi biru (basah) berarti air ketuban. Bila menjadi merah (asam) berarti air kemih (urine)
  • Pemeriksaan PH verniks posterior, pada PROM PH adalah basa (air ketuban)
  • Pemeriksaan histopatologi air (ketuban), aborization dan sitologi air ketuban  

Unduh Materi

Nah, untuk lebih lengkapnya bisa anda unduh pada link di bawah : KETUBAN PECAH DINI

Mengenal Istilah Kehamilan dan Seksualitas

0
Mengenal Istilah Kehamilan dan Seksualitas
Mengenal Istilah Kehamilan dan Seksualitas

Dimana pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan coba membahas mengenai artikel Mengenal Istilah Kehamilan dan Seksualitas. Ayo kita simak baik-baik artikel tentang Mengenal Istilah Kehamilan dan Seksualitas. Pada jaman sekarang, kehamilan adalah suatu masa istimewa, khususnya dalam kehidupan wanita. Dengan adanya Keluarga Berencana (KB) dan seiring makin lambatnya usia menikah, serta meningkatnya wanita yang berkarier, maka kehamilan menjadi sesuatu yang didambakan. Mungkin sudah 4 tahun orang menikah baru ingin hamil. Mungkin orang baru menikah di usia 32 tahun, tentu saja langsung serius ingin punya anak. Kadang, karena sudah lama berusaha hamil tapi sering gagal, suatu waktu hamil tentu senang. Rasa takut bila terjadi keguguran.

Bila takut hubungan badan tetapi suami menuntut, yang mana harus diturut. Sebaliknya, bila istri ingin seks, justru suami yang takut keguguran atau tidak bergairah. Ini tentu menimbulkan kesulitan. Pada saat terjadinya keguguran, segala bahaya bisa terjadi sampai mengancam kehidupan. Demikian juga pada saat melahirkan. Melahirkan bayi adalah suatu masa krisis yang paling berat dan pada sebagian besar ibu dirasakan paling sakit. Kondisi ini juga ikut mempengaruhi kehidupan si Ibu dan termasuk kehidupan seksualnya.

Mengenal Istilah Kehamilan dan Seksualitas

Fisiologi Seks

Kehidupan seks yang bahagia dan memuaskan selalu didambakan oleh setiap pasangan suami–istri. Keinginan itu tetap ada pada mereka walaupun pada saat hamil.

Fase pertama

Pada fase pertama didahului oleh adanya libido, yakni dorongan seks yang membuat orang melakukan aktivitas seksual. Libido adalah suatu peristiwa dalam otak. Oleh karena itu hal-hal yang mempengaruhi libido lebih banyak pengaruh psikis atau kejiwaan. Pengaruh itu dapat meliputi keadaan jiwa pada saat itu, hubungan suami–istri, maupun kondisi sekitar.

Fase kedua

Fase kedua ialah fase terangsang. Pada fase ini, sudah timbul perubahan-perubahan pada tubuh dan umumnya telah terjadi aktivitas seksual berupa cumbuan dengan berbagai cara. Perubahan yang utama ialah pada pria adanya ereksi penis serta kenikmatan di daerah-daerah genital dan daerah lain yang disentuh. Pada wanita, perubahan yang terjadi ialah timbulnya cairan vagina serta membengkaknya daerah-daerah alat kelamin. Juga timbulnya kenikmatan pada daerah-daerah tadi, serta bagian tubuh lain yang disentuh. Lamanya fase ini tergantung pada aktivitas seksual tadi. Sebagian pasangan melakukannya hanya singkat dan akhirnya menuju orgasme atau ejakulasi. Tetapi pada pasangan lain, aktivitas yang diatas berlangsung lama sekali.

Fase ketiga

Fase ketiga adalah fase orgasme/ejakulasi. Sesudah kenikmatan cukup tinggi dan aktivitas seksual dilakukan terus maka kenikmatan akan meninggi dan terus menuju puncaknya. Puncak dari kenikmatan ini disebut klimaks atau orgasme. Pada wanita, puncak kenikmatan dapat timbul beberapa kali. Mungkin tercapai pada saat ciuman, pelukan lalu diakhiri dengan suatu klimaks yang tinggi. Sehingga orgasme terdapat beberapa kali. Sedangkan pada laki-laki, orgasme hampir selalu tercapai pada saat ejakulasi yakni semprotan cairan sperma. Akibatnya orgasme pria hanya terjadi satu kali untuk setiap senggama.

Fase resolusi ialah keadaan sesudah mencapai puncak kenikmatan akan menurun dan secara pelan-pelan akan kembali kedasar yaitu keadaan dimana aktivitas seksual kembali ke istirahat dan semua perubahan fisiologispun akan kembali juga ke keadaan sebelum melakukan aktivitas seksual. Tetapi secara psikologis, keadaan dapat dinikmati begitu tinggi antara suami–istri. Kesan mendalam karena mendapatkan orgasme bersama-sama, akan memberikan keintiman yang mendalam pula bagi berdua. Makin dalam kesan tadi, makin lama kenikmatan berada dalam ingatan sehingga keintiman suami–istri pun mungkin mendalam dan berlangsung lama.  

Kehidupan Seks pada Kehamilan

Perubahan kehidupan seksual dapat terjadi karena perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik dan mental, khususnya pada istri dan pasangan itu umumnya. Kondisi yang lemah dari istri seperti karena mual-mual atau muntah, nafsu makan yang menurun akan membuatnya lemah dan keinginan seksualnya menurun. Kadang-kadang walau suami mengajak, istri sering menolak. Hanya bila suami merasa senang dengan kehamilan itu, dia dapat mengatasinya dengan baik.

Pada wanita yang tidak mengalami muntah atau mual yang serius, maka aktivitas seksual tidak akan terganggu. Bahkan cukup banyak dari mereka yang justru meningkat keinginan seksual serta frekuensi hubungan seksnya karena merasa bahagia telah hamil. Suami–istri senang bersama-sama dan ingin menikmatinya dalam kontak seksual yang sering.

Periode 3 Bulan Kedua

Pada 3 bulan kedua, sekitar 80 persen wanita akan meningkat dorongan seksnya. Selain itu, mual atau muntah sudah hilang. Kesehatan umumnya akan meningkat. Perasaan senang karena hamil. Pada sebagian faktor lain ialah terjadinya pembesaran payudara yang membuat daya tariknya meningkat. Suami akan merasa lebih bergairah melihat istrinya yang payudaranya bertambah besar serta bahagia karena istri telah hamil. Kedua faktor itu membuat suami juga meningkat keinginan seksnya, sehingga pada sebagian besar pasangan kontak seksual akan jauh lebih sering pada periode ini

Periode 3 Bulan Ketiga

Pada 3 bulan ketiga, beban kehamilan itu sudah memberati si Ibu. Banyak wanita yang jadi susah makan. Juga banyak keringat yang membuatnya tidak bersih, sehingga daya tariknya pun menurun. Selain itu pada kehamilan yang mulai tua, akan timbul peningkatan cairan tubuh. Hampir semua badan letih atau bengkak. Air ditahan dalam badan. Akibatnya, cairan vagina juga bertambah. Ada terasa licin yang mengganggu sehingga kontak seksual menjadi kurang memuaskan.

Pada pasangan-pasangan yang saling mencintai akan senang akan kehamilan itu, pertambahan cairan vagina tak akan mengganggu. Tetapi pada orang-orang yang sangat mendambakan kenikmatan seksual, apalagi bila ada konflik suami–istri, maka kondisi itu dapat menjadi biang keladi kekurang puasan sampai pada hubungan seks luar nikah. Bila percekcokan atau hubungan diluar nikah sampai terjadi, maka perlu dicari penyebabnya. Apakah pribadi suami yang mengakibatkan pertambahan cairan vagina sebagai gara-gara atau ada konflik diantara mereka.

Pada sebagian wanita hamil berat, maka kontak seksual dirasakan ancaman terhadap kehamilan. Bila rahim dengan bayi telah mulai menurun kearah vagina, maka penis suami dapat membentur daerah rahim. Stimulasi yang berat ke leher rahim akan membuat seluruh rahim bergerak seolah-seolah mau melahirkan. Bahkan ada yang bisa gugur. Timbul kontraksi rahim yang kuat. Kadang ada darah, ancaman keguguran menjadi kekhawatiran. Karenanya sebagaian wanita menolak melakukan hubungan seksual pada akhir-akhir kehamilan.

Pada kondisi dimana keguguran sering terjadi, maka sepantasnyalah hubungan seks dilakukan dengan berhati–hati. Bila keguguran telah sering terjadi dan kehamilan belum pernah berlangsung selamat, maka sebaiknya 3 bulan pertama dilarang atau berhenti melakukan hubungan seks.

Sesudah 3 Bulan Pertama

Sesudah 3 bulan pertama lewat, hubungan seks dapat dicoba kembali dengan sangat hati-hati sehingga penis diharapkan tidak membentur daerah rahim. Namun bila terasa sakit atau keluar darah, maka sebaiknya senggama dihentikan. Demikian juga pada akhir-akhir kehamilan. Benturan yang terlalu keras dari penis terutama ke daerah rahim, akan membuat kontraksi rahim sangat kuat seperti akan melahirkan. Ini membuat si Ibu ketakutan dan kesakitan. Dalam keadaan demikian hubungan seks harus dilakukan hati-hati dan jangan sampai didorong kuat-kuat. Dengan demikian penis tidak terlalu jauh masuk ke dalam namun diharapkan keduanya masih bisa mencapai kepuasan.

Tetapi sering justru cara dan sifat suami yang sulit. Ada suami yang sudah terbiasa kuat-kuat dengan harapan istri akan lebih puas padahal justru bahaya jadi mengancam. Kemungkinan juga karena keduanya sudah terangsang tinggi, maka secara otomatis dan tanpa sadar mendorong sekuat-kuatnya. Akibatnya timbul benturan penis dengan leher rahim. Inipun akan mengancam keguguran

Itulah sebabnya perlu dibicarakan bersama-sama cara kontak seksual yang aman sehingga keduanya masih bisa menikmati dan kehamilan pun tidak terganggu.

Posisi Bercinta pada Kehamilan

Kehamilan dapat merupakan waktu terbaik di mana sebuah pasangan dapat mencoba posisi berhubungan seks yang berbeda atau bervariasi

Mengenal Istilah Kehamilan dan Seksualitas
  • Kiri, berhubungan seks dengan posisi all-fours mungkin akan menjadi lebih nyaman, khususnya di umur kehamilan tua. Perhatikan juga bahwa dalam posisi ini tidak terjadi tekanan terhadap perut dan payudara.
  • Kanan, berada di atas pasangan dengan kaki mengapitnya memungkinkan dapat mengontrol kedalaman dan sudut penetrasi sesuai dengan yang inginkan. Posisi ini juga berarti meniadakan tekanan terhadap perut. Bawah, sangatlah harus diperhatikan bahwa selama melakukan hubungan seks semua harus dalam keadaan nyaman. Diusia kehamilan pertengahan, berhubungan seks dengan cara menyamping berhadapan mungkin cocok.

Berhubungan Seks selama Kehamilan 

Pada kehamilan yang normal. Alat kelamin pria tidak akan dapat melakukan kontak langsung terhadap fetus (calon bayi), karena keberadaannya dilindungi oleh dinding otot uterin dan cairan amniotik. Ada lendir penyumbat di sekitar leher rahim (cervix) yang akan mencegah air mani dan bakteri masuk ke dalam uterus.

Sangatlah normal bila hal tersebut akan sangat menghantui kehamilan, setelah beberapa kali gagal mempertahankannya, namun, sampai sekarang tidak ada bukti-bukti kuat yang menghubungkan antara berhungan sex di masa kehamilan muda dengan keguguran. Keguguran di masa kehamilan muda merupakan hasil dari cacat genetik selama perkembangan fetus. Namun, bila terjadi perdarahan selama masa kehamilan muda, ada baiknya menunda dulu berhubungan sex sampai pendarahannya benar-benar telah dapat dihentikan.

Orgasme memang akan mengakibatkan kontraksinya uterus, yang pada sebagian wanita akan mengakibatkan rasa sakit dan membuatnya menghindari berhubungan sex. Banyak penelitian yang mengatakan bahwa di kehamilan normal, orgasme tidak akan membuat bayi lahir prematur. Di beberapa penelitian, kontraksi di masa kehamilan tiga semester pertama kadang kala mengakibatkan detak jantung fetus menjadi pelan, tapi hal ini belum pernah menyebabkan dampak yang membahayakan bagi fetus. 

Unduh Materi

Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Mengenal Istilah Kehamilan dan Seksualitas. Untuk dapat memahami tentang Mengenal Istilah Kehamilan dan Seksualitas, materi tersebut bisa di download pada link berikut ini : seks dan kehamilan

Mengenal Penyakit Kanker Serviks

2
Mengenal Penyakit Kanker Serviks
Mengenal Penyakit Kanker Serviks

Halo teman-teman pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan coba membahas mengenai “Mengenal Penyakit Kanker Serviks”. Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 – 55 tahun. 90 % dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada sluran servikal yang menuju ke dalam rahim.  

Etiologi

Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali. Jika sel-sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak / ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel – sel serviks tidak diketahui secara pasti , tetapi terdapat beberapa factor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :

  1. HPV (Human Papiloma Virus ). HPV adalah virus penyebab kutil genitalis ( kondiloma akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.
  2. Merokok. Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
  3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
  4. Berganti – ganti pasangan seksual
  5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti – ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
  6. Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.
  7. Pemakaian pil KB
  8. Infeksi herpes genitalis / infeksi klamiidia menahun. Golongan ekonomi lemah ( karena tidak mampu melakukan pap smear secara rutin )

Penata Laksanaan

  1. Pada lesi precursor (lesi intra-epitel squamosa) tingkat rendah atau tingkat tinggi ditemukan maka pengangkatan non bedah konservatif, kriterapi (pembekuan dengan oksida nitrat) atau terapi laser, konisasi (pengangkutan yang berbentuk kerucut dari serviks).
  2. Pada kanker servikal invasif dilakukan radiasi atau histerektomi radikal.
  3. Pada paisen dengan kekambuhan kanker servikal dipertimbangkan untuk menjalani ekstenterasi pelvis dimana bagian besar isi pelvis diangkat.  

Penyebaran

Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah yaitu :

  • Ke arah fornises dan dinding vagina
  • Ke arah korpus uterus.
  • Ke arah paramerium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih.     

Klasifikasi

1. Kanker Serviks Pre-Invasif

Klasifikasi yang digunakan saat ini meliputi :

  • CIN I displasia ringan
  • CIN II displasia sedang
  • CIN III displasia berat dan karsinoma insitu

Metode yang digunakan untuk mendeteksi CIN adalah papanikolaou (PAP) Test. PAP test terdiri dari 5 kategori.

  • Stadium I : Tidak ada sel abnormal
  • Stadium II : Sel epitel diidentifikasi, inflamasi harus diukur.
  • Stadium III : Kecurigaan Sel Abnormal
  • Stadium IV : Sel Malignan – karsinoma insitu
  • Stadium V : Sel malignan – kanker invasif

2. Kanker Serviks invasif

Terdapat 2 tipe yaitu mikro-invasif dan invasif

a. Karsinoma mikroinvasif

Adalah satu atau lebih lesi yang membesar tidak lebih dari 3 mm di bawah membran basal tanpa adanya infasif limfatik atau vaskuler.

b. Karsinoma invasif

Adalah penyebaran karsinoma ke arah lain, kanker serviks invasif tidak menampakkan gejala tunggal yang spesifik, yang terjadi adalah pendarahan yang terjadi saat coitus atau latihan fisik, nyeri hematuria, dan gagal ginjal akibat penyebaran kanker ke kandung kemih dan obstruksi serta pendarahan rektal serta obstruksi bowel. Terapi pembedahan dan radioterapi.

3. Kanker Serviks Lanjut dan Berulang

Sekitar 1 dari 3 wanita dengan kanker serviks invasif, mempunyai penyakit berulang atau persisten setelah terapi.

Pencegahan

Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks yaitu :

  1. Mencegah terjadinya infeksi HPV
  2. Melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur

Pap smear (tes papanicolau) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel – sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang dibuat dari kayu / plastik (yang dibedakan bagian luar serviks) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal).

Sel – sel serviks lalu dioleskan pada kaca objek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. 24 jam sebelum menjalani pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian / pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi perubahan prekanker pada serviks. Jika hasil pap smear menunjukkan displasia/ serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kalposkopi dan biopsi.

Anjuran untuk melakukan pap smear secara teratur :

  1. setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun
  2. setiap tahun untuk wanita yang berganti – ganti pasangan seksual / pernah menderita infeksi HPV / kutil kelamin
  3. setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB
  4. setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun jika 3 kali pap smear berturut – turut menunjukkan hasil negatif / untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker
  5. sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
  6. sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan pre kanker maupun kanker servik

Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya :

  1. anak perempuan yang berusia di bawah 18 tahun tidak melakukan hubungan seksual
  2. jangan melakukan hubungan seksual pada penderita kutil kelamin/ gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin
  3. jangan berganti – ganti pasangan seksual
  4. berhenti merokok
  5. pemeriksaan panggul ( pap smear ) harus dimulai ketika seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual / pada usia 20 tahun. Setiap hasil yang abnormal harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi  

Unduh Materi

Terima kasih sudah mampir ke artikel kami yang berjudul Mengenal Penyakit Kanker Serviks. Untuk materi lengkap tentang Mengenal Penyakit Kanker Serviks dapat di unduh pada link berikut ini : kankerserviks

Penyakit Sirosis Hepatis (Sirosis Hati)

0
Penyakit Sirosis Hepatis (Sirosis Hati)
Penyakit Sirosis Hepatis (Sirosis Hati)

Di negara maju, Penyakit Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien 45 – 46 Tahun (setelah Penyakit Kardiovaskuler dan Kanker). Dan di seluruh Dunia penyakit ini menempati urutan ketujuh penyebab kematian 25.000 orang meninggal setiap tahun karna penyakit ini. Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan coba membahas artikel tentang Penyakit Sirosis Hepatis (Sirosis Hati).

Pengertian Sirosis Hepatis dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisasi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat modul regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis. Secara lengkap Sirosis hati adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) di sekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi.

ETIOLOGI

Beberapa hal yang menjadi penyebab sirosis hepatis adalah ( Smeltzer, Suzzane C dan Brenda G Bare, 2002 ) :

  1. Hepatitis virus tipe B dan C
  2. Alkohol
  3. Metabolik : DM
  4. Kolestatis kronik
  5. Toksik dari obat : INH
  6. Malnutrisi

KLASIFIKASI

Secara makroskopik, sirosis dibagi atas :

  1. Sirosis mikronodular
    Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, di dalam septa parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata diseluruh lobus, besar nodulnya sampai 3 mm. Sirosis mikronodular ada yang berubah menjadi makronodular.  
  2. Sirosis makronodular
    Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan besar nodul lebih dari 3 mm.
  3. Sirosis campuran
    Umumnya sinosis hepatis adalah jenis campuran ini.

Selain klasifikasi diatas, Sirosis Hepatis terbagi dalam 3 pola yaitu :

  1. Sirosis laennec/sirosis alkoholik, portal dan sirosis gizi Sirosis ini berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronik. Sirosis jenis ini merupakan 50% atau lebih dari seluruh kasus sirosis. Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol adalah akumulasi lemak secara gradual didalam sel-sel hati (infiltrasi lemak).
    Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolik. Pada kasus sirosis laennec yang sangat lanjut, membagi parenkim menjadi nodula-nodula halus. Nodula-nodula ini dapat membesar akibat aktifitas regenerasi sebagai usaha hati untuk mengganti sel-sel yang rusak. Hati tampak terdiri dari sarang-sarang sel-sel degenerasi + regenerasi yang dikemas padat dalam kapsula fibrosa yang tebal. Pada keadaan ini sirosis sering disebut sebagai sirosis nodular halus. Hati akan menciut, keras dan hampir tidak memiliki parenkim normal pada stadium akhir sirosis, dengan akibat hipertensi portal dan gagal hati.
  2. Sirosis post nekrotik Terjadi menyusul nekrosis berbercak pada jaringan hati, menimbulkan nodula-nodula degeneratif besar dan kecil yang dikelilingi dan dipisah-pisahkan oleh jaringan parut, berselang-seling dengan jaringan parenkim hati normal. Sekitar 25% kasus memiliki riwayat hepantis virus sebelumnya. Banyaknya pasien dengan hasil tes HbsAg positif menunjukkan bahwa hepatitis kronik aktif agaknya merupakan peristiwa yang besar peranannya. Beberapa kasus berhubungan dengan intoksikasi bahan kimia industri, dan ataupun obat-obatan seperti fosfat, kloroform dan karbon tetraklorida/jamur beracun. Sirosis jenis ini merupakan predisposisi terhadap neoplasma hati primer
  3. Sirosis Billaris Kerusakan sel hati dimulai disekitar duktus billaris, penyebabnya obstruksi billaris post hepatik. Sifat empedu menyebabkan penumpukan empedu didalam masa hati dengan akibat kerusakan sel-sel hati, terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus. Sumber empedu sering ditemukan dalam kapiler-kapiler,duktulus empedu dan sel-sel hati seringkali mengandung pigmen hijau (Smeltzer, Suzzane C dan Brenda G Bare, 2002).

KOMPLIKASI

2 kelompok besar komplikasi, yaitu :

  • Kegagalan hati (hepatoselular)
  • Hipertensi portal

Bila penyakit berlanjut, dari kedua komplikasi diatas dapat timbul komplikasi lain, yaitu :

  • Asites
  • Encefalopali
  • Pentonitis bakterial spontan
  • Transformasi kanker hati primer (hepatoma)
  • Sindrom hepatorenal

Unduh Materi

Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Penyakit Sirosis Hepatis (Sirosis Hati). Semoga artikel ini dapat memahami tentang bagaimana ganasnya Penyakit Sirosis Hepatis (Sirosis Hati). Untuk materi selanjutnya dapat kalian unduh pada link berikut ini : sirosis hepatis

Penyakit Kanker Vulva (Ovarium)

0
Penyakit Kanker Vulva (Ovarium)
Penyakit Kanker Vulva (Ovarium)

Kanker adalah salah satu penyakit yang mematikan, salah satunya yang akan maimelajah.com bahas di artikel kali ini Penyakit Kanker Vulva (Ovarium). Dimana Penyakit Kanker Vulva (Ovarium) adalah tumor ganas di dalam vulva. Vulva merupakan bagian luar dari sistem reproduksi wanita yang meliputi labia, lubang vagina, lubang uretra dan klitoris. Sekitar 3 – 4 % kanker pada sistem reproduksi wanita merupakan kanker vulva dan biasanya terjadi setelah menopause (Medicastore, 2008).

Kanker vulva adalah keganasan yang tumor ganas primernya tumbuh dari vulva. Kanker vulva yang meluas ke vagina disebut sebagai kanker vulva. Melanoma malignum di vulva dimasukkan ke dalam golongan melanoma kulit vulva dan dilaporkan secara terpisah. Kanker yang tumbuh di vagina yang merupakan perluasan kanker vulva disebut kanker vulva dan harus dibuktikan dengan pemeriksaan histologi (Manuaba, 2001).

Kanker vulva termasuk jenis yang jarang ditemukan, kira-kira hanya sekitar 4 – 5 % dari keganasan ginekologi. Kanker vulva umumnya diderita oleh wanita usia lanjut (pascamenopause), tetapi tidak jarang juga dijumpai pada wanita usia muda. Insiden meningkat seiring pertambahan usia. Pada wanita usia lanjut umumnya lesi kanker ditemukan soliter, sedangkan pada wanita usia muda umumnya multifokal. Neoplasia Vulva Intraepithelial (VIN) cenderung terjadi pada wanita yang lebih muda dan berkaitan dengan lesi serupa di serviks dan vagina (Yahya Irwanto & Imam Rasjidi, 2000).

Beberapa jenis kanker vulva yaitu :

1. Karsinoma sel skuamosa (85%)

Karsinoma sel skuamosa berasal dari sel-sel skuamosa yang merupakan jenis sel kulit yang utama. Kanker jenis ini biasanya terbentuk secara perlahan selama bertahun-tahun dan biasanya didahului oleh suatu perubahan prekanker yang mungkin berlangsung selama beberapa tahun.

Istilah kedokteran yang sering digunakan untuk keadaan prekanker ini adalah Neoplasma intraepitel vulva (NIV). Intraepitel artinya sel-sel prekanker terbatas pada epitel yang merupakan lapisan permukaan pada kulit vulva.

NIV terbagi menjadi 3 kelompok yaitu NIV 1, NIV 2, and NIV 3. Istilah lainnya untuk NIV adalah displasia. Tingkat keparahan perubahan prekanker mulai dari yang terendah sampai yang terberat yaitu:

  1. NIV 1 atau displasia ringan
  2. NIV 2 atau displasia menengah
  3. NIV 3 atau displasia berat
  4. Karsinoma in situ
  5. Karsinoma invasif

2. Melanoma (5%)

Melanoma berasal dari sel penghasil pigmen yang memberikan warna pada kulit.

3. Sarkoma (2%)

Sarkoma adalah tumor jaringan ikat di bawah kulit yang cenderung tumbuh dengan cepat. Sarkoma vulva bisa menyerang semua golongan usia termasuk anak-anak.

4. Karsinoma sel basal (1%)

Karsinoma sel basal sangat jarang terjadi pada vulva, karena biasanya menyerang kulit yang terpapar oleh sinar matahari.

5. Adenokarsinoma (1%)

Sejumlah kecil kanker vulva berasal dari kelenjar dan disebut adenokarsinoma. Beberapa diantaranya berasal dari kelenjar Bartholin yang ditemukan pada lubang vagina dan menghasilkan cairan pelumas yang menyerupai lendir. Kebanyakan kanker kelenjar Bartholin adalah adenokarsinoma, tetapi beberapa diantaranya (terutama yang tumbuh dari saluran kelenjar) merupakan karsinoma sel transisional atau karsinoma sel skuamosa. Meskipun agak jarang, adenokarsinoma juga bisa berasal dari kelenjar keringat pada kulit vulva. (Medicastore, 2008)  

Etiologi

Penyebabnya tidak diketahui, namun faktor resiko terjadinya kanker vulva yaitu :

  1. Infeksi HPV atau kutil kelamin (kutil genitalis). HPV merupakan virus penyebab kutil kelamin dan ditularkan melalui hubungan seksual.
  2. Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina.
  3. Infeksi sifilis
  4. Diabetes mellitus
  5. Obesitas
  6. Tekanan darah tinggi.
  7. Usia. Tiga perempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua pertiganya berusia diatas 70 tahun ketika kanker pertama kali terdiagnosis. Usia rata-rata penderita kanker invasif adalah 65 – 70 tahun.
  8. Hubungan seksual pada usia dini
  9. Berganti-ganti pasangan seksual
  10. Merokok
  11. Infeksi HIV. HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh sehingga wanita lebih mudah mengalami infeksi HIV menahun.
  12. Golongan sosial-ekonimi rendah. Hal ini berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang adekuat, termasuk pemeriksaan kandungan yang rutin.
  13. Neoplasia intraepitel vulva (NIV)
  14. Liken sklerosus. Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal.
  15. Peradangan vulva menahun
  16. Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva (Medicastore, 2008)  

Manifestasi Klinis

Kanker vulva bersifat asimtomatik. Penderita datang dengan keluhan benjolan atau tukak di daerah vulva yang disertai riwayat gatal-gatal kronis berkaitan dengan adanya distrofi dinding vulva. Perdarahan atau pengeluaran cairan dari vagina merupakan gejala yang jarang ditemukan dan pada stadium lanjut bisa disertai pembengkakan kelenjar limfe di daerah inguinal (Yahya Irwanto & Imam Rasjidi, 2000).

Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun luka terbuka pada atau di sekitar lubang vagina. Kadang terbentuk bercak bersisik atau perubahan warna. Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal. Pada akhirnya akan terjadi perdarahan dan keluar cairan yang encer. Gejala lainnya adalah nyeri ketika berkemih dan melakukan hubungan seksual. Hampir 20% penderita yang tidak menunjukkan gejala (Medicastore, 2008).

Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil biopsy jaringan. Staging merupakan suatu peroses yang menggunakan hasil-hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik tertentu untuk menentukan ukuran tumor, kedalaman tumor, penyebaran ke organ di sekitarnya dan penyebaran ke kelenjar getah bening atau organ yang jauh. Dengan mengetahui stadium penyakitnya maka dapat ditentukan rencana pengobatan yang akan dijalani oleh penderita. Jika hasil biopsi menunjukkan bahwa telah terjadi kanker vulva, maka dilakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebaran kanker ke daerah lain melalui pemeriksaan sebagai berikut :

  1. Rontgen dada
  2. Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih)
  3. Proktoskopi (pemeriksaan rektum)
  4. Pemeriksaan panggul dibawah pengaruh obat bius
  5. CT scan dan MRI.

Unduh Materi

Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Penyakit Kanker Vulva (Ovarium). Untuk materi lengkapnya bisa kalian unduh pada Link berikut ini : kanker ovarium

Mengenal Penyakit Hiperemesis Gravidarum

1
Mengenal Penyakit Hiperemesis Gravidarum
Mengenal Penyakit Hiperemesis Gravidarum

Mengenal Penyakit Hiperemesis Gravidarum merupakan artikel yang akan maimelajah.com bahas pada kesempatan kali ini. Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998). Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari.

Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal : 112).

Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, hal : 232).

Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan.

Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan (Rustan Mochtar, 1998) :

  1. Faktor organik Yaitu, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
  2. Faktor Psikologik. Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.

Patologi

Pada otopsi wanita meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadinya kelainan pada organ-organ tubuh adalah sebagai berikut :

  1. Hepar ® pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis.
  2. Jantung ® jantung atrofi, menjadi lebih kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-endokardial.
  3. Otak ® terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan kelainan seperti pada ensepalopati Wirnicke.
  4. Ginjal ® ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti.

Patofisiologi 

Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena okisidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik, dan aseton dalam darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Di samping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung ( sindroma mollary-weiss ), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.  

Tanda dan Gejala

Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi, apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.

Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

1. Tingkatan I (Ringan)

  1. Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita.
  2. Ibu merasa lemah.
  3. Nafsu makan tidak ada.
  4. Berat badan menurun.
  5. Merasa nyeri pada epigastrium.
  6. Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
  7. Tekanan darah menurun.
  8. Turgor kulit berkurang.
  9. Lidah mengering.
  10. Mata cekung.

2. Tingkatan II (sedang)

  1. Penderita tampak lebih lemah dan apatis.
  2. Turgor kulit mulai jelek.
  3. Lidah mengering dan tampak kotor.
  4. Nadi kecil dan cepat.
  5. Suhu badan naik ( dehidrasi ).
  6. Mata mulai ikteris.
  7. Berat badan turun dan mata cekung.
  8. Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan kontipasi.
  9. Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.

3. Tingkatan III (Berat)

  1. Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma).
  2. Dehidrasi hebat.
  3. Nadi kecil, cepat dan halus.
  4. Suhu meningkat dan tensi turun.
  5. Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensepalopati Wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia, dan penurunan mental. Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.

Unduh Materi

Demikian penjelasan singkat mengenai artikel Mengenal Penyakit Hiperemesis Gravidarum. Untuk materi lengkapnya dapat diunduh pada link berikut ini : hiperemesis gravidarum

Askep Dalam Kegawat Daruratan (KGD)

0
Askep Dalam Kegawat Daruratan (KGD)
Askep Dalam Kegawat Daruratan (KGD)

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai Askep Dalam Kegawat Daruratan (KGD). Dimana Pelayanan keperawatan gawat darurat adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan biopsikososiospiritual yang komprehensif, ditujukan kepada klien/pasien yang mempunyai masalah aktual atau risiko yang mengancam kehidupan terjadinya secara mendadak atau tidak dapat diperkirakan, dan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.

Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi. Cakupan keperawatan gawat darurat meliputi menetapkan diagnosis keperawatan dan manajemen respon klien/keluarganya terhadap kondisi kesehatan yang sering terjadi mendadak.

Proses Keperawatan

Pendekatan proses keperawatan dalam area keperawata gawat darurat dipengaruhi oleh :

  1. Waktu yang terbatas
  2. Kondisi klien yang memerlukan bantuan segera
  3. Kebutuhan pelayanan yang definitif di unit lain (OK,ICU)
  4. Informasi yang terbatas
  5. Peran dan sumber daya petugas

Proses keperawatan gawat darurat berbeda dengan asuhan keperawatan yang ada di ruangan lain, karena ketika perawat melakukan pengkajian faktor waktu terbatas dan informasi yang didapat juga terbatas. Prioritasnya adalah mengkaji dan mengatasi masalah yang mengancam kehidupan. Intervensi yang dilakukan terkadang sebelum dilakukan pengkajian lengkap dan didasarkan pada pengalaman dan keputusan. Terkadang tidak selalu ada rencana perawatan tertulis. Sedangkan sifat evaluasi dalam detik sampai menit bukan jam atau hari.

Dalam menegakkan diagnosa keperawatan pun dibuat berdasarkan kondisi klinis pasien, berdasarkan pengkajian ABCD yang terkait dengan kondisi klien dan ditegakkan secara prioritas. Pada proses keperawatan untuk klien dalam keadaan kritis lebih banyak kesamaan dengan asuhan keperawatan yang ada di ruang lain, hanya saja prioritas pengkajian primer tetap dilakukan dan prinsip penegakan diagnosa keperawatan berdasarkan prinsip kegawatan pada klien kritis.  

Primary Survey

Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi dilakukan berdasarkan jenis perlukaan, tanda-tanda vital, dan mekanisme trauma. Pada penderita yang terluka parah, tetap diberikan berdasarkan prioritas. Tanda vital penderita harus dinilai secara cepat dan efisien, Pengelolaan penderita berupa primary survey yang cepat dan merupakan ABC-nya trauma, dan berusaha untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa lebih dulu, dengan berpatokan pada urutan :

  1. AIRWAY, menjaga airway dengan kontrol servikal
  2. BREATHING, menjaga pernafasan dengan ventilasi
  3. CIRCULATION, dengan kontrol perdarahan
  4. DISABILITY, status neurologis
  5. EXPOSURE/ENVIRONTMENTAL CONTROL, buka baju penderita, tetapi cegah hipotermia

Selama primary survey, keadaan yang mengancam jiwa harus dikenali dan resusitasinya dilakukan pada saat itu juga. Prioritas pada anak pada dasarnya sama dengan orang dewasa. Walaupun jumlah darah, cairan, obat, ukuran anak, kehilangan panas, dan pola perlukaan dapat berbeda, namun prioritas penilaian dan resusitasi adalah sama. Prioritas pada orang hamil sama seperti tidak hamil, akan tetapi perubahan anatomis dan fisiologis dalam kehamilan dapat mengubah respon penderita hamil terhadap trauma.  

Unduh Materi

Terima kasih sudah mampir di artikel Askep Dalam Kegawat Daruratan (KGD). Untuk materi lengkapnya dapat di unduh pada link berikut ini : asuhankeperawatandalamkegawatdaruratan.doc

Mengenal Leukimia (Kanker Darah)

3
Mengenal Leukimia (Kanker Darah)
Mengenal Leukimia (Kanker Darah)

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai Mengenal Leukimia (Kanker Darah). Leukemia merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal (Ngastiyah, 1997). Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.

Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi patologis sel hematopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi kejaringan tubuh lain (Arif Manjoer, 495: 2000)

Mengenal Leukimia (Kanker Darah)

Klasifikasi Leukimia

Leukemia yang terjadi akibat proliferasi set muda, perjalanan penyakitnya cepat menjadi buruk dan fatal. Penyakit ini digolongkan dalam kelompok lekemia akut; hal sebaliknya terjadi pada lekemia menahun (kronik). Semua lekemia dibagi menurut set asalnya yaitu lekemia yang berasal dari seri limfoid dan yang berasal dari seri bukan limfoid atau mielosit, yaitu sel yang hanya dapat dibentuk dan berdiferensiasi dalam sumsum tulang.

Leukemia Mielogenus Akut

AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.

Leukemia Mielogenus Kronis

CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.

Luekemia Limfositik Akut

ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.. 4. Leukemia Limfositik Kronis  CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.

Etimologi

Walaupun penyebab Ickemia belum sepenuhnya diketahui, sejumlah faktor terbukti berpengaruh dan dapat menyebabkan lekemia, baik faktor intrinsik (host) ataupun faktor ekstrinsik (lingkungan).

Faktor intrinsik

Keturunan

Leukemia tidak diwariskan, tetapi sejumlah individu me-miliki faktor predisposisi untuk mendapatkannya. Risiko ter-jadinya lekemia meningkat pada kembar identik penderita leukemia akut, demikian pula walaupun jarang, pada saudara lainnya.

Kelainan kromosom

Kejadian leukemia meningkat pada penderita dengan kelainan fragilitas kromosom (Sindrom Bloom dan Anemia Fanconi) atau pada penderita dengan jumlah kromosom yang abnormal seperti pada Sindrom Down, Klinefelter, dan Turner.

Defisiensi Imun

Sistim imunitas tubuh kita mcmiliki kemampuan untuk mengidentifikasi sel yang berubah menjadi sel ganas. Gangguan pada sistim tersebut dapat menyebabkan beberapa sel ganas lolos dan selanjutnya berproliferasi hingga menimbulkan penyakit. Disfungsi sumsum tulang, scperti sindrom mielodisplastik, mieloproliferatif, anemia aplastik dan hemoglobinuria noktur-nal paroksismal.

Faktor Lingkungan

Radiasi

Adanya efek lekemogenik dan ionisasi radiasi, dibuktikan dengan tingginya insidens lekemia pada ahli radiologi (sebelum ditemukannya alat pelindung), penderita dengan pembesaran kelenjar timus, ankilosing spondilitis, dan penyakit Hodgkin yang mendapat terapi radiasi. Diperkirakan 10 persen penderita lekemia memiliki latar belakang radiasi. Bukti yang kuat adalah tingginya insidens lekemia setelah peristiwa pemboman Hiroshima dan Nagasaki.

Bahan kimia dan obat-obatan

Pemaparan terhadap benzen dalam jumlah besar dan ber-langsung lama dapat menimbulkan lekemia. Kejadian ini akan sangat meningkat pada penderita anemia aplastik. Demikian pula halnya setelah pengobatan dengan obat golongan antra-siklin.

Infeksi 

Belum dapat dibuktikan bahwa penyebab lekemia pada manusia adalah virus, walaupun ada beberapa penelitian yang menyokong teori tersebut antara lain dengan ditemukannya enzim reverse transcriptase dalam darah penderita lekemia. Kelainan paling mendasar dalam proses terjadinya kega-nasan adalah kelainan genetik sel. Proses transformasi menjadi sel ganas dimulai saat DNA gen suatu sel mengalami perubahan. Perlu diingat bahwa adanya gangguan pada beberapa tingkatan dan aktifitas faktor-faktor yang diperlukan dalam gra-nulopoesis yang normal, merupakan faktor yang diperlukan untuk perkembangan dan progresifitas dari lekemia akut dan menahun. Kejadian lekemia berbeda pada berbagai umur, pe-nampilan klinik, kelangsungan hidup dan respons terhadap pengobatan. Hal ini disebabkan adanya variasi respons pejamunya.

Tanda-Tanda dan Gejala

  1. Hipertropi gusi, ulkus rektum dan vagina yang ditemukan pada lekemia akut mielo-monositik.
  2. Pembesaran kelenjar getah bening ditemukan terutama pada lekemia akut limfoblastik.
  3. Perasaan lelah, pucat, demam dan perdarahan adalah gejala utama pada penderita lekemia akibat terdesaknya hemopoesis sel normal di dalam sumsum tulang.
  4. Perdarahan gusi, epistaksis, ataupun perdarahan saluran cema, cepat menarik perhatian dan tak jarang merupakan gejala utama yang menyebabkan penderita memeriksakan diri.
  5. Penderita lekemia progranulositik akut umumnya mengalami perdarahan sedang sampai berat dengan adanya ekimosis yang luas di kulit serta cenderung mengalami koagulasi intravaskular diseminata. Pada lekemia limfoblastik akut perdarahan biasanya ringan.
  6. Infeksi, seperti abses piogenik dan atau adanya septikemia, biasanya sering terjadi, terutama pada leukemia non limfoblastik akut yang dapat berakhir fatal dan merupakan keadaan yang segera harus diatasi.
  7. Infeksi saluran napas atas dan bawah, selulitis, paronikia, dan otitis media.
  8. Adanya pembesaran kelenjargctah bening dan limpa dalam ukuran ringan sampai sedang, suring dijumpai pada penderita lekemia limfoblastik akut tapi jarang pada lekemia non limfo-blastik.
  9. Gangguan susunan saraf pusat dapat terjadi akibat adanya perdarahan, infiltrasi sel lekemia atau infeksi.
  10. Perdarahan dalam susunan saraf pusat acapkali merupakan masalah gawat dan biasanya terjadi akibat kenaikan jumlah lekosit dengan cepat, trombositopeni yang cepat dan adanya koagulopati intravaskular diseminata.

Unduh Materi

Terima kasih sudah mampir ke artikel Mengenal Leukimia (Kanker Darah). Untuk materi lengkap tentang Mengenal Leukimia (Kanker Darah) bisa kalian unduh pada link dibawah ini : leukemia

Non Insulin Dependen Diabetes Melitus

0
Non Insulin Dependen Diabetes Melitus
Non Insulin Dependen Diabetes Melitus

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan memuat artikel yang berjudul Non Insulin Dependen Diabetes Melitus. Siapa yang tidak mengetahui Diabetes Militus, salah satu penyakit kronis. Dimana Diabetes Melitus merupakan kelainan yang bersifat kronik yang ditandai oleh gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang diikuti oleh komplikasi mikrovaskuler maupun makrovaskuler dan telah diketahui berkaitan dengan faktor genetik dengan gejala klinik yang paling utama adalah intoleransi glukosa. Diabetes Melitus Tipe II merupakan diabetes melitus tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM)), yang terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin

ETIOLOGI 

Etiologi secara umum dari NIDDM, yaitu faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin . Selain itu terdapat faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan yaitu:

  1. Usia, resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
  2. Obesitas
  3. Riwayat Keluarga 
  4. Kelompok etnik

PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa / produksi glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemia (kadar glukosa darah > 110 mg / dl). Jika terdapat defisit insulin, empat perubahan metabolic terjadi menimbulkan hiperglikemi.

Empat perubahan metabolic yang menimbulkan heperglikemi adalah :

  1. Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang
  2. Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah
  3. Glikolisis meningkat sehingga dadangan glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
  4. Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke dalam darah dari pemecahan asam amino dan lemak

Pada DM tipe 1 terdapat ketidak mampuan menghasikan insulin karena sel-sel beta telah dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat produksi glukosa tidak terukur oleh hati, maka terjadi hiperglikemia. Jika konsentrasi klokosa dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa, akibatnya glukosa muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa berlebihan diekskresikan dalam urine disertai pengeluaran cairan dan elektrolit (diuresis osmotik). Akibat kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan berkemih (poliuri) dan rasa haus (polidipsi).

Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien juga mengalami peningkatan selera makan (polifagi) akibat penurunan simpanan kalori, gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan ganguan sekresi insulin. Resistensi insulin ini disertai dengan penurunan reaksi intra sel sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Pada gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa darah meningkat. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejala yang dialami sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi). Pada penyakit diabetes mellitus juga dapat terjadi hipoglikemi. Hipoglikemi dapat menyebabkan penurunan suplai glukosa ke otak yang dapat mengakibatkan koma atau kematian.

MANIFESTASI KLINIK

  1. Gejala klasik :
    • Poliuri
    • Polidipsi
    • Polifagi
  2. Penurunan Berat Badan
  3. Lemah
  4. Kesemutan
  5. Gatal-gatal
  6. Bisul / luka yang lama tidak sembuh
  7. Keluhan impotensi pada laki-laki
  8. Keputihan
  9. Infeksi saluran kemih

Unduh Materi

Materi lengkapnya tentang Non Insulin Dependen Diabetes Melitus bisa kalian unduh pada link berikut ini : NIDDM

Mengenal Space Occupying Lesion (SOL)

0
Mengenal Space Occupying Lesion (SOL)
Mengenal Space Occupying Lesion (SOL)

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai Mengenal Space Occupying Lesion (SOL). Dimana Space Occupying Lesion (SOL) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai tumor otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan intracranial (Long, C. 1996) Tumor otak merupakan lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak.

Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar masuk kedalam jaringan (Smeltzer & Bare, 2001). Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal didalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak ,malignant adalah kanker didalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan disebelahnya atau yang telah menyebar (metastasis) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.

Klasifikasi tumor otak diantaranya (Smeltzer & Bare, 2001)

Tumor-tumor yang berasal dari jaringan otak

Gliomas : tumor penginfiltrasi yang dapat menyerang beberapa bagian otak. Biasanya bagian ini banyak pada bagian otak.

  1. Astrositoma (derajat 1 dan 2)
  2. Glioblastoma (derajat 3 dan 4 astrositoma)
  3. Apendimoma
  4. Meduloblastoma
  5. Oligodendroglioma
  6. Kista koloid

Tumor yang muncul dari pembungkus otak

Meningioma merupakan tumor yang terbungkus dalam kapsul, dapat dipastikan dengan baik, pertumbuhan keluar jaringan otak, menekan dari pada menginvasi otak.

Tumor yang berkembang didalam atau pada saraf kranial

Neuroma akustik merupakan tumor diturunkan dari lapisan pembungkus saraf akustik saraf optik spongioblastoma polar.

Lesi metastatik

Lesi metastatik paling umum dari pada paru dan payudara

Tumor kelenjar tanpa duktus

  • Hipofisis
  • Dinealis

Tumor pembuluh darah

  • Hemagioblastoma
  • Angioma

Tumor-tumor congenital

Etiologi

Penyebab tumor masih sedikit yang diketahui. Meningioma sedikit lebih banyak pada wanita. Radiasi merupakan suatu faktor untuk tumbuhnya tumor otak, trauma, infeksi dan toksin belum dapat dibuktikan sebagai penyebab tumor otak. Tetapi bahan industri tertentu seperti nitrosurea adalah korsinogen yang potensial. Limfoma lebih sering terdapat pada mereka yang mendapat imunosupresan seperti transplantasi ginjal, sumsum tulang dan pada AIDS (Mansjoer, A, 1999).

Menurut Reeves (2001), tumor otak dapat terjadi karena adanya hal-hal sebagai berikut :

  1. Faktor genetik jenis meningioma, astrositoma, dan nodula fibroma dapat ditemukan pada anggota keluarga
  2. Paparan bahan kimia yang bersifat karsinogenik, misal : methyl cholantrone/ netrosethil urea
  3. Virus

Unduh Materi

Terima kasih sudah mampir di artikel Mengenal Space Occupying Lesion (SOL). Untuk lebih lengkapnya bisa kalian unduh pada link berikut ini : SOL

Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

0
Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai Hernia Nukleus Pulposus (HNP). Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus.

HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus (Brunner & Suddarth, 2002). Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis (Priguna Sidharta, 1990). Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI) adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (rupture discus) (Kliniksehat, 2008).

HNP kepanjangan dari Hernia Nucleus Pulposus, yaitu tergesernya cakram tulang rawan penyekat antar badan ruas tulang belakang sehingga nucleus pulposus sentral cakram tulang rawan tergeser keluar dari biasanya ke arah kiri atau kanan dan akan langsung menekan jaras saraf paravertebral (Rohmat Saputro Wibowo, 2008).

Patofisologi

Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat kartilago dapat cedera.

Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.

Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis

Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior.

Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan. Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel kartilago yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bergerak, cairan menjadi padat dan rata serta melebar dibawah tekanan dan menggelembungkan annulus fibrosus.

Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteri radikulasi berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks yang terkena.

Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang berkali-kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu timbul sobekan radikal. Kalau hal ini sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus pulposus adalah soal waktu dan trauma berikutnya saja.

1. Hernia Lumbosacralis

Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi “extruded” dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf melawan apophysis artikuler.

2. Hernia Servikalis

Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.

3. Hernia Thorakalis

Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.

Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thoracal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh

Manifestasi Klinis

Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).

1. Hernia Lumbosakralis

Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam bokong dan tungkai. “Low back pain” ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal.

Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri :

  1. Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
  2. Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
  3. Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks

Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :

  1. Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.
  2. Tess Naffziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral.
  3. Tes Lasegue. Tes Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan Bragard yang positif.

Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari muskulus ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.

2. Hernia servicalis

  1. Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis)
  2. Atrofi di daerah biceps dan triceps
  3. Refleks biceps yang menurun atau menghilang
  4. Otot-otot leher spastik dan kaku kuduk.

3. Hernia thorakalis

  1. Nyeri radikal
  2. Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesis
  3. Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia

Unduh Materi

Terima kasih sudah mampir ke artikel Hernia Nukleus Pulposus (HNP). Untuk materi lengkapnya bisa kalian unduh pada link berikut ini : HNP.doc

Fraktur Kompresi Vertebra Thoracalis

0
Fraktur Kompresi Vertebra Thoracalis
Fraktur Kompresi Vertebra Thoracalis

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai Fraktur Kompresi Vertebra Thoracalis. Dimana terdapat beberapa pengertian tentang Fraktur diantaranya :

  • Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner and Suddarth, 2001).
  • Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang-tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun partial (Rasjad 1998).
  • Fraktur Impacted / Kompresi adalah fraktur yang menekan jaringan yang ada di bawahnya, seperti pada fraktur servical dan fraktur vertebra.
  • Fraktur thorakalis adalah fraktur yang mengenai daerah tulang belakang terutama bagian thorakalis (Mansjoer 2000 : 351)

Etiologi

Penyebab terjadinya fraktur kompresi vertebra adalah sebagai berikut :

  1. Trauma langsung (direct). Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada jaringan tulang seperti pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan benturan benda keras oleh kekuatan langsung.
  2. Trauma tidak langsung ( indirect ). Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih disebabkan oleh adanya beban yang berlebihan pada jaringan tulang atau otot , contohnya seperti pada olahragawan / pesenam yang menggunakan hanya satu tangannya untuk menumpu beban badannya.
  3. Trauma tidak langsung ( indirect ). Fraktur yang disebabkan oleh proses penyakit seperti osteoporosis, penderita tumor dan infeksi.  

Klasifikasi

Fraktur vertebra thorakalis dibagi dalam :

  1. Fraktur prosesus tranvensus, Dapat terjadi karena trauma langsung atau oleh karena tarikan otot yang melekat pada prosesus tranvesus pada prosesus tranvensus melekat otot yang kuat sehingga dapat terjadi ovalsi bila terjadi fleksi lateral yang dipaksakan pada daerah ini. Fraktur yang terjadi bersifat stabil sehingga pengobatan hanya menghilangkan nyeri dan dilanjutkan dengan fisiotherapi
  2. Fraktur kompresi yang bersifat bagi dari badan vertebra
  3. Fraktur rekan badan vertebra
  4. Dislokasi dan fraktur dislokasi
  5. Trauma jack knife Jenis fraktur ini terjadi karena trauma fleksi disertai dengan distraksi pada vertebra lumbal jenis ini sering ditemukan pada trauma sabuk pengaman dimana badan terdorong ke depan, sedang bagian lain terfiksasi. Ditemukan adanya robekan pada ligamen longitudinal atau fraktur pada tulang sendiri. Jenis ini disebut juga fraktur chance (1948) dimana vertebra terbelah melalui prosesus spinosus dan badan vertebra. Mekanisme trauma dan pengobatan fraktur vertebra lumbal pada prinsipnya sama dengan fraktur vertebra torakal.

Proses Penyembuhan Tulang

Penyembuhan tulang terjadi dari beberapa tahap :

  1. Stadium Hematoma atau inflamasi. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan terjadi pembentukan haematom, haematom dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum dan otot) terjadi pada 1-2×24 jam
  2. Stadium Poliferasi sel. Sel-sel berpoliperasi dari lapisan dalam periosteum, disekitar lokasi fraktur, sel-sel menjadi precusor asteoblast, sel-sel aktif tumbuh ke dalam fragmen tulang, proliferasi juga terjadi di sum-sum tulang terjadi setelah hari kedua kecelakaan.
  3. Pembentukan kallus Osteoblas membentuk tulang lunak (kallus), kallus memberikan rigiditas pada fraktur terlihat massa kallus pada x-ray fraktur telah menyatu, terjadi telah menyatu, terjadi 6-10 hari setelah kecelakaan terjadi.
  4. Stadium kosolidasi / klasifikasi / osifikasi. Kalus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu terjadi pada minggu ke3-10 setelah kecelakaan.
  5. Stadium remodeling. Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eksfraktur. Fraktur yang berlebihan dibuang oleh osteoclast Kallus mengalami remodelling (pembentukan tulang sesuai aslinya) dalam waktu 6-12 bulan. Pada anak-anak remodeling dapat sempurna pada dewasa masih ada penebalan. (Brunner and Suddarth : 2001 ; 2268. Rasjad 1998 : 3997)

Unduh Materi

Terima kasih sudah mampir di artikel Fraktur Kompresi Vertebra Thoracalis. Untuk materi lengkap dapat di unduh pada link berikut ini : fraktur.doc

Ini Jenis Sayuran Miskin Nutrisi

1
Ini Jenis Sayuran Miskin Nutrisi
Ini Jenis Sayuran Miskin Nutrisi

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas artikel yang berjudul Ini Jenis Sayuran Miskin Nutrisi. Nutrisi dalam sayuran, seperti vitamin dan mineral sangat dibutuhkan oleh tubuh. Tidak heran bila sayuran diwajibkan dalam menu, apakah untuk sarapan, makan siang atau makan malam. Tapi Anda perlu tahu bahwa ternyata tidak semua sayuran memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Anda perlu pandai dalam memilih menu yang sehat, mengetahui sayuran yang memiliki kandungan nutrisi sangat rendah. Berikut Ini Jenis Sayuran Miskin Nutrisi seperti yang sudah dikutip dari Self Magazine.

#Seledri (Apium Graveolens)

Ini Jenis Sayuran Miskin Nutrisi

Seledri dengan panjang sekitar 20 cm hanya mengandung 6 kalori, apakah cukup nutrisi hanya dari seledri sepanjang itu? Jawabannya bisa saja ya, tapi Anda harus memakannya dalam jumlah yang lebih banyak lagi. Seledri mengandung kalsium, vitamin C, serat dan vitamin K, yang hanya Anda dapatkan bila dimakan dalam jumlah yang banyak. Wortel lebih disarankan untuk menu sehat Anda. Rendah kalori tapi mengandung banyak beta karoten dan vitamin. Rasa manis pada wortel dapat menambah variasi rasa pada masakan.

#Mentimun (Cucumis Sativus)

Ini Jenis Sayuran Miskin Nutrisi

Mentimun (Cucumis Sativus) mempunyai kalori yang dikandung sangat rendah. Secangkir irisan mentimun hanya mengandung 16 kalori, kandungan nutrisi yang lain juga sangat rendah. Faktanya, mentimun hanya mengandung 5% bahkan lebih rendah yang dibutuhkan oleh tubuh setiap hari dari kebutuhan kalium, magnesium, mangan, dan vitamin C. Lebih dianjurkan makan sayuran bayam, yang mengandung zat besi, beta karoten dan serat lebih tinggi.

#Kol (Brassica Oleracea Var)

Ini Jenis Sayuran Miskin Nutrisi

Sayuran Kol (Brassica Oleracea Var) ini biasanya sebagai pelengkap masakan. Bila dimakan memberikan rasa lezat dan sensasi segar. Namun untuk pilihan makanan sehat, sebaiknya pilihlah daun selada. Daun selada memiliki kandungan beta karoten lebih tinggi dibandingkan kol. Beta karoten sangat dibutuhkan bagi kesehatan mata dan kulit.

Terima Kasih sudah mampir di artikel Ini Jenis Sayuran Miskin Nutrisi. Semoga artikel ini dapat membantu dalam mengenal Ini Jenis Sayuran Miskin Nutrisi.

Sumber :http://id.berita.yahoo.com/ini-jenis-sayuran-miskin-nutrisi-073847264.html

Pengenalan Chronic Kidney Disease

0
Pengenalan Chronic Kidney Disease
Pengenalan Chronic Kidney Disease

Kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai artikel Pengenalan Chronic Kidney Disease (CKD). Dimana pengertian dari Chronic Kidney Disease (CKD) yaitu kelainan pathologis ginjal atau adanya kelainan urin (umumnya jumlah protein urin dan sedimen urin) selama tiga bulan atau lebih yang tidak tergantung pada laju filtrasi glomerulus. Penyakit ginjal kronik terjadi apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m2, meskipun tidak ditemukan kelainan pada urin. Fase akhir dari CKD adalah terjadinya gagal ginjal kronis. Gagal ginjal kronis merupakan gangguan ginjal yang progresif dan dapat bersifat irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah

Etiologi

CKD dapat disebabkan oleh penyakit sistemik diantaranya adalah :

  1. DM.
  2. Hipertensi yang tidak terkontrol
  3. Glomerulonefrtitis kronis
  4. Obstruksi traktus urinalisis
  5. Pielonefritis
  6. Infeksi
  7. Agen toksis
  8. Gangguan vaskuler  

Patofisiologi

CKD dibagi menjadi 5 stadium berdasarkan hasil CCT (Clirent Creatinin Test) :

  1. Stadium 1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal. LFG ≥ 90 (ml/mn/1,73m2)
  2. Stadium 2 Penurunan ringan. LFG 60-89 (ml/mn/1,73m2)
  3. Stadium 3 Penurunan LFG sedang. LFG 30-59 (ml/mn/1,73m2)
  4. Stadium 4 Penurunan berat. LFG 15-29 (ml/mn/1,73m2)
  5. Stadium 5 Stadium gagal ginjal. LFG < 15 (ml/mn/1,73m2)

Berdasarkan hipotesis nefron yang utuh, dikatakan bahwa bila nefron terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur. Namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal. Uremia timbul jika jumlah nefron sudah berkurang sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit tidak dapat dipertahankan lagi. Sisa nefron yang ada beradaptasi dengan mengalami hipertensi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban ginjal.

Peningkatan solute, filtrasi dan reabsorbsi tubulus dalam setiap nefron terjadi meskipun GRF untuk seluruh massa nefron yang terdapat dalam ginjal turun di bawah nilai normal, namun akhirnya jika kurang lebih 75% massa nefron telah hancur maka kecepatan filtrasi dan beban solut bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan glomerulus tubulus tidak dapat lagi dopertahankan. Hilangnya kemampuan memekatkan atau mengencerkan kemih menyebabkan BJ urin tetap pada nilai 1,010 atau 285mOsmot (sama dengan konsentrasi plasma) dan merupakan penyebab gejala poliuria dan nokturia.

Retensi cairan danan natrium yaitu ginjal yang tidak mampu mengkonsentrasikan dan mengencerkan urin. Respon ginjal yang tersisa terhadap masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Pasien sering menahan cairan dan natrium, sehingga meningkatkan risiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium yang menyebabkan memepreberat stadium uremik.

Manifestasi Klinik

  1. Sistem kardiovaskuler : hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), aritmia dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksin uremik), gagal jantung kongestif dan edema pulmoner (akibat cairan berlebih),
  2. Sistem pulmoner : sputum mengental, krekels, nafas dalam dan nafas kusmaul.
  3. Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah.
  4. Sistem integrumen: rasa gatal yang parah (pruritus). Butiran uremik merupakan suatu penumpukan kristal urin di kulit, rambut tipis dan kasar
  5. Sistem neurovaskuler: penurunan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.
  6. Sistem reproduktif: amenore, atrifi testikuler    

Unduh Materi

Disamping yang sudah dijelaskan diatas, masih ada tentang penjelasan tentang Pemeriksaan penunjang CKD, Penatalaksanaan CKD, Komplikasi CKD, Proses Keperawatan. Semua penjelasan tentang Pengenalan Chronic Kidney Disease bisa anda unduh pada link berikut ini : CKD

Acquired Immune Deficiency Sindrome (AIDS)

1
Acquired Immune Deficiency Sindrome (AIDS)
Acquired Immune Deficiency Sindrome (AIDS)

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai Acquired Immune Deficiency Sindrome (AIDS). AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan. AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi (Center for Disease Control and Prevention).

AIDS disebabkan oleh adanya penekanan system kekebalan tubuh karena adanya infeksi virus HIV. HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.

#Transmisi AIDS

  1. Kontak seksual
  2. Penyuntikan intavena obat dengan jarum yang tercemar
  3. Pemberian darah atu produk darah yang terkintaminasi
  4. Masuknya virus melalui ibu yang terjangkit
  5. Pemajanan mukosa, termasuk kena cipratan pada mata, mulut dan hidung

#Patofisiologi

Perjalanan HIV-AIDS dibagi menjadi 2 fase :

Fase infeksi awal

  • HIV masuk ke dalam tubuh serta melacak beberapa sel CD4 positif, kemudian virus ini masuk ke sel CD4 positif, melumpuhkan serta menguasainya dengan cara memperbanyak dirinya didalam sel CD4 positif ini.
  • Beberapa sel HIV yang baru yang sudah menjadi banyak ini keluar serta melacak beberapa sel CD4 positif yang lain serta mengulangi sistem yang sama.
  • Beberapa sel penyerang datang dan menghancurkan sel CD4 positif yang sudah terinfeksi virus HIV, tetapi beberapa sel HIV yang baru sudah menjadi banyak dan dengan cepat melacak beberapa sel CD4 positif serta memperbanyak diri lagi didalamnya.

Fase infeksi lanjut

  • Seiring waktu makin banyak tubuh kehilangan beberapa sel cd4 positif serta sistem kekebalan tubuh jadi melemah, karena tugas beberapa sel cd4 positif yaitu mengenali beberapa sel asing yang masuk ke didalam tubuh serta mengirim info supaya tubuh membentuk serta mengirim beberapa sel penyerang untuk melumpuhkan sel asing tersebut, maka dengan amat menyusut nya beberapa sel cd4 positif didalam tubuh, tubuh tidak menerima info yang cukup untuk bisa membentuk beberapa sel penyerang yang di perlukan.
  • Didalam situasi layaknya inilah beragam type penyakit bisa masuk ke tubuh tanpa bisa di ketahui serta di lawan, hingga selanjutnya akan membawa pada kematian.

#Unduh Materi

Terima kasih sudah mampir di artikel Acquired Immune Deficiency Sindrome (AIDS). Untuk materi tentang Acquired Immune Deficiency Sindrome (AIDS) dapat di unduh pada link berikut ini : hiv_aids.ppt dan LP hiv aids.pdf

Proses Pemantauan Pada Hemodinamik

0
Proses Pemantauan Pada Hemodinamik
Proses Pemantauan Pada Hemodinamik

Proses Pemantauan Pada Hemodinamik merupakan judul artikel yang akan maimelajah.com bahas pada kesempatan kali ini. Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive. Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan darah.

Fungsi Jantung

  • Circulatory Function, berfungsi sebagai sirkulasi umum bersama pembuluh darah dan volume darah.
  • Cardiac Function, Termasuk myocardium, katup dan sistem konduksi.

Jantung terbagi menjadi 4 ruangan

  • Atrium kanan : menerima darah dari seluruh tubuh melalui Cava Superior dan Inferior.
  • Ventrikel kanan : menerima darah dari Atrium kanan dan memompa ke Paru-paru melalui Pulmonalis.
  • Atrium kiri : menerima darah dari Paru-paru melalui Pulmonalis.
  • Ventrikel kiri : menerima darah dari Atrium kiri dan memompa ke seluruh tubuh melalui Aorta.

Jantung mempunyai 2 jenis katup

  1. Katup Atrioventrikularis.
    • Katup AV kanan : antara Atrium dan Ventrikel kanan, mempunyai 3 katup disebut Tricuspid.
    • Katup AV kiri : antara Atrium dan Ventrikel kiri, mempunyai 2 katup disebut Bicuspid atau Mitral.
  2. Katup Semilunaris.
    • Katup Pulmonal : antara Ventrikel kanan dan Pulmonal
    • Katup Aorta : antara Ventrikel kiri dan Aorta

Peristiwa mekanis dari siklus jantung, yaitu systolic dan diastolic:

  1. Mid-Diastolic.
    Fase pengisian lambat ventrikel. Atrium dan ventrikel dalam keadaan istirahat. Darah dari Atrium mengalir secara pasif ke Ventrikel melalui katup AV yang terbuka. Katup semilunaris dalam keadaan tertutup.
  2. Diastolic-lanjut.
    Gelombang depolarisasi menyebar melalui Atrium dan berhenti sementara pada AV node. Otot Atrium berkontraksi memberi tambahan 20-30% pada isi Ventrikel.
  3. Systolic-awal.
    Depolarisasi menyebar dari AV node melalui berkas cabang menuju Ventrikel. Ketika Ventrikel mulai berkontraksi, tekanan didalam Ventrikel meningkat melebihi tekanan didalam Atrium, sehingga katup AV menutup dan terdengar sebagai bunyi jantung pertama. Tekanan Ventrikel terus meningkat, tetapi masih lebih rendah dari tekanan di pembuluh darah sistemik, sehingga katup semilunaris tetap tertutup.
  4. Systolic-lanjut.
    Segera setelah tekanan Ventrikel lebih tinggi dari tekanan didalam pembuluh darah maka katup Pulmonal dan Aorta akan terbuka sehingga terjadi ejeksi Ventrikel ke sirkulasi Pulmonal dan.Systemic.
  5. Diastolic-awal.
    Gelombang repolarisasi menyebar melalui myocardium Ventrikel, sehingga Ventrikel dalam keadaan istirahat. Pada saat otot-otot relaksasi maka tekanan didalam Ventrikel menurun sampai lebih rendah dari tekanan didalam pembuluh darah, sehingga katup Pulmonal dan Aorta menutup, yang terdengar sebagai bunyi jantung ke dua.

Unduh Materi

Terima kasih sudah mampir ke artikel Proses Pemantauan Pada Hemodinamik. Untuk materi lengkapnya dapat kalian Unduh pada link : pemantauan hemodinamik

Prinsip Penanganan Gawat Darurat

2
Prinsip Penanganan Gawat Darurat
Prinsip Penanganan Gawat Darurat

Prinsip Penanganan Gawat Darurat merupakan salah satu artikel yang akan maimelajah.com bahas pada kesempatan kali ini. Tubuh kita dapat bertahan dalam beberapa minggu tanpa makanan dan beberapa hari tanpa air. Tapi tubuh kita tidak dapat bertahan jika tanpa Oksigen. Dalam penanganan gawat darurat, kecepatan dan kualitas pertolongan sangat di butuhkan untuk mencapai keberhasilan dan dalam penyelamatan. Untuk itu di dunia international sudah menetapkan rumusan dalam menangani Penderita Gawat Darurat, yaitu : ABCDE (Air Way, Breathing and Ventilation, Circulation, Disability, Exposure). Airway ditempatkan pada urutan pertama karena masalah airway akan mematikan paling cepat. Komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah hidung dan mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru.

Pendahuluan

Keberhasilan dalam penanggulangan penderita Gawat Darurat (PPGD) sangat bergantung dari kecepatan dan kualitas pertolongan yang didapat penderita. Disini harus selalu diingat bahwa :

  1. Kematian oleh karena sumbatan jalan nafas akan lebih cepat daripada kematian karena kemampuan bernafas
  2. Kematian oleh karena ketidakmampuan bernafas akan lebih cepatdaripada kematian karena kehilangan darah
  3. Kematian berikutnya akan diikuti oleh karena penyebab intra kranial

Karena itu dalam PPGD apapun penyebabnya urutan pertolongan adalah sebagai berikut :

  1. Air way, with cervical spine control
  2. Breathing and Ventilation
  3. Circulation with haemorrhage control
  4. Disability on neurologic status
  5. Exposure/Undress with temperature control  

Air Way Management

Ketidakmampuan untuk memberikan oksigenasi ke jaringan tubuh terutama ke otak dan organ vital yang lain merupakan pembunuh tercepat pada pasien. Oleh karena itu airway yang baik merupakan prioritas pertama pada setiap penderita gawat darurat.

Kematian-kematian dini karena masalah airway :

  1. Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan airway
  2. Ketidakmampuan untuk membuka airway
  3. Kegagalan mengetahui adanya airway yang dipasang secara keliru
  4. Perubahan letak airway yang sebelumnya telah dipasang
  5. Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan ventilasi
  6. Aspirasi isi lambung, darah  

Pengenalan Masalah

Gangguan airway dapat timbul secara total & mendadak tetapi sebaliknya bisa secara bertahap dan pelan-pelan. Takhipnea merupakan tanda awal yang samar-samar akan adanya gangguan terhadap airway. Adanya ketakutan & gelisah merupakan tanda hipoksia oleh karena itu harus selalu secara berulang-ulang kita nilai airway ini terutama pada penderita yang tidak sadar. Penderita dengan gangguan kesadaran oleh karena cidera kepala obat-obatan atau alkohol, cedera toraks, aspirasi material muntah atau tersedak mungkin sekali terjadi gangguan airway.

Disini diperlukan intubasi endotrakheal yang bertujuan :

  1. Membuka airway
  2. Memberikan tambahan oksigen
  3. Menunjang ventilasi
  4. Mencegah aspirasi  

Tanda-tanda Obyektif Sumbata Airway

  1. Look
    Terlihat pasien  gelisah dan perubahan kesadaran. Ini merupakan gejala adanya hipoksia dan hipercarbia. Pasien terlihat cyanosis terutama pada kulit sekitar mulut, ujung jari kuku. Juga terlihat adanya kontraksi dari otot pernafasan tambahan.
  2. Listen
    Disini kita dengarkan apakah ada suara seperti orang ngorok, kumur-kumur, bersiul, yang mungkin berhubungan dengan adanya sumbatan partial pada farink/larink.
  3. Feel
    Kita bisa rasakan bila ada sumbatan udara terutama pada saat ekspirasi bila kedudukan trackhea di linea media

Management

Pengenalan adanya gangguan jalan nafas & ventilasi harus bisa dilakukan secara cepat & tepat. Bila memang ada harus secepatnya gangguan jalan nafas dan ventilasi ini untuk segera diatasi. Hal penting ini untuk menjamin oksigenasi ke jaringan. Haruslah diingat setiap tindakan untuk menjamin airway yang baik harus selalu dengan penekanan untuk selalu menjaga cervical spine terutama pada penderita dengan trauma dan cedera di atas clavikula. Pada setiap penderita dengan gangguan saluran nafas, harus selalu secara cepat diketahui apakah ada benda asing, cairan isi lambung, darah di saluran nafas bagian atas. Kalau ada harus segera dicoba untuk dikeluarkan bisa dengan jari, suction.

Breathing and Ventilation

Jalan nafas yang baik dan lancar belum tentu menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik sangat bergantung dari fungsi paru, dinding dada dan diafragma. Penyebab gangguan breathing :

  1. Pleural effusion
  2. Pneumothoraks (open dan tension)
  3. Hemothoraks
  4. Traumatic wet lung syndrome

Pertolongan untuk memperbaiki breathing :

  1. Tension pneumothorax :
    • Tusuk dengan jarum yang besar pada sela antar iga II
    • Pemasangan chest tube pada sela antar iga IV
  2. Hemothorax dengan pemasangan chest tube
  3. Open pneumothorax segera ditutup dengan kasa vasein
  4. Fail chest diberi analgetika

Circulation With Haemorrahage Control

Penyebab terbesar pasien yang mengalami shook dan berakhir dengan kematian adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak. Oleh karenanya pasien dengan trauma dan hipotensi, harus segera ditangani sebagai pasien hipovolemi sampai bisa dibuktikan bahwa hipotensinya disebabkan oleh sebab yang lain. Seperti diketahui, volume darah manusia dewasa adalah 7% dari berat badan, anak 8-9% dari BB. Terapi resusitasi cairan yang agresif harus segera dimulai begitu ada tanda dan gejala klinis adanya kehilangan darah muncul. Sangatlah berbahaya bila menunggu sampai tekanan darah menurun. Untuk menilai apakah resusitasi cairan yang diberikan sudah cukup atau belum :

  • Tanda vital
  • Produksi urine
  • CVP

Penyebab hipovolemia adalah :

  • Cidera rongga perut
  • Cidera rongga dada
  • Fraktur pelvis
  • Fraktur femur
  • Luka tembus pembuluh darah besar
  • Perdarahan diluar tubuh dari berbagai tempat  

Disability (Neurologic Evaluation)

Evaluasi secara cepat dilakukan dan dikerjakan pada tahap akhir dan primary survey dengan menilai kesadaran dan pupil penderita.
A : Alert
V : Respon to vokal stimulation
P : respon only to painful stimulation
U : Unresponsive
Glasgow coma scale merupakan penilaian yang lebih rinci, bila ini tidak dikerjakan di primary survey bisa dikerjakan di secondary survey.    

Exposure

Disini semua pakaian pasien dibuka. Hal ini akan sangat membantu pemeriksaan lebih lanjut. Harus diingat disini pasien dijaga agar tidak jatuh ke hipotermia dengan jalan diberikan selimut.  

Secondary Survey

Dikerjakan bila primary survey dan resusitasi selesai dilakukan. Disini dilakukan evaluasi yang lebih teliti mulai dari kepala sampai ujung kaki penderita, juga GCS bisa dikerjakan lebih teliti bila pada primary survey belum sempat dikerjakan. Pemeriksaan laboratorium, evaluasi, radiologi dan peritoneal lavage bisa dikerjakan.    

Unduh Materi

Terima kasih sudah berkunjung ke artikel Prinsip Penanganan Gawat Darurat. Untuk materi lengkap tentang Prinsip Penanganan Gawat Darurat dapat kalian Unduh pada link : gawatdarurat.doc

Mengenal Tentang Konsep Triage

0
Mengenal Tentang Konsep Triage
Mengenal Tentang Konsep Triage

Pada kesempat kali ini maimelajah.com akan membahas tentang Mengenal Tentang Konsep Triage. Dimana Triage mempunyai konsep “yang datang duluan, yang dilayani”, tidak berlaku saat bencana. Mengenal Tentang Konsep Triage dapat digolongkan menurut tipe dan tingkat kegawatan kondisinya.

  1. Berdasarkan Kondisi pasien
    – Beratnya Trauma
    – Jumlah Trauma
    – Kemampuan Sumber Daya
    – Kemungkinan Hidup dari Penderita  
  2. Berdasarkan pada kemampuan petugas gawat darurat untuk :
    – Menilai tanda vital dan kondisi korban
    – Menilai kebutuhan terapi untuk korban
    – Menilai kemampuan untuk hidup
    – Menilai kemampuan pelayanan kesehatan yang ada
    – Pemberian label berdasarkan prioritas

Kriteria Bencana Menurut DEPKES RI

  • Bencana TK I : Korban di atas 300 Orang
  • Bencana TK II : Korban 100 – 299 Orang
  • Bencana TK III : Korban 50 – 99 Orang
  • Bencana TK IV : Korban 30 – 49 Orang

Pengelompokan Korban Berdasarkan Warna

  • Label Merah
    • Prioritas Pertama
    • Penanganan segera saat ditemukan/diterima
  • Label Kuning
    • Darurat tidak gawat
    • Prioritas Kedua
    • Pertolongan dapat kemudian setelah Prioritas Pertama dan Prioritas Kedua
  • Label Hitam
    • Korban yang sudah meninggal
    • Prioritas terakhir

Cara Melakukan Triase

  • Mengenal dengan segera korban dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa
  • Melakukan pengelompokan korban dengan tingkat kegawatannya dengan menggunakan label yang ditentukan
  • Menentukan tujuan dimana pelayanan selanjutnya

Unduh Materi

Demikian pembahasan singkat tentang Mengenal Tentang Konsep Triage. Materi lengkapnya bisa kalian Unduh pada link dibawah ini : TRIAGE.ppt

Penanganan Penderita Gawat Darurat

0
Penanganan Penderita Gawat Darurat
Penanganan Penderita Gawat Darurat

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas tentang Penanganan Penderita Gawat Darurat. Tubuh kita dapat bertahan dalam beberapa minggu tanpa makanan dan beberapa hari tanpa air. Tapi tubuh kita tidak dapat bertahan jika tanpa Oksigen. Dalam penanganan gawat darurat, kecepatan dan kualitas pertolongan sangat dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dan dalam penyelamatan. Untuk itu di dunia international sudah menetapkan rumusan dalam Penanganan Penderita Gawat Darurat, yaitu : ABCDE (Air Way, Breathing and Ventilation, Circulation, Disability, Exposure). Airway ditempatkan pada urutan pertama karena masalah airway akan mematikan paling cepat. Komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah hidung dan mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru.

Air Way

Gangguan

  • Bisa total dan mendadak
  • Bertahan dan perlahan – lahan

Tanda sumbatan jalan napas

  • Gelisah, perubahan kesadaran
  • Snoring, gurgling, crowing
  • Keluar masuknya udara

Breathing and Ventilation

Penyebab gangguan Breathing

  • Pleural effusion
  • Pneumothorak/ Hemothorak
  • Flail Chest

Penanganan

  • Open Pneumothorak : Tutup Kasa
  • Chest Tube
  • Flail Chest : Analgetika

Circulation

Kehilangan Darah adalah penyebab terbesar terjadinya syok yang berakhir dengan kematian. Penangannya, perlu diberi Resusitasi Cairan.

Disability

  • Tahap akhir primary survey
  • Menilai kesadaran dan pupil
  • AVPU
  • GCS lebih rinci
  • Bisa diletakkan di secondary surey

Exposure

Penanganan

  • Pakaian dibuka
  • Hindari Hiportemia
  • Beri selimut

Secondary survey

  • Dikerjakan bila primary survey selesai dilakukan
  • Reevaluasi teliti head to toe
  • GCS diteliti, bila belum dilakukan
  • Lab, radiologi, DPL bisa dilakukan

Peralatan

  • Standar : O2, set infus, set jahit, ECG, spalk, gips, cervical collar, suction pump, dll
  • Trolley emergensi : laringoskop, oro/ nasofaringeal tube, air viva, ETT, obat-obatan, dll
  • WSD set, vena sectie set, bed side monitor, DC shock, ventilator, LSB, infant warmer, infus accelerator,
  • incubator, CVP set,dll

Askep

  • Pengkajian : Primer : A,B,C,D
  • Sekunder : riw penyakit, pemeriksaan fisik, penunjang
  • Perencanaan
  • Implementasi
  • Evaluasi

Unduh Materi

Terima kasih sudah mampir ke artikel Penanganan Penderita Gawat Darurat. Semoga artikel Penanganan Penderita Gawat Darurat dapat membantu dalam memahami tentang kegawat daruratan. Untuk materi lengkapnya dapat di unduh pada link berikut ini : prinsipumumpenangananpenderitaGD.ppt

Konsep Holistik Kegawatan & Kekritisan

0
Konsep Holistik Kegawatan & Kekritisan
Konsep Holistik Kegawatan & Kekritisan

Pada kesempatan kali ini maimelajah.com akan membahas mengenai artikel Konsep Holistik Kegawatan & Kekritisan. Sebelum kita membahas mengenai Konsep Holistik Kegawatan & Kekritisan terlebih dahulu kita mengenal pengertian dari Keperawatan Gawat Darurat. Definisi Keperawatan Gawat darurat adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu keperawatan gadar dan tehnik gadar berbentuk pelayanan Bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensip ditujukan pada semua kelompok usia yang sedang mengalami masalah kesehatan yang bersifat urgen, akut dan kritis akibat trauma, proses kehidupan ataupun bencana. Dapat disimpulkan : pelayanan keperawatan gadar terdiri dari dua area besar yaitu : Keperawatan Emergensi dan Keperawatan Kritis.  

EMERGENCY NURSING (KEPERAWATAN KRITIS)

Emergency Nursing (Keperawatan Kritis) adalah sebuah area khusus dari keperawatan professional yang melibatkan integrasi  dari praktek, penelitian dan pendidikan professional. Jadi Praktek keperawatan emergensi oleh seorang perawat professional.

a. Fokus

Memberikan pelayanan secara episodic kepada pasien-pasien yang mencari terapi baik yang mengancam kehidupan, non critical illness atau cedera. Pemberian pelayanan pada keperawatan gadar meliputi semua kasus yang dating atau meminta pertolongan yang dapat berupa kasus gadar, gawat tidak darurat, tidak gawat tidak darurat.

b. Inti

Ditujukan pada esensi dr praktek emergensi, lingkungan dimana hal tersebut terjadi dan konsumen-konsumen keperawatan emergensi.

c. Perawat emergensi

Adalah seorang perawat professional terregistrasi? RN professional yang memiliki komitmen untuk menyelamatkan dan melaksanakan praktek keperawatan secara efektif.

d. Perawatan emergensi

Meliputi pengkajian, diagnosa dan terapi keperawatan yang dapat diterima baikaktual, potensial yang terjadi tiba-tiba atau urgen, masalah fisik atau psikososial dalam episodic primer atau akut yang mungkin memerlukan perawatan minimal atau tindakan support hidup, pendidikan untuk pasien atau orang terpenting lainnya, rujukan yang tepat dan implikasi pengetahuan yang legal.

e. Lingkungan Emergensi

Merupakan setting dimana pasien memerlukan intervensi oleh pemberi pelayanan keperawatan emergensi.

f. Pasien emergensi

Adalah pasien dengan segala umur baik yang sudah didiagnosa, tidak terdiagnosa atau maldiagnosis problem dengan kompleksitas yang bervariasi. Pasien-pasien emergensi memerlukan intervensi nyata dimana dapt terjadi perubahan status fisiologis atau psikologis secara cepat yang mungkin mengancam kehidupannya.

g. Dimensi

Keperawatan emergensi memiliki multi dimensi meliputi : responsibilities, function, roles, skills. Karakteristik unik keperawatan emergensi

CRITICAL CARE NURSING (KEPERAWATAN KRITIS)

Merupakan kegiatan tidak hanya menangani kepada lingkungan yang khusus atau pertalatan khusus tetapi lebih pada PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN KEMAMPUAN UNTUK MENGAMBIL KEPUTUSAN oleh Perawat.

Definisi Kekritisan (Webser 1990)

Melakukan kesabaran atau mengambil keputusan secara hati-hati atau melakukan evaluasi secara hati-hati, tidak hanya adanya kepastian pemecahan yang pasti atau teratasinya krisis oleh isi-isu yang masih membingungkan, dijalani dengan resiko atau tanpa resiko.

Kemampuan Perawat kritis

Oleh karena pasien yang dirawat pada area keperawatan krisis umumnya memiliki masalah lebih dari satu system tubuh bahkan sistematik maka perawat dituntut untuk dapat memiliki :

  • Pengetahuan tentang fisiologi dan patofisiologi tubuh manusia
  • Proses keperawatan
  • Dasar pengetahuan untuk dapat menginterprestasikan dan berespon terhadap masalah-masalah klinis dgn ketrampilan tinggi.

Sedangkan perhatian seorang perawat kritia meliputi : ( T.E. Oh, 1997 )

  • Support hidup
  • Monitoring ps kritis serta respon ps terhadap tindakan yang diberikan
  • Mencegah komplikasi
  • Penatalaksaaan INOS
  • Perhatian pada kenyamanan pasien
  • Dapat mengerti, bekerjasama dan memberi informasi dan penyuluhan pada keluarga.

INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA KEP. EMERGENCY DAN KRITIS

Terjadinya sakit/ keadaan kritis seseorang akan menimbulkan stress dan anxietas pada pasien, keluarga atau orang terdekat.

  • Ancaman thd kehidupan dean kesejahteraan
  • Ancaman ketidak berdayaan
  • Kehilangan
  • Beratnya penyakit
  • Kehilangan kendali
  • Perasaan kehilngan fungsi dan harga diri
  • Kegagalan membentuk pertahanan diri
  • Perasaan terisolasi
  • Takut mati

Respon yang dialami baik pasien atau keluarga :

  • Terkejut dan tidak percaya
  • Mengembangkan kesadaran
  • Restitusi
  • Resolusi

Penatalaksanaan perawatan tidak terlepas dari :

  1. Proses keperawatan
  2. Memenuhi kebutuhan dasar pasien
  3. Adaptasi
  4. Advokasi

Tindakan tersebut ditujukan untuk :

  1. Dukungan emosional, social, spiritual dan fisik di ling perawatan
  2. Meningkatkan kenyamanan
  3. Meningkatkan integritas dan identitas pasien
  4. Koping yang adaptif dan efektif

Proses koping Sangat dipengaruhi oleh :

  • Gejala awal (menangis/ketakutan karena tidak tahu kondisinya)
  • Penolakan klien terhadap kondisinya
  • Penerimaan klien terhadap kondisinya.

WAWANCARA DAN INTERVENSI PSIKOSOSIAL

Bagi perawat emergensi/ kritis sangat diperlukan wawancara dan intervensi psikososial sebab disamping umumnya pasien dan keluarga mengalami sakit yang tiba-tiba juga kadang disertai situasi yang buruk dan penyakit yang berat. Keberhasilan tindakan ini sangat tergantung pada :

  • Informasi dan jawaban yang memuaskan atas permasalahan mereka.
  • Jaminan terhadap kesehatannya.
  • Perubahan kearah kesembuhan
  • Harapan keluarga
  • Sikap tenaga keperawatan
  • Frekuensi kontak dgn pasien/keluarga.

Intervensi keperawatan

  • Pengkajian ditekankan pada adanya konflik-konflik nilai, tuntutan emosional, keterlibatan emosionalyang berlebihan, kurang baiknya hub interpersonal, pola koping pasien dan keluarga
  • Supporet system dengan cara dukungan emosional, penyediaan informasi, hub sisoal yang baik dan dukungan fasilitas
  • Perhatian dan sentuhan
  • Keterlibatan keluarga dalam perawatan
  • Pemberian informasi yang terus menerus, terus terang (dgn cara yang sesuai) dan terorganisir.

Unduh Materi

Materi dapat di unduh pada link : filosofigawatdarurat.doc

191FansSuka
306PengikutMengikuti
151PengikutMengikuti
7PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Popular Post

Post Terbaru